Chapter 46: CCTV

3K 522 401
                                    

"Gue bikin teh hangat mau?" Kun nawarin.

Yangyang geleng kepala. "Pengen tidur aja gue."

"Yaudah." Kun sandaran di dinding. Si Yangyang udah dikasih minum obat tadi dan sekarang mereka berdua di dalam kamarnya Yangyang sama Xiaojun.

"Lo ikut jaga aja sana. Gue mah bisa sendiri. Biasanya juga kek gini, tidur, bangun... " Yangyang gantungin omongannya.

"Sembuh?" Kun nanya.

Yangyang geleng kepala. "Tewas."

"Hah, agaknya otak lo ke geser. Orang demam tuh nggak bisa ditinggal. Bisa aja demam mereka tiba-tiba naik dan kalo udah kayak gitu bisa makin parah."

"Ya terserah." Yangyang tarik selimut.

Selagi jagain Yangyang, Kun main hp aja. Dia nggak tau harus ngapain. Tiap setengah jam, dia bakalan ngecek suhu tubuh temennya itu.

"Mana bisa gue tidur kalo lo gangguin terus pret!"

"Heh! Astaga kaget!" Kun pegang dadanya. "Lo belum tidur?"

"Mana bisa gue tidur kalo lo gangguin gue terus?" Yangyang natap males. Padahal sebenarnya bohong, dia nggak bisa tidur karena takut mimpi kayak siang tadi.

"Gue ceknya tiap setengah jam ini udah jalan satu setengah jam, masa lo nggak ketiduran? Bohong lo ama gue! Apalagi obatnya yang gue kasih bikin ngantuk."

Yangyang nelen ludah, kicep. Nggak bisa ngelawan.

"Nah kan! Kenapa si? Ada yang ganggu pikiran lo?" Kun deketin bolsaknya Yangyang.

"Hah... oh... " Yangyang nelen ludah. Dia jadi keinget kata-katanya Xiaojun di sore kemaren.

Kun buang nafas panjang, dielus-elus rambutnya Yangyang. "Lo tuh lagi sakit. Nggak usah mikir yang macem-macem. Istirahat, gue temenin lo di sini."

"Gue takut buat tidur."

Kun ngernyit bingung. "Hah? Gimana? Nggak ngerti gue."

"Gue selalu mimpi buruk. Makanya gue takut buat tidur. Tiap gue tidur malam mimpi itu selalu gangguin gue. Nutup mata aja buat gue bisa ngebayanginnya." Tanpa sadar Yangyang buka ceritanya.

Kun makin bingung. "Mimpi apa maksud lo?"

"Gue PTSD. Trauma. Gue besar di panti dan selama gue di panti gue disiksa. Disuruh kerja, dipukul, diejek, dianggap lemah!" suara Yangyang udah bergetar waktu cerita.

Kun ngernyit bingung.

"Gue takut Kun." Yangyang natap Kun dengan mata yang udah penuh sama air mata. "Gue nggak selemah itu. Gue bisa kok jadi apa yang mereka mau. Apa yang semua orang mau gue bisa. Disuruh ini itu bakalan gue lakuin, tapi kenapa gue nggak bisa dihargain?"

Kun geleng kepala. "Lo nggak perlu jadi orang lain buat diterima Yang."

Yangyang hapus air matanya kasar. "Kalo kayak gitu kenapa mereka selalu nolak gue?"

Kun geleng kepala. Dia bantu Yangyang buat duduk. "Karena manusia itu beda-beda. Coba lo dengerin gue yah. Ada empat kata yang selalu gue pegang selama gue hidup."

Yangyang nggak alihin matanya dari Kun.

"Jatuh. Redup. Hidup. Tumbuh." Kun senyum. "Gue pernah jatuh, gue nggak bisa bahagia kek lo semua. Gue iri sama orang-orang yang dibilang 'lo receh amat sumpah!' Gue iri karena mereka bisa ketawa tiap saat. Sedangkan gue? Bilang aja gue kelainan."

"No, lo nggak gitu." Yangyang geleng kepala sambil narik ingus.

"Faktanya iya. Dihina? Gue redup Yang. Hidup itu nggak semuanya bakalan berjalan mulus. Kayak roda, kadang di atas kadang juga di bawah. Lo nggak mungkin di atas terus dan lo nggak mungkin di bawah terus."

NCT: Organisasi Bobrok [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang