🌵23. Trauma

1.4K 182 3
                                    

Jangan lupa vote&komen

Happy reading...

"Karena setiap orang mungkin seperti bulan. Memiliki sisi gelap yang tidak pernah ditunjukkan kepada siapapun." - Jericho Rossler.

"Kia! Bangun!"

Kiana membuka matanya saat merasakan seseorang menepuk pipinya. Dia langsung melihat Riko yang juga sedang menatapnya, Riko langsung membantu Kiana duduk. Nafas Kiana terengah-engah, Riko yang melihat Kiana kesulitan bernafas langsung menyentuh pipi Kiana.

"Hey, lo kenapa?" Ucap Riko lembut berusaha menyadarkan Kiana.

"Riko." Gumam Kiana. Riko langsung menarik Kiana ke dalam pelukannya, mengelus kepala Kiana. Dia bisa merasakannya bahwa Kiana sangat ketakutan.

Saat mencoba mencari Kiana di dalam sekolah dia sudah mencarinya ke semua ruangan yang di bantu oleh satpam sekolah. Tetapi dia tidak menemukannya. Hingga akhirnya dia pergi ke toilet dan melihat pintu toilet yang tertutup dengan kunci yang menggantung di pintu.

Tanpa pikir panjang Riko langsung membukanya. Dan dia terkejut ketika melihat Kiana yang terkapar tidak sadarkan diri. Tangannya sangat dingin tetapi wajahnya basah oleh keringat. Dan Riko langsung segera menyadarkan Kiana.

Kiana merasa sedikit tenang saat melihat Riko. dia masih diam dengan posisi yang memeluk Riko sambil meremas baju Riko.

"Jangan tinggalin gue..." Lirih Kiana yang masih kesulitan bernafas.

"Ssttt. Gue nggak akan kemana-mana Kia." Ucap Riko. Lalu dia melepaskan jaketnya dan menyampirkannya di tubuh Kiana. Mengembalikan jaketnya kepada sang pemiliknya.

Riko menangkup pipi Kiana. Dia menatap Kiana yang nampak gelisah. "Kia, liat gue. Tenang oke?"

"Gue sesak...di sini gelap.." Ucap Kiana lemah.

Riko langsung mengerti. Dia memapah Kiana  dan membawanya keluar dari sana.

Riko segera menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dia menggenggam tangan Kiana, sangat dingin.

"Lo mau makan?" Tanya Riko perhatian.

Kiana menggeleng. "Gue haus." Ucapnya jujur.

Sekarang mereka duduk di salah satu bangku taman yang ramai. mereka sama-sama meneguk minumnya. Riko memperhatikan Kiana yang meminum minumannya sambil melamun.

"Kia, lo kesambet ya?" Ucap Riko membuat Kiana menatapnya sinis.

"Maksud lo apa?" Sinis Kiana. Riko merasa lega ketika Kiana menatapnya sinis. Setidaknya Kiana sudah kembali seperti biasa dan tidak ketakutan tadi.

"Gue kira lo kesambet setan toilet sekolah, lagian lo ngelamun terus dari tadi." Kiana langsung menatapnya sinis. Sedangkan Riko malah mengacak-acak rambut Kiana yang langsung di tepis oleh sang empunya.

"Ck, galak banget sih. tadi aja meluk-meluk gue." Sindirnya membuat Kiana membuang muka.

Kiana yang tadinya menatap lurus beralih menatap Riko. Kiana terdiam cukup lama. "Makasih." Ucapnya lembut. Membuat Riko salting tetapi dia berusaha menutupinnya.

"Makasih udah nolongin gue." Ulang Kiana tulus.

Riko tersenyum. "Sama-sama. Lagian kan udah tugas gue buat ngejagain pacar gue." Ucap Riko konyol. Kiana hanya mendengus. Dia sampai lupa kalau Riko sudah menjadi pacarnya.

CACTUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang