Part 21: Hujan

3.1K 531 527
                                    

"Aku mau ini kasus diselesain pa!"

"Papa cuma bisa ikut aturan aja!"

"ATURAN NGGAK BUAT RAKYAT SEJAHTERA PAPA!"

"TAPI ATURAN DIBUAT BIAR HIDUP KITA DIPERMUDAH JESSI!"

Jessi natap ayahnya kecewa. "Apa salahnya papa selamatin anak itu?"

"Nggak segampang itu Jess, dari sananya emang udah gitu. Dia bisa dipenjara dia juga bisa bayar denda. Aturannya udah mutlak gitu. Kalo dia bisa bayar denda yah dia bebas."

"Papa komandannya!"

"Walaupun!"

Jessi acak-acak rambutnya. "Okey, forget it. Kalo nggak sesuai ekspektasi mereka bakalan ngamuk."

"Kamu tahan dong!"

"Nggak! Buat apa aku tahan kalo mereka lakuin hal yang bener?"

"Hal yang benar kadang nggak selalu menguntungkan, nak."

"PAPA DOANG!" Jessi teriak. "PAPA DOANG YANG MIKIR KAYAK GITU!"

"JESSI!" Papanya teriak dan mukul meja.

"Cuma papa yang mikir kayak gitu. Apa sih yang papa cari di dunia? Hidup kita udah bercukupan, pa!" Jessi lembutin suara bicaranya.

Papanya geleng kepala. "Nggak ada yang tau masa depan. Banyak hal yang nggak kamu tau."

"Apa yang aku nggak tau? Dari dulu selalu bilang kek gitu! Kayak dulu Papa sengaja nyuruh orang buat bunuh mama padahal mama lagi ngandung adek aku! Papa legalin semua cara cuma buat dapetin apa yang papa mau. Bahkan sampe mama juga disingkirin sama papa."

"Cukup, kamu nggak tau apapun soal itu. Pulang aja, malam ini nggak ada tugas buat kita."

Jessi ngangguk, dia hapus air matanya terus berdiri. "Terserah papa."

Selama ini dia emang kerja bareng papanya. Banyak yang nggak tau kalo dia itu anak dari polisi. Umur dia lima tahun waktu itu dan kejadian gila itu jadi.

Mamanya dibunuh depan mata dia sendiri. Umur dia yang masih lima belas tahun waktu itu nggak ngerti apa-apa. Sampe akhirnya beranjak dewasa dan dia mulai tau semuanya, mulai dari siapa sebenarnya dalang pembunuh mamanya dan itu papanya sendiri.

Semenjak itu papanya nggak ijinin dia keluar rumah, sekolah di rumah, aktivitas semuanya di rumah.

Sampe dia masuk SMA baru dia bisa sekolah kayak orang biasa. Bahkan lulus kuliah dia harus kerja bareng papanya, dipaksa masuk juga dalam organisasi ini biar bisa lancarin pekerjaan papanya.

Dia nggak bisa ngelakuin apapun, papanya terlalu berkuasa buat dia lawan.

***
"Bangsat lu Kun, yakali anak orang lo kagetin dalam toilet rumah sakit!" Lisa pegang perutnya, sakit karna ngakak.

Mereka lagi ngumpul-ngumpul di lobby, ngobrol-ngobrol biasa aja.

"Lo-- heh? Pulang lo?" Chaerin kaget liat Jessi masuk dalam kosan.

Jessi ngangguk. "Hm." Terus dia langsung jalan masuk dalam kamarnya.

"Dia kenapa?" Doyoung ngernyit bingung.

"JESSSS... " Lisa berdiri dan nyusul. "LAGI DAPET LO? TEMBUS?"

"Anjing si Lisa!" Yuta ngakak.

"Jessi kenapa yah?" Winwin natap temen-temennya.

"Ya kalo gue tau gue dah bilang Win." Yangyang jawab asal.

"Bad mood kali." Hwasa lurusin kakinya. Dari tadi dia lipat lama-lama jadi kesemutan.

NCT: Organisasi Bobrok [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang