HAPPY READING.
Acara pertama sudah selesai dilaksanakan, saatnya bagi para peserta untuk ber istirahat untuk acara utama yang diselenggarakan besok. Mereka bergegas masuk kedalam tenda masing-masing meninggalkan api unggun.
Caca tentu tak masuk kedalam tenda, ia diam-diam keluar untuk mengambil air didapur pos, tenggorokannya kering perlu diisi. Matanya tak sengaja menangkap siluet Tania yang sedang berjalan kearah tepi hutan dengan diam-diam.
Ngapain sih?
Batinnya berucap, pikirannya tak peduli namun tubuhnya bertolak belakang. Caca diam-diam mengikuti Tania yang semakin menjauh, dari belakang Caca bisa mengetahui bahwa selain Tania ada sesosok laki-laki yang menunggunya.
Al menunggu Tania datang, diam-diam bertemu pada malam hari, jika mereka ketahuan mereka bisa dihukum apalagi Al adalah ketua Osis.
Caca melihat setiap gerak-gerik mereka berdua dalam diam, bagaimana Tania malu-malu dan Al yang mengelus rambut Tania dengan sayang.
Cemburu? Buat apa diakan bukan siapa-siapanya gue
Caca terus memperhatikan mereka dari kejauhan, sampai Al memegangi kedua pipi Tania, ia memiringkan kepalanya seolah mereka akan berciuman.
Matanya memerah menahan cemburu sekaligus menahan isakan, Caca berbalik badan namun, ia menabrak dada bidang seseorang yang kemudian menjadi pelabuhan air matanya.
Sebelum ia berbalik matanya tak sengaja bertabrakan dengan mata elang milik Al.
"Hiks"
"Udah nggak usah nangis." ucap seseorang itu menenangkan sembari mengelus pundak Caca dengan sayang.
El kemudian mengelus rambut Caca tanpa bosan dengan elusan yang El berikan membuat Caca semakin menangis. Seolah hatinya dibelah menjadi dua, sakitnya tiada tara melihat orang yang paling dicintai berciuman dengan orang lain.
El kemudian membawa Caca pergi meninggalkan luka yang amat dalam. Disana sebenarnya mereka tak berciuman, hanya hidung saling hidung yang menempel namun siapaun yang melihatnya pasti mengira mereka sedang berciuman.
Al mencium bibir Tania? Tentu tidak bagaimana mungkin Al mencium bibir Tania, cewek yang sudah ia anggap adik sendiri.
'Duk'
Kado yang Tania bawa terjatuh, matanya terus terpatri kearah Al yang sedang mengamati sekitar dengan was-was. Dari dekat Tania sadar jika Al sangat tampan, garis rahang yang tegas, mata yang menawan jangan lupakan bibir seksi milik Al.
Bolehkah Tania bahagia untuk sesaat?. Tidak, tentunya tidak karena Al segara menjauhkan wajahnya dari wajah memerah milik Tania.
"Mana kadonya?" pinta Al. Seakan tersadar Tania langsung mengambil kado yang sempat terjatuh tadi.
"I-ini buat lo" Tania berdeham sejenak menetralkan detak jantungnya yang menggila.
Al tersenyum, segera ia membuka kado yang berpita merah. ia menemukan sebuah foto masa kecilnya bersama Tania. Tania sengaja memberikan Al kado walaupun mereka sedang berkemah. Kado kejutan yang ia janjikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky [Tamat]
NonfiksiMenjadi anak yang tak diinginkan oleh orang tua bukan keinginan Al. Ia tak pernah meminta kepada Tuhan untuk di lahirkan di dunia ini. ia juga tak mau seperti itu. ia pembawa sial untuk papahnya, Ia aib keluarganya, Ia selalu dibedakan dari saudaran...