🌵35. Topeng

1.3K 157 1
                                    

Happy reading...


____________________________________

"semakin dewasa, semakin kamu dituntut untuk terlihat baik-baik saja, meski kamu sedang hancur- sehancurnya."

___________________________________

Riko langsung berlari kencang memasuk perkarangan rumah Kiana setelah melihat keadaan rumah sangat gelap gulita, ralat tetapi satu komplek perumahan. Ia tau Kiana memiliki trauma terhadap gelap.

Ia membuka rumah Kiana yang kebetulan tidak di kunci. Dia langsung berlari masuk, persetan dengan sopan santun keadaan Kiana sekarang lebih penting baginya. Tidak lupa ia juga menyalakan senter di ponselnya.

"Kia!" Teriaknya. Ia berdecak kemana semua orang mengapa keadaan sangat sepi. Dengan cepat ia langsung berlari menuju kamar Kiana.

Riko terpekik kaget ketika melihat asisten rumah tangga Kiana berdiri di depan pintu kamar Kiana dengan palu di tangannya. Riko menatapnya was-was.

"B–bibi ngapain?" tanyanya. Bik dina mengenal wajah Riko.

"Den...tolongin non Ana dia di kunci sama tuan di kamar. Bibi takut non Ana nggak bisa keadaan gelap kaya gini...." Ujarnya lemah.

Riko bertambah panik ketika mendengar isak tangis Kia dari dalam kamar. Ia langsung menggedor pintu itu.

"Kia!!!"

"Kia kamu gapapa?" Teriaknya. Nun tak ada jawaban.

Riko mencoba mendobrak pintu itu. Yang pertama gagal. Kemudian ia terus mencobanya hingga tiga kali pintu itu berhasil terbuka. Ia langsung berlalri menghampiri Kiana yang terduduk lemas di lantai.

"Kia." Riko meraih Kiana namun Kiana menepisnya sambil terisak ketakutan.

"Jangan...tolong...hiks..."

"Jangan...maaf..." Ujar Kiana terus memberontak.

Riko langsung menarik Kiana ke dalam pelukannya. "Hey ini aku, Riko." Bisiknya.

"Shhttt tenang ya. Aku disini, Kia." Riko menangkup Wajah Kiana, ia menghapus air mata gadis itu.

Bi Dina menutup kedua tangannya menahan isak. Ia tak tega melihat kondisi Kiana seperti ini. Tapi ia merasa tenang ketika ada yang menolong Kiana. Ia langsung pergi ke bawah membiarkan Riko menenangkan Kiana. Ia berjaga-jaga agar Ganendra tidak melihat temennya Kiana.

Riko langsung menyalakan kembali senter di ponselnya agar ruangan tidak terlalu gelap. Kiana langsung memeluk Riko ketika ia menyadarinya. Riko langsung memeluknya erat.

"Obat..." Lirih Kiana, nafasnya kembali tercekat. Riko langsung panik tapi ia berusaha tenang.

"Kia, tenang oke. Obat apa?" Tanya Riko.

"Di laci..." Lirihnya.

Riko langsung berlari ke nakas Kiana. Ia mencari menggunakan penerangannya dari ponsel. Ia langsung kembali pada Kiana ketika menemukan sebuah botol obat.

Kiana menerimanya. Ia langsung menelan obat itu tanpa air. Riko melotot panik, ia refleks menarik tangan Kiana ketika gadis itu menelan sekaligus tiga butir.

"Kia! kenapa sebanyak itu?!" Bentak Riko. Ia hanya khawatir.

Riko dengan cepat merampas botol itu, ia membaca tulisan kecil yang tertera pada kemasan botol itu.

CACTUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang