rosé | 58

321 29 3
                                    

rosé | chapter lima puluh delapan

.

.

Perempuan berambut tembaga itu masih terlelap. Dalam selimut, sosoknya tersembunyi, sedangkan Darke bergegas mengenakan lagi kemeja, celana dan jubah kebesarannya. Kepalanya masih berat, matanya masih kabur, tapi pesta sudah berlalu. Sekarang, dia berada di satu kamar yang disiapkan Raja Miguel bersama satu perempuan cantik di pesta tadi. Kata Raja Miguel, dia satu dayang istana, dan dia tidak akan pernah berani bicara apa pun. Toh, si perempuan pun terang-terangan menggodanya dan mengajaknya bermalam.

Fajar masih bersembunyi. Darke menegakkan bahunya. Nanti pagi dia akan pulang lagi, sedangkan pikirannya masih berkecamuk. Lavirna tidak akan pernah senang jika tahu apa yang terjadi tadi malam, dan perempuan ini jelas harus tutup mulut, tidak pernah mengingat malam indah mereka. Darke pikir, ini yang terakhir dia bermain bersama perempuan mana pun. Yah, tidak akan ada lagi. Tidak akan terulang lagi.

.

.

Tiap tahun, Vacroz punya banyak festival kebesaran. Setelah perang, festival yang sempat tertunda itu kembali digelar. Apalagi para penduduk baru panen besar bulan ini. Jadi, ada banyak pawai, pertunjukan bakat dan menjelang malam, akan ada pesta kembang api di alun-alun. Istana tidak mau ketinggalan, mereka membuka sebagian istana untuk umum dan mengadakan tur singkat sejarah Vacroz serta mengenang jasa para pahlawan mereka yang gugur dalam perang.

Lavirna turut sibuk mengatur persembahan untuk dewa mereka. Ibu dan ayah juga sibuk, beserta kakak dan keluarga lain. Ave turut senang, berlarian, menyibukkan para dayang pengasuhnya waktu dia ingin merecoki pihak istana yang menyiapkan pawai khusus.

Oh ya, Lavirna belum melihat Darke seharian ini. Katanya, pria itu sibuk berbincang dengan petinggi lain untuk membicarakan keamanan yang perlu diperketat. Mereka juga sudah membuka gerbang perbatasan agar para turis dari kerajaan lain turut datang. Lavirna langsung ingat Cassia dan bagaimana perempuan itu mungkin juga muncul, meski tanpa undangan resmi istana.

"Yang Mulia, Anda jangan terlalu lelah. Tabib berpesan langsung, Anda harus menjaga kesehatan," tegur Mary yang baru muncul seraya membantu Lavirna menatap beberapa makanan dalam nampan khusus. Lavirna menggeleng. "Yang Mulia."

"Aku baik, lagi pula kelasku dan Sir Ale diliburkan juga karena festival ini. Dan ya, aku akan baik-baik saja," katanya. Lavirna tersenyum singkat. Dia menyuruh dayang lain untuk membawakan buah serta nampan lain, tidak lupa mereka menata kue-kue untuk nanti dibawa berkeliling pusat kota. Oh ya, Lavirna juga dengar akan ada pertunjukkan penuh penari dengan kostum meriah. Dia selalu rindu Aphorte dan perayaan ini sudah lekat dengan wilayah itu. Yah, jadi melepas rindu. Sebenarnya, dia ingin mengundang Madam yang sekarang masih tinggal di sana, tapi sepertinya mereka lebih sibuk dan Lavirna khawatir dia juga akan lebih sibuk sekarang daripada menjamu mereka secara maksimal.

Ibu Lavirna muncul, bersama Ave yang sudah tersenyum. "Nak, Ave ingin berkeliling dengan kereta kuda."

"Oh ya? Dengan siapa?"

"Ave mau pergi dengan siapa?" tanya Ibu Lavirna mulai berjongkok. Dia mengusap lembut kepala cucunya.

"Maunya sama Ibu!"

Lavirna tersenyum kecil. "Sebentar lagi, ya." Akhirnya, Lavirna bangkit berdiri. Tubuhnya agak pegal, dan Lavirna langsung mengandeng tangan Ave. "Tolong siapkan kereta kuda, Pangeran mau berkeliling."

Mary mengangguk dan langsung bicara pada para penjaga khusus mereka. Di sampingya, Ibu Lavirna tersenyum memandang Lavirna yang mulai menggendong Ave. Jujur, Ave lebih tinggi dan besar sekarang. Dan yah, dia memang banyak makan dan terus dipantau kesehatannya oleh tabib istana. Ave juga tidak sabar untuk bersekolah. Tadinya mau bersekolah khusus di istana, tapi Ave menolak, dia mau sekolah bersama yang lain. Karena itu, Lavirna dan Darke mulai berdiskusi untuk memasukkan Ave ke sekolah khusus pejabat Vacroz. Mungkin akan dapat ekstra perhatian dan pelayanan dari pihak pengelola sekolah yang dana operasionalnya masih disokong oleh istana mereka.

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang