Anisa memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Ia membuka pintu rumah nya diikuti ketiga anaknya masuk. Al membuka sepatu nya dengan teratur.
"Bunda hari ini masak apa?"Tanya El.
"Adek kalo masuk sepatunya dilepas dong" Keluh Anisa pada El.
El cemberut enggan membuka sepatu nya. Al berjongkok di depan El, ia membuka satu persatu tali sepatu El dengan telaten sampai benar benar terlepas.
"Kakak makasih!"Ucap El tulus. Al mengangguk lalu pergi.
Anisa terkesima dengan apa yang dilakukan Al, ia tersenyum lalu pergi.
...
Malam hari pun tiba. Semua anggota sudah duduk nyaman di ruang tengah untuk bersantai. Ada El yang tengah bermain bersama Gio dan Al yang tengah menonton Tv.
"Tadi sekolah nya gimana?"Tanya Hans pada kedua anaknya.
"Seneng banget dong El punya banyak temen" Ucap El bersemangat.
"Kakak?" Tanya Hans.
"Kakak suka sekolah"Ucap Al singkat.
"Itu aja nggak ada yang lain?" Tanya Hans memastikan. Al mengangguk tapi tidak dengan El.
"Ada satu lagi pah" Ucap El cepat
"Apa?" ucap Anisa menimpali.
"Caca" ucap El malu malu.
"Caca?" Heran Hans
"Temen cewek nya Si kembar pah" Ujar Anisa.
"Kalo kakak selain sekolah apa lagi?" Tanya Hans kedua kalinya.
"Nggak ada, semuanya bosenin" Ucap Al datar.
Anisa dan Hans hanya bisa menghela nafas mereka bingung dengan Al yang sama sekali tidak mau bersosialisasi.
...
Seperti malam sebelumnya, Al diwajibkan untuk belajar menghitung dan membaca dalam keadaan mengantuk sekalipun. Al harus benar benar bisa membaca ataupun menulis.
"Gimana belajarnya?" Ucap Anisa datang menghampiri Al.
"Al udah bisa perkalian Sebelas" Balas Hans.
"Kakak nggak capek?" Ucap Anisa prihatin dengan Al pasalnya Al sudah terkantuk kantuk.
"Ini masih jam 10 jadi masih wajar. Dulu papah belajar sampai jam 11" Ucap Hans membandingkan
Anisa menghela nafasnya, ia mengusak rambut Al dengan pelan. Al hanya diam.
"Tujuh dikali sebelas?" Tanya Has
"Tujuh puluh tujuh" Balas Al sambil menguap.
Hans mengambil penggaris panjang. Lalu memukulkan nya sembari membentak Al. Alasannya simple karena Al menguap tak menutup mulutnya.
Al ketakutan lalu menunduk. Al langsung menahan tangisnya sembari menulis. Saat jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam barulah Al selesai belajar bersama ayahnya.
...
Pagi yang sangat indah. Seharusnya.
mengantuk? Pasti. Untuk ukuran anak sekecil Al jam setengah dua belas malam sangatlah malam untuk tidur. Al memaksakan matanya untuk tetap terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky [Tamat]
Non-FictionMenjadi anak yang tak diinginkan oleh orang tua bukan keinginan Al. Ia tak pernah meminta kepada Tuhan untuk di lahirkan di dunia ini. ia juga tak mau seperti itu. ia pembawa sial untuk papahnya, Ia aib keluarganya, Ia selalu dibedakan dari saudaran...