Part 27: TrichotilloMania

3.4K 516 589
                                    

Malamnya Yuta beneran ngajak Winwin makan di atas. Mereka berdua duduk sambil nikmatin pop mie panas.

Sederhana kan, tapi enak banget. Duduk, natap pemukiman warga, bapak-bapak lagi main catur sama ngopi di jalan, ditambah musik dangdut yang diputar, gini emang suasana kalo tinggal di dalam gang.

"Mau bilang apa tadi?" Winwin nanya sambil tiupin pop mienya yang masih panas.

"Bentar... shh... panas banget anjir!" Yuta letakin pop mienya. Tangan udah merah saking panasnya.

Winwin ngakak tapi kasian juga. "Sini biar kutiup-tiupin."

"Nggak papa, lo bukan hairdryer yang bisa ngeluarin angin."

"Heh!" Winwin ngakak. Emang deket Yuta bisa buat dia ketawa terus.

Yuta dehem. "Gini Win... sebenarnya gue nggak ada niatan ngomong kasar ke lo kek gitu."

Winwin nyimak.

"Ya... ada yang gue tutupin tapi bakalan gue kasih tau ke lo karena... " Yuta natap matanya Winwin.

"Karena?" Winwin ngernyit bingung.

"Karena gue tau lo itu bisa dipercaya." Yuta senyum. "Jangan kasih tau siapa pun soal ini. Kecuali mungkin nanti gue bakalan jujur ke semuanya. Well, kalo udah waktunya."

Winwin makin bingung. "Apa sih?"

"Ini." Yuta buka jaketnya.

"Oh Tuhan... "

Keliatan luka-luka yang dibuat sama dia sendiri. Sayatan-sayatan kecil sampe yang lumayan panjang, ditutup sama plester obat dan ada juga bekas-bekas lainnya yang mulai kering.

"Yuta... " Winwin letakin pop mienya. Matanya udah berair mau nangis aja liatnya. Dia tau penyakit mental kek gini pasti dilakuin karena ada masalah yang besar.

"Jijik yah?"

"Hush!" Winwin nepuk bahunya Yuta. "Yastajim! Siapa yang bilang jijik? Kamu kenapa sampe kayak gini? Ada masalah gitu?"

Yuta ngakak, dia pake lagi jaketnya terus hapus air matanya Winwin. "Faktor lingkungan."

"Hah?"

"Gue besar di lingkungan yang nggak bener. Dari kecil udah diajarin hal-hal mulai dari rokok, narkoba, sampe self injury kek gini."

"Trus?"

Yuta tetap senyum. "Nyokap bokap gue itu perokok keras dan kerjaan mereka cuma judi tiap hari. Nyokap juga sering kek gini dan gue dari SMP udah kerja hidupin diri gue sendiri."

Winwin nutup mulutnya. Nggak kebayang, padahal waktu dia SMA seragam aja masih disiapin sama mamanya.

"Gue kerja jadi tukang cuci piring." Yuta natap langit. "Dapat gaji, bayar uang sekolah. Buat kuliah gue harus kerja lebih keras lagi. Capek, hahahaha... "

"Nangis aja."

Yuta geleng kepala. "Udah cukup air mata yang gue buang dari dulu. Sekarang waktunya gue bangkit. Mulai dari kuliah saking nggak kuatnya sama tekanan yang gue alami akhirnya gue mutusin ngelakuin hal ini. Padahal udah gue tahan-tahan tapi tetep aja kejadian."

Winwin bener-bener nggak habis pikir. Selama ini ternyata hidup dia lebih beruntung dari banyak orang di luar sana. Dan dia... jarang bersyukur.

"Ya dan sampe sekarang. Gue ketergantungan dan susah buat lepas."

"Harus!" Winwin natap Yuta. "Harus bisa lepas."

Yuta senyum lebar. "Mau juga gitu."

"Ku bantuin."

NCT: Organisasi Bobrok [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang