Hans berjalan panik menyusuri seluruh sekolah si kembar. Sekolah si kembar sudah sepi, bahkan gerbangnya sudah di tutup. Ia berpesan ke Al bahwa harus menunggu di halte, tapi anaknya tidak ada disana.
Bahkan ia bertanya kepada guru yang masih ada, mereka bilang si kembar sudah pulang dijemput seseorang.
Hans lupa membawa hp, ia menyisir rambutnya frustrasi. Akhirnya ia membawa mobilnya pulang.
Di rumah si kembar sedang bermain bersama Gio. Al sedang tidur siang dengan El yang bermain bersama Gio dikamar Al.
"bunda!" Panggil Hans.
Anisa menatap Hans khawatir.
"kenapa pah??" tanyanya bingung.
"Si kembar di culik bund!" ucap Hans panik.
"hah? Tapi si kembar udah pulang pah tadi dianterin--" ucapan Anisa terhenti saat Hans masuk dengan tergesa gesa.
Hans bernafas lega saat melihat putranya. Hans kemudian menyeret Al keluar. Al terbangun, ia tak tahu kenapa papahnya menyeretnya.
"papah sa-sakit" ucap Al terbata
Hans tak mendengarkan ucapan Al, ia terus menyeret Al keluar. Hans menghempaskan Al begitu saja.
"kamu tau apa salah kamu?" tanya Hans dengan nada dingin. .
Al menggeleng, Al memegangi tangannya yang memerah.
"kenapa kamu nggak tungguin papah? Kalo terjadi sesuatu gimana?! Kalo kamu sama El hilang di culik gimana?!"
"tapi papah Al--"
"apa kamu?! Berani jawab!? Hah!, dasar anak nggak tau diri!" Caci Hans.
"jadi anak tuh nurut dikit! Papah capek!" ucap Hans membentak.
Al hanya diam sampai Hans nencengkram pipinya. Al meringis
"kalau sampai kamu pulang nggak sama papah habis kamu! Ngerti?!" ucap Hans.
Al mengangguk sembari menangis. Hans melepaskan Cengkraman nya lalu pergi.
...
Al duduk di belakang rumahnya sendirian. Tempat yang menjadi keluh kesahnya, selain kamarnya itu.
Al memegangi tangannya yang memerah. Cengkraman Hans tak main-main Sampai membuat tangan Al terluka. Al mengelap air matanya, ia lelah diperlakukan tidak adil.
Dari kecil ia sudah di perlakukan seperti itu. Entahlah di dunia ini semua manusia itu jahat, terkecuali Om nya.
"Hiks aku capek" tangis Al.
"kapan Al bisa kayak adek ya Allah?. Al juga mau kayak adek, yang selalu dibeliin papah mainan, yang selalu papah gendong, yang selalu papah sayang"
"Al juga anak papah, bukan anak haram" Ucap Al. Al menangis, ia menumpahkan keluh kesahnya selama ini.
Flashback Al waktu umur 4 tahun.
"Mas Gio mas" ucap Anisa tak terima dengan kenyataan. Hans memeluk Anisa erat. Ia turut merasakan apa yang istrinya juga rasakan.
Kata dokter Gio di fonis bisu. Hans amat terpukul, ia tak bisa menyalahkan siapun disini karena memang ini sudah takdirnya.
"kamu yang sabar Bund, kita masih punya El" ucap Hans.
"hanya El?" tanya Anisa.
"ya terus siapa lagi?" ucap Hans berpura pura tak tahu.
"kamu nggak anggep Al sebagai anak kamu sendiri?" ucap Anisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky [Tamat]
Non-FictionMenjadi anak yang tak diinginkan oleh orang tua bukan keinginan Al. Ia tak pernah meminta kepada Tuhan untuk di lahirkan di dunia ini. ia juga tak mau seperti itu. ia pembawa sial untuk papahnya, Ia aib keluarganya, Ia selalu dibedakan dari saudaran...