rosé | chapter delapanbelas
*
*
*
Sekarang Lavirna paham mengapa orang tuanya dulu berpikir bahwa "mengurung" Lavirna yang terbaik. Bahkan tabib di dekat rumah mereka sudah memperingati bahwa Lavirna akan tumbuh berbeda dan akan menjadi pusat perhatian. Lavirna tidak diperkenakan untuk keluar rumah atau pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab akan menginginkannya. Putri yang manis dan berkilau serupa mutiara di tumpukan jerami kumuh. Tentu saja, karena semuanya tertarik untuk mendekati satu paras cantik tersebut.
Andai waktu itu dia tidak nekad untuk pergi dari kamarnya, gubuk nyaman tempat ia bernaung dan dibesarkan, mungkin Lavirna tidak akan berakhir di hari ini. Tepat ketika ia akan disematkan satu gelar yang seharusnya nampak elegan tapi tidak begitu di telinganya. Menjadi selir adalah hukuman seumur hidup yang harus ditanggung mulai hari ini.
Makan malam dengan orang tuanya berjalan lancar dan khidmat. Lavirna setidaknya merasa lega karena orang tuanya nampak bugar nan sehat. Ibu bahkan tersenyum dan terus mengenggam tangannya erat. "Kau semakin cantik."
Lavirna tersenyum kecut. "Terima kasih."
Percakapan bergulir dengan Pangeran Darke yang membahas mengenai hobi yang hendak dia geluti beberapa waktu kedepan, termasuk memanah, berkuda di sepanjang perbatasan atau berburu musang liar. Ayah tertarik, menyahuti dengan semangat. Mereka nampaknya bisa langsung akrab jika membahas aktivitas-aktivitas tersebut beberapa waktu, apalagi Pangeran Darke tengah dalam mood baik dan seringkali ikut tertawa dengan ucapan ayah yang berusaha menghiburnya dan mengesankannya. Mereka terlihat seperti kawan lama yang baru saja bertemu.
Sementara itu, ibu mengambil kesempatan tersebut untuk menatap Lavirna. "Kau gugup?"
"Hm, ya."
"Jangan gugup berlebihan, anggap saja ini upacara bisa, oke?" gumamnya lembut.
Lavirna nyaris terisak kalau saja ia tidak menahan dirinya sungguh-sungguh. "Aku rindu kalian. Nenek dan yang lain baik-baik saja kan?"
"Yah, pihak istana membawakan banyak hadiah bahkan aku dengar mereka akan memberikan emas setelah kunjungan ini. Semua itu terwujud karena dirimu, Lavirna."
"Syukurlah. Jaga diri kalian."
"Tentu, kau juga." Ibu menepuk-nepuk punggung tangan Lavirna. "Kau sudah tumbuh dengan baik di sini. Ibu tadinya cemas karenamu tapi melihat kau justru sehat dan lebih segar, kurasa kekhawatiran itu tidak berdasar. Kau .. nyaman kan dengan pangeran?"
Bagaimana mengatakannya?
"Dia memastikan agar semua yang aku butuhkan tercukup di sini," jawabnya.
"Itu bagus. Setidaknya kau tidak kelaparan atau pun kehujanan kenapasan. Istana ini juga bagus sekali." Ibu memandang langit-langit tinggi, beberapa patung putih seraya memperhatikan meja panjang kaca yang mereka tempati beserta banyak hiasan, vas, dan beberapa keranjang buah segar.
"Yah, begitulah."
Lavirna hanya dapat mengulum senyumannya. Setelah dari makan malam itu, orang tua mereka pun diantarkan pulang. Lavirna tidak ikut karena harus berkumpul besama dayang-dayang untuk perawatan tubuh, sedangkan ibu dan ayah sudah diantar dengan kereta kuda istana. Pangeran Darke turut membantu mereka dan bicara untuk beberapa saat.
"Putri kalian .. akan baik-baik saja di sini."
"Terima kasih banyak, Your Majesty."
Ia pun mengangguk singkat dan tersenyum. Setelah itu, Lavirna pikir dia dapat bergegas berkumpul dengan mereka, namun Pangeran Darke menangkap pergelangan tangannya dan menariknya. Sontak, Lavirna terkesiap. "Your Majesty .. aku .."
KAMU SEDANG MEMBACA
rosé (2018)
RomanceDi masa ini, wajah cantik adalah bencana. Kau akan disekap oleh pihak kerajaan untuk menjadi penghibur para ksatria yang baru pulang dari medan perang atau kau akan menjadi selir raja. Lavirna Rose lahir sebagai gadis miskin. Dia hanya ingin bekerja...