Part 48

10.4K 478 52
                                    

"karena kita tak pernah bersama bagaimana pun itu caranya"

...

"AL!" Mereka berdua berteriak mana kala Al memuntahkan darah dari mulutnya.

Caca langsung panik, ia segera membantu Al membersihkan darah dari mulutnya dengan telaten. Al lagi-lagi merengis sakit pada perutnya.

"Shh sakit" Ucap Al memegangi perutnya.

"Gimana nih gue takut" Panik Caca benar-benar panik saat lagi-lagi Al berkata jika perutnya sangat sakit.

"Rumah sakit!" Usul Tania, Caca langsung mengangguk.

Mereka berdua dengan susah payah membawa Al pergi ke rumah sakit.

Lagi dan lagi Al memuntahkan darah dari mulutnya, Caca menadahinya dengan tangannya sendiri selama perjalan kerumah sakit.

"Sabar Al" Ucap Caca menatap Al sedu.

Al hanya tersenyum kecut dengan wajah yang pucat. Mungkin sudah akhirnya. Caca menangis melihat Al tak berdaya, benar-benar menangis.

Melihat Al yang seperti itu mengingatkannya dengan masa kecil Al. Bagai rentetan film yang berputar dikepalanya. Bagaimana Al yang selalu dipukuli ayahnya, bagaimana Al yang selalu menagis meminta maaf pada ayahnya.

Bagaimana Al selalu dihukum ayahnya, Al tak pernah bahagia. Bahkan sekalipun, tak pernah.

"Al hiks Al" Caca menagis saat Al tak sadarkan diri.

Tania ikut panik, dengan kecepatan penuh mereka sampai dirumah sakit. Begitu sampai Al langsung dibawa kedalam ruangan inap.

Mereka berdua menungu Al diluar dengan panik, Caca masih menangis dengan Tania yang bersandar pada dinding rumah sakit.

Mereka berdua diam, mereka tahu kenapa Al bisa seperti ini. Dalam diam Caca meraskan hpnya bergetar, ia segera menganggkatnya.

"Halo" Ucap Caca dengan suara serak.

"Ca! El kecelakaan" Suara Vian terdengar serius.

"Maksud lo?" Ucap Caca tak paham.

"Ca El kecelakaan, sekarang dia lagi dirumah sakit citra putih" Ucap Vian, terdengar suara motor sangat bising.

"Gue juga lagi di sini, ruangan berapa?" Tanya Caca.

"Ruangan no-"

Caca segera mematikan teleponnya begitu dokter sudah keluar dari ruangan inap Al.

"Dok gimana keadaan Al? Al kenapa dok?!" Tuntut Tania meminta kejelasan.

Dokter membuka kaca matanya sembari tersenyum lalu menggeleng, ia menatap mata anaknya yang memerah.

"Jadi begini, Al sudah mendonorkan hatinya dua kali, satu kali gagal dan untuk kedua kalinya saya sudah mempereingati Al untuk tidak mendonorkan hatinya karena peluangnya buruk. Meski presentasinya sangat sedikit tapi resiko bagi pendonor antara lain untuk janga pendek misalnya infeksi, pendarahan, gangguan pembekuan darah, dan gangguan lainnya"

"Jadi?" Ucap Caca tak sabar dengan ayahnya.

"Al mengalami pendarahan, selain pendarahan Al juga mempunyai penyakit dalam lainnya, jadi untuk menyembuhkannya kemungkinan besar kita harus mengoprasi ulang Al. Penyakit Al sudah kronis jika itupun dioprasi kemungkinannya kecil--

Al sudah terlambat dibawa kerumah sakit. Seharusnya dibawa lebih awal"

"Saya setuju dok jika Al dioprasi ulang!. Semua biayanya saya tanggung " Ujar Tania.

Blue Sky [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang