Part 27

4.7K 453 101
                                    

Happy Reading

PART INI PANJANG AWAS GUMOH






Hans berdiri sedari tadi menunggu didepan ruangan Al dirawat. Hans berusaha menenangkan Anisa yang terus menangis, bahkan Anisa mengabaikan El dan Gio.

"Sabar Nis, Al pasti bakal buka matanya kok" ucap Hans menenangkan Anisa.

" Hiks Al mas Al " Anisa menangis semakin menjadi.

Gio dan El hanya duduk diam menunggu, setengah jam menunggu ruangan kembali dibuka. Anisa langsung menghampiri dokter yang merawat Al.

" Dok gimana keadaan anak saya" ucap Anisa.

" Anak ibu sudah membaik, darah yang mengalir dari tangan anak ibu juga sudah berhenti. Namun, anak ibu masih dalam keadaan tak sadar diri, jika pasien sudah siuman pasien boleh di bawa pulang " tutur Dokter itu.

" Saya boleh jenguk anak saya nggak dok?" Tanya Anisa, Dokter itu mengangguk lalu pergi.

Anisa segera masuk keruangan Al diikuti suami dan anak-anaknya.

" Kakak.... Bangun yuk " ucap Anisa melihat putranya yang masih menutup mata.

" Nis.... Kamu jangan khawatir, Al juga udah biasakan pingsan ujung-ujungnya juga Al sembuh" ucap Hans enteng.

" Kakak.... Bunda disini nak, kamu bangun ya " ucap Anisa membelai rambut Al.

" Bunda, El laper El mau makan " rengek El menarik-narik baju Anisa.

" Adek kalo laper sama papah dulu ya, bunda mau nemenin kakak disini " ucap Anisa lembut.

El menggeleng tak mau.

" El maunya sama Bunda, bunda iiihhh El laperrr" rengek El.

" Adek... Kakak lagi sakit nak, kakak belum siuman jadi bunda mau nungguin Kakak disni. Adek ngertiin bunda dong kakak belum sadar, adek kalo laper makan sama papah aja ya" ucap Anisa tersenyum.

" Enggak! El pokoknya makan sama bunda!, kakak tinggalin aja! Nanti juga sembuh! Hiks bunda....." Tangis El pecah, Hans langsung menggendong El pergi.

El meronta dalam gendongan Hans, El menangis semakin jadi.

Anisa menghela nafasnya lelah, El tak mau mengalah sama seperti Hans. Ia kemudian menatap Al yang masih tertidur.

Anisa membelai wajah teduh Al. Ia menangis saat melihat Al yang tak kunjung bangun, mengingatkannya pada masa lalu.

" Kakak harusnya nggak lahir nak, kamu harusnya bahagia, bunda nggak pernah nyesel pernah lahirin kamu. tapi, bunda nyesel harus bawa kamu dalam kebencian ayah kamu " ucap Anisa, ia menangis.

Bukan hanya Hans yang tak siap menjadi orang tua, dirinya juga sama. Harusnya ia menikah dengan orang yang ia cintai, bukan dengan orang yang merebut segalanya. Namun ia bisa apa selain berpasrah diri, nasi sudah menjadi bubur.

" Bunda...." panggil Al serak.

" kakak butuh apa? Keadaan kakak gimana? Kakak minta apa?? " tanya Anisa bertubi. Ia senang akhirnya Al membuka matanya.

Al menggeleng, ia melihat sekelilingnya. Al berdecak bosan. Lagi-lagi rumah sakit.

" Al mau pulang " ucap Al serak.

"Nanti ya, nunggu papah sama adek-adekmu dulu" ucap Anisa mengelus surai Al.

Al mengangguk, ia melihat tangan kanannya yang dibalut perban. Al menghela nafasnya dengan pandangan sayunya ia menatap Anisa yang juga menatap kearahnya.

Blue Sky [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang