🌵PROLOG

8.5K 631 101
                                    

Untuk yang sudah ada tanda [🌵] berarti sudah di revisi yaa

Jangan lupa vote&komen.

Happy reading...

Langit Indonesia yang cerah memberi kesan hangat yang seakan menyambut kedatangan seseorang.
Gerbang bandara terbuka lebar menampakan orang orang yang baru saja mendarat di negara Indonesia.

Namun, seorang wanita cantik mengalahkan pesona indahnya matahari yang hampir tenggelam dari balik jendela jendela kaca bandara yang kokoh. Dia adalah Kiana, gadis cantik dengan wajah datar dan dingin menjadi ciri khasnya .Gadis itu kemudian duduk disalah satu sofa tunggu, menunggu seseorang menjemputnya.

Ia mengedarkan pandangannya hingga akhirnya menemukan wanita paruh baya yang sedang berjalan kearahnya. Seulas senyum amat tipis muncul di wajahnya, lalu ia bangkit dari duduknya namun ia melihat seorang laki-laki yang berumur sekitar 16 tahun berada disamping wanita paruh baya itu, detik itu juga senyumnya langsung memudar.

"Non Ana..." Wanita paruh baya itu langsung menghamburkan pelukannya pada wanita itu yang bernama kiana.

"Bibi apa kabar hm?" Tanya kiana yang masih dalam pelukan bi Dina, asisten rumah tangga ayahnya sekaligus orang yang merawatnya dari kecil.

"Bibi baik sayang, kamu baik baik aja kan disana?" tanya bi Dina dibalas anggukan kecil oleh Kiana.

"Ayo non kita pulang tuan pasti sudah menunggu non dirumah, non juga harus istirahat pasti sangat lelah." Lalu bi Dina mengambil koper milik Kiana dan berjalan lebih dulu.

Sekarang tinggalah Kiana dengan seorang laki laki dihadapannya yang sedari tadi menatapnya namun tak ia hiraukan.

Laki-laki itu tersenyum ke arah Kiana. "Apa kabar kak?" Tanyanya, dia adalah Rafandra Ganendra.

"Gue bukan kakak lo " sinis kiana dengan wajah datarnya lalu ia pergi meninggalkan Rafan.

Rafan terkekeh. Dia tidak marah, dia sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh kakaknya. Lalu ia menyusul kiana yg sudah berjalan menjauh sampai ia bisa menyamakan langkahnya dengan langkah Kianara.

"Ternyata sikap lo ga pernah berubah." Rafan terkekeh.
"tapi lo terlihat lebih dewasa sekarang,lo tambah cantik." Puji Rafan sambil mengacak ngacak rambut Kianara namun langsung ditepis oleh sang empunya.

Di mobil Kiana duduk dengan Rafan disampingnya padahal dia sudah menolaknya dengan keras tetapi laki laki itu tetap memaksanya, sedangkan bik Dina duduk didepan dengan supir yang mengendarai mobil. Kiana mengarahkan wajahnya menatap kearah kiri kaca mobil melihat jalanan ibukota yang sangat macet.

"Gue tau apa tujuan lo kembali Ana." bisik Rafan tepat ditelinga kiana membuatnya refleks menoleh.

"Jangan ikut campur," Kiana menatap Rafan tajam tapi Rafan hanya membalasnya dengan senyuman.

"Lo fikir papah bakal ngizinin lo masuk ke sekolah itu? gue sangat tau pemikiran papah tentang sekolah itu Ana. so,lo butuh bantuan gue."

Kiana menatap Rafan tajam."lo pikir tanpa bantuan lo gue ga bakal bisa?" kiana tersenyum sinis
"tante Farah udah janji bakal bantuin gue untuk itu,jadi gue ga perlu bantuan lo sedikit pun."

Ya. Kiana memiliki tante yang berprofesi sebagai guru disekolah itu jadi dia bisa dengan mudah untuk masuk kesana apalagi dengan otak kiana yang tidak bisa diremehkan.

Rafan terdiam sesaat lalu ia kembali berkata."Gue tau Ana lo nggak akan maafin gue. Tapi apa lo nggak bisa anggap gue ada? sedikit aja."

"Nggak akan. bahkan sampai gua mati pun."

Kiana rasa kata katanya cukup menusuk hingga membuat Rafan tidak berkutik sama sekali. Apakah dia sakit hati dengan perkataannya?ah untuk apa dia peduli. Kiana menyenderkan kepala lalu memejamkan matanya. Dia tidak tidur. Otaknya lebih memilih berfikir daripada tidur.

"setelah ini apa yang harus gue lakuin?apa gue sanggup nerima semuanya sendirian?"batin kiana.

.
.
.

Bersambung...

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CACTUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang