🌵13. Kemarahan Kiana

1.9K 196 5
                                    

Jangan lupa vote&komen

Happy reading...

"BAJINGAN KAYAK LO ITU HARUSNYA MATI!"

Kiana menendang tubuh Draco hingga terpental ke lantai. Keadaan musuhnya itu sudah sekarat, tetapi Kiana masih terus menghajarnya. Anak buah Draco sudah Kiana lumpuhkan sejak tadi, kini giliran dia menghabisi Draco.

Sebenarnya saat pergi dari rumah sakit Kiana sudah bertujuan untuk menghajar Draco. Tetapi dia pulang ke rumah terlebih dahulu untuk berganti pakaian sebagai The lucifer, dan setelah itu dia pergi menghampiri markas Draco.

"L-lo bu..bukannya udah sekarat?" Tanya Draco dengan nafas yang sudah terengah-engah.

Kiana tertawa sinis dibalik tudungnya. "Siapa yang sekarat hah?" Tanyanya sambil menarik kerah baju Draco.

"LO YANG BAKAL GUE BIKIN SEKARAT!" Teriak Kiana lalu langsung memukul wajah Draco berkali bahkan wajah itu sudah dipenuhi oleh darah.

"Apa gue mampusin aja sekalian?" Bisik Kiana terdengar mengerikan di telinga Draco.

"J-jadi tadi itu..bukan lo?"

"LO SALAH ORANG BANGSAT!" Teriak Kiana.
"Harusnya dari awal lo udah tau kalau lo itu nggak akan bisa ngalahin gue!" Kiana mendorong tubuh Draco hingga terbaring dilantai lalu menginjak dadanya.

"GARA-GARA LO HIDUP GUE YANG HANCUR MAKIN HANCUR!"

Tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang memeluk tubuh Kiana dari belakang dan menarik tubuhnya untuk menjauhi Draco.

"Cukup Ana, dia udah sekarat." Bisik Arkan pelan ditelinga Kiana.

Kiana langsung tersadar, dia menatap kedua tangannya yang terdapat noda darah lalu beralih menatap Draco yang sudah tidak sadarkan diri.

"Kenapa lo disini?" Tanya Kiana.

"Itu nggak penting, yang penting sekarang lo baik-baik aja." Ucap Arkan lalu membawa Kiana pergi dari tempat itu.

• • •

"BWAHAHAHA MAMPUS MASUK PENJARA LO NAT!" Teriak Ben menertawakan Nathan.

Mereka semua sekarang sudah berkumpul diruang rawat Rafan. Karena mereka bosan akhirnya memutuskan untuk bermain monopoli bersama. Mereka pun hanya duduk dilantai dengan beralaskan karpet.

"Anying setiap gue maen ginian pasti masuk penjara terus!" kesal Nathan.

"Makanya jangan jadi fakboy." Cetuk Riko.

Nathan menatap Riko sinis. "APA HUBUNGANNYA SAT?!" Tanyanya sewot.

"Lanjut Nada jalan." Ucap Sam. Lalu Nada mengambil dadunya.

Rafan dari tadi hanya menonton televisi dan sesekali melirik pintu tetapi tidak ada tanda-tanda Kiana kembali. Lalu tiba-tiba pintu ruangan terbuka menampilkan Kiana dengan seorang laki-laki itu adalah Arkan. Rafan menatap Kiana ternyata dia sudah berganti pakaian biasa.

"Lo darimana aja?" Tanya Rafan. Namun Kiana hanya diam lalu duduk di sofa.

"Nih gue bawain makanan buat kalian." Ujar Arkan lalu menaruh 3 loyang pizza dimeja, sedangkan yang lain masih diam sejak tadi memperhatikan mereka.

"Wah Rejeki anak soleh!" Teriak Ben tak tahu malu.

Nathan melirik Ben jijik. "Bukan temen gue."

CACTUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang