Chapter 44: Plastik Hitam

3.1K 521 645
                                    

"WEHHHHH! BANGUN ANJIR! BANGUN!"

Jam tiga subuh teriakannya Jessi membahan di kosan.

"WOY!" Jessi tendang sama pukul satu-satu pintu kamar dari depan sampe belakang. "Aduh hosah!" dia istirahat bentar waktu sampe di lobby. [Aduh capek!]

"Apaan sih anjir! Orang lagi tidur!" Yangyang keluar kamar sambil ngucek-ngucek matanya.

"Kenapa sih? Lagi mimpiin dinosaurus malah diganggu. Hooaamm!" Hendery nguap sambil renggangin otot tangannya.

"Lagi heboh di depan! Ayo weh!" Jessi lari lagi keluar.

"MASKER WEH!" Taeyong teriak waktu semuanya mau keluar tapi nggak pake masker.

Akhirnya balik dulu pake masker terus jalan keluar. Walau ada yang jalan sambil nutup mata penting keluar kosan.

"Awas heh!" Kun nahan Yangyang waktu itu anak mau nabrak pagar kosan.

"Gue baru tidur setengah jam anjir udah dibangunin." Yangyang decak kesel dan dengan polosnya dia malah tiduran di bahunya Kun sambil jalan.

"Biarin kek Kun, biar nyusruk dia ke got." Doyoung nahan ngakak.

Yangyang angkat jari manisnya. "Fucek lo Doy!"

"Bukan itu kadal!" Doyoung turunin jari manisnya Yangyang diganti sama jari tengah. "Nah ini baru bener."

Lisa di belakang nahan senyum sayangnya dia lupa bawa hp. "Cepetan aelah! Nyoh di depan lagi pada heboh!"

"Bapak-bapak ibu-ibu tenang semua yah. Ini kita nggak tau asalnya darimana. Kita juga nggak bisa menghakimi pak Tommy dan keluarga sebagai pelakunya." Suaranya pak lurah kedengaran.

"Kenapa sih?" Jaehyun nanya sama salah satu anak remaja yang berdiri samping dia.

"Itu heboh ada dapa tubuh anaknya pak ustad dalam plastik. So ta potong-potong." [Itu heboh dapat tubuh anaknya pak ustad dalam plastik. Udah ke potong-potong.]

"HAH?" Jaehyun teriak dan ngebuat semua orang di sana langsung natap dia.

"Beh! Mampus malu lo Jep." Lucas nutup mulut nahan ngakak.

"Nda usah bataria leh toh kak." Si adek yang tadi jelasin natap datar ikutan nahan malu. [Nggak usah teriak juga kali kak.]

"Sorry... sorry... " Jaehyun minta maaf sama semuanya.

"Bisa aja pak Tommy sama keluarganya ini korban. Pelaku bisa aja letakin plastiknya di depan rumah mereka." Pak lurah coba tenangin warga.

"Lapor polisi aja pak!" salah satu warga ngomong.

"Iya! Saya akan segera lapor polisi sekarang."

Jessi narik temen-temennya mundur. Dia udah dapat info dari ibu-ibu lainnya.

"Kenapa sih itu?" Taeyong nanya bingung.

"Anaknya pak ustad si bocil yang waktu itu dikira mati sama pak ustad."

"Kenapa dia?" Ten natap Jessi.

"Kan rumah mereka lagi dibangun jadi mereka ngungsi ke rumah pak Tommy soalnya rumah pak Tommy gede."

Taeil lipat dua tangan depan dada. "Hm, trus?"

"Nah, dia kan biasanya keluyuran dan selama satu hari tadi dia keluar bareng anaknya pak Tommy yang bungsu."

"Emang anak pak Tommy ada berapa?" Winwin nanya.

"Dua yang satu udah remaja." Hwasa jawab. "Lanjut Jess."

"Bentar gue lupa." Jessi pegang kepalanya.

Doyoung decak kesel. "Aelah kampret! Dosa lo gantungin anak orang!"

NCT: Organisasi Bobrok [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang