rosé | 72

265 30 4
                                    

rosé | chapter tujuh puluh dua

.

.

Elle terduduk di tepi sungai. Alirannya cukup deras, namun jernih. Karena cukup dangkal, maka bagian terbawahnya dapat terlihat oleh mata. Elle membasuh pedangnya lagi, menghilangkan sisa noda darah setelah perburuan rusa tadi. Untuk makan, Elle sangat tangkas. Jika pekerjaan kasar di pasar tidak memberikan hasil, maka dia akan berburu di hutan. Ada untungnya dia berlatih militer dan diberi julukan "Wolf" karena memang tangkas. Insting pemburu sudah mendarah daging.

"Jadi, hobi barumu sekarang adalah melamun?"

Suara berat menyadarkan Elle dari tatapannya ke aliran sungai. Dia bangkit sambil mengeringkan bilah pedangnya. "Bagaimana di istana?"

Sir Ale tersenyum miring. "Baik. Pangeran dan putri sangat sehat dan gemuk. Raja kesenangan karena punya keturunan lagi, dan Ave agak sensitif."

"Ckck, kau tahu bukan itu yang aku ingin tahu."

"Ratu? Dia dipanggil dari penjara untuk menyusui bayi-bayinya. Tidak lebih. Sikapnya masih dingin dan angkuh," katanya dengan masam. Sir Ale duduk di permukaan batu yang datar dan memandang Elle. "Aku merasa bisa langsung menghabisinya."

"Bersabarlah."

"Kita sangat bersabar sejauh ini, El."

"Aku tahu, tapi kita tidak mungkin langsung menyerang sekarang, kan? Momennya sedang bagus. Berpestalah, aku yakin Raja akan mengadakan pesta sebentar lagi." Elle yakin kesempatannya untuk masuk istana makin besar. Ingatannya terputar, wajah horor Lucia di malam itu. "Ini kesempatan bagus."

"Aku masih syok jika mengingat betapa tangkasnya dirimu. Sangat mahir, dan mudah memanipulasi."

Elle menyeringai. "Kuanggap itu pujian."

"Malam itu..."

"Malam yang cukup panjang. Target kita berikutnya adalah Ratu Lavirna, tapi kau tahu, kita akan memerlukan strategi dan untuk sekarang, ya biarkan dia menikmati masa-masa setengah indahnya menjadi ibu untuk si kembar." Elle menghela napas panjang, kemudian membenahi pedangnya seperti satu-satunya harta karun yang tersisa. Setelah hidup nomaden tidak ada yang Elle bisa simpan dan bawa selama perjalanan, hanya pedang ini yang setia seakan menyaksikan perjuangan Elle dari waktu ke waktu, menyusun rencana, menelusup ke dalam istana dan segera mungkin, mengakhiri nyawa Lavirna.

*

*

Lavirna mengusap pipi Mav dan Iz dengan sayang.

"Mengapa bayi sangat menyukai tidur, Bu?" Dari arah samping, Ave turut melihat adik-adiknya terlelap di boks besar itu. Ave terlihat berbinar, menatap Lavirna penuh rasa ingin tahu yang tinggi.

"Karena mereka masih masa pertumbuhan, Sayang." Lavirna mengusap rambut putranya. "Maaf, Ibu jadi lebih perhatian pada mereka."

Ave menggeleng. "Tidak, aku kan sudah besar."

"Oh ya?" sahutnya seraya tertawa. Lavirna mulai membiarkan dayang-dayang suruhan Darke untuk menjaga kedua bayinya, sementara dia menggandeng Ave untuk keluar dari ruang kamar megah itu. Mereka menelusuri lorong. Tabib istana bilang Lavirna pulih dengan cepat pasca persalinan, jadi dia langsung bergerak lincah seperti biasa. Ave nampaknya tidak begitu khawatir pada Lavirna yang semula hanya bisa berbaring di ranjang setelah melahirkan kedua adiknya yang menggemaskan.

Di taman belakang, Ave naik ke ayunan besi sedangkan Lavirna membantu mengayunkannya. "Ibu janji, kan."

"Apa, Ave?"

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang