Menulis tentangmu adalah karya yang tanpa bosan aku tulis, walaupun penaku sudah habis.
Al selalu bertanya pada tuhannya, mengapa hidupnya selalu berjalan dengan berat. Karena Tuhan selalu menguji hambanya untuk mengetahui apakah ia setia atau tidak.
Al, satu nama sejuta luka.
Al, satu nama satu duka.
Dan Al adalah nama yang tak mungkin berujung indah. Karena hidupnya sudah tertulis bahwa ia tak pernah bahagia.Al menggores perlahan tangan kanannya dengan pecahan kaca, semakin dalam goresan itu semakin Al puas. Ia menatap goresan tangannya menekannya dengan perlahan seakan tak pernah merasakan sakit.
"I know my life is useless but can I be happy?"
Sekali lagi Al selalu menyalahkan dirinya, mengapa ia terlahir dari rahim seorang ibu yang tak pernah mendambakan putra seperti dirinya.
Al langsung bergegas keluar kamarnya, jam ditangannya menunjukan pukul 7.45 wib saatnya pergi ke sekolah. Semalaman Al tak tidur, ia membiarkan darah merembas keluar dari lengan bajunya.
Saat Al turun ia menemukan pemandangan yang memuakan mata, ada Hans, Anisa, El, dan Gio sedang sarapan pagi. Al melewati mereka dengan santai seolah tak menganggap ada manusia.
"Enak ya 4 hari nggak pulang" sindir Anisa.
Al masih tetap berjalan enggan mendengar omong kosong Anisa. Buat apa mereka peduli? Toh dia juga sudah tidak dianggap anak mereka.
"Anak nggak tau diri emang" ucap El pelan.
Al berhenti berjalan saat mendengar ucapan El. Ia memutar badannya menghadap orang yang memiliki wajah sama persis dengannya.
"ngaca" balas Al singkat.
"LO?!" ucap El tak terima bahkan El menujuk Al dengan jarinya.
"sadar diri" ucap Al dingin.
"Harusnya kamu yang sadar diri, masih untung kamu saya tampung" ucap Hans berhenti mengunyah ia menatap Al sinis.
El tertawa dalam hati.
Al menatap El sebentar lalu kembali menatap ayahnya. "kenapa anda tidak mengusir saya? Oohh saya tau karena kolega anda? saya lupa pasti kalau anda usir saya muka anda akan hilang selama inikan anda memperkenalkan saya sebagai El bukan Al"
Ekspresi Hans langsung berubah saat mendengar ucapan Al.
"jadi siapa yang ditampung?" ucap Al memiringkan kepalanya lalu tersenyum perlahan.
"ANAK JAHANAM!" murka Hans berdiri, ia bahkan menujuk Al dengan jarinya.
Tiba-tiba Hans kesakitan mungkin jahitannya belum sembuh, FYI Hans baru keluar dari rumah sakit setelah transplantasi Hati.
"ANAK SETAN! PAPAH MU BARU KELUAR RUMAH SAKIT!" maki Anisa lalu ia mebantu Hans duduk.
Al berdecih tatapannya jatuh kearah Gio yang melihat kearah tangannya, Al langsung pergi tak memperdulikan ocehan Hans tak lupa menarik kembali lengan tangannya yang terbuka.
...
Al menghirup udara pagi, walaupun untuk pertama kalinya ia berangkat ke sekolah hampir terlambat, selama perjalanan dari gerbang hingga ke lokernya ia merasa janggal. Benar biasanya ada Caca yang akan mengganggunya.
Entahlah tapi hanya perasaan Al saja atau bagaimana tapi ia merasa sedikit kehilangan.
Saat berjalan menuju kelas ia berpapasan dengan Caca, hanya berpapasan tanpa ocehan. Al berhenti berjalan, Caca terus berjalan tanpa memperdulikan Al yang berhenti didepannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/255017440-288-k455477.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky [Tamat]
Não FicçãoMenjadi anak yang tak diinginkan oleh orang tua bukan keinginan Al. Ia tak pernah meminta kepada Tuhan untuk di lahirkan di dunia ini. ia juga tak mau seperti itu. ia pembawa sial untuk papahnya, Ia aib keluarganya, Ia selalu dibedakan dari saudaran...