🌵41. Asing

1.2K 141 1
                                    

Jangan lupa vote&komen

Happy reading...



Teriknya matahari pagi membuat Kiana memyipitkan matanya karena cahaya yang sangat silau. Saat ini ia sedang berada di lapangan Alaska bersama murid-murid lain untuk melaksanakan upacara. Dibarisan paling depan, membuatnya bisa melihat para petugas upacara. Ia hanya diam memperhatikan guru dan anak osis yang sibuk mentertibkan barisan.

Kiana mendongak menoleh ke samping kirinya, seorang lelaki baru saja baris disampingnya sehingga tubuh tegapnya itu menghalangi cahaya mentari yang menyorot Kiana tadi.

Riko menatap Kiana namun ketika pandangan mereka bertemu, keduanya saling membuang muka. Seperti dua orang asing yang tak saling mengenal.

Kiana tetap mengangkat dagunya lurus. Ia tidak ingin terlihat lemah. Kiana ingin membuktikan bahwa hanya karena putus cinta tidak akan dapat merusak kebahagiaan.

Yang ia lakukan sekarang hanya harus bisa terbiasa.

Terbiasa tanpa perhatian lelaki itu.

Terbiasa tanpa senyuman lembut lelaki itu.

Dan terbiasa tanpa kehadiran lelaki itu di hidupnya lagi.

Ia akan kembali menjadi sosok Kiana yang mandiri. Menjadi wanita yang tak kenal rasa sakit dan menyukai kesendirian. Ia tidak akan memberikan kepercayaan lagi, kepada siapapun.

"WOY!! udah nyuri start aja lo baris paling depan, mau modus sama doi ya?" Cetuk Nathan yang baru baris di belakang Riko.

Riko menoleh dengan wajah datarnya. "Gue ketua kelas," Ucapnya. Kebetulan memang sudah di wajibkan ketua kelas pada setiap kelasnya harus bari paling depan setiap upacara.

"Ngapain gue modus? lagian gue juga males deket deket sama dia." Ucap Riko yang masih bisa di dengar Kiana.

Nathan menatap Riko dengan mulut setengah terbuka, kemudia ia membisikkan sesuatu pada Nada.

"Kayanya masih berantem ye?" Tanyanya heran.

"Iya kayanya tuh." Nada mengangguk setuju.

Upacara dimulai dengan suara MC. Semua siswa langsung diam ketika upacara di mulai. Ketika MC memerintahkan pemimpin upacara masuk ke dalam lapangan, sang pemimpin upacara pun berjalan ke tengah lapangan dengan tubuh tegapnya dan memasang wajah tegasnya.

Ada yang berbisik dan memekik kagum ketika pemimpin upacara memasuki lapangan. Mereka terheran, karena jarang sekali ketua geng Anglaster itu mau berpartisipasi dalam hal seperti ini. Ya, dia adalah Gio. Kebetulan sekali hari ini adalah jadwal kelasnya sebagai petugas upacara.

Gio berjalan ke tengah lapangan. Ia berhenti, kemudian berdiri tegap menghadap murid yang sedang berbaris. Ia memasang wajah tegasnya namun tidak mengurangin ketampanannya, membuat beberapa siswi melotot kagum.

Kiana menatap Gio yang berdiri tepat di hadapannya, lelaki itu juga sedang menatapnya. Jarak mereka cukup dekat saat ini.

"Anjing. Awas aja, muka sok gantengnya bakal gua bikin bonyok." Batin Riko ketika melihat dua orang itu saling bertatapan.

"Pagi cantik." Sapa Gio pelan.

Kiana tidak menanggapinya, ia hanya menganggapnya seperti angin lewat. Walaupun ia sebenarnya agak risih. Di depannya ada Gio yang terus menatapnya dan di samping kananya ada Riko.

CACTUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang