NCT: Organisasi Bobrok [END]

Chapter 87: Terima

"Makasih pak." Jessi, Solar, Lisa, sama Dara gantian jabat tangan sama bapak di depan mereka ini.

Jessi ngantar si bapak keluar.

"Hadeh! Kalo si bapak kagak iyain gue yakin nih perusahaan si kecoak africa auto tutup!" Lisa langsung duduk sandaran di kursi.

Mereka baru aja kerja sama salah satu bapak yang punya perusahaan kayu. "Setuju sih!" Solar ngangguk. "Kalo nggak gercep auto nganggur lagi kita."

Jessi masuk dalam ruangan lagi. "BLESS THE LORD OH MY SOUL! Gilaaa akhirnya!"

"Bersyukur deh lo Jess!" Dara ngomong. "Kalo sampe si om nolak udah deh selesai nasib perusahaan lo."

"Jan gitu anjir! Utang gue banyak ini, kalo gue nggak sanggup bayar auto penjara."

"Jadi keren tuh kalo lo masuk penjara, ntar kalo keluar di berita pasti bakalan ditulis 'Seorang anak polisi dijebloskan dalam penjara akibat banyak utang.' Jiahahahaha!" Lisa ngakak.

Jessi ambil bantal sofa trus dia lempar ke mukanya Lisa. "Kampret lo!"

"Duhh... tenang dikit pikiran gue." Solar nyamanin duduknya di sofa.

"Duain Lar." Dara juga nyari posisi nyaman.

Jessi ikut sandaran di sofa dia nutup mata, kali ini dia bakalan berjuang sampe batas kemampuan dia. Bakalan dia buktiin ke papanya kalo omongan dia soal perusahaan dia kali ini bukan omong kosong.

Suasana di perusahaan Jessi banding terbalik sama suasana di kosan.

"Lumayan banyak ternyata lulusan PLB tapi nganggur." Hendery sama Xiaojun lagi duduk berduaan di lobby.

Xiaojun yang lagi kelas dan Hendery yang belum masuk kerja karena muka masih babak belur. "Hubungin aja beberapa."

Hendery ngangguk. "Emang, ini gue lagi nyari alamat email mereka."

Di sekolah dia ada 10 guru, karena sekolah kecil aja. Sayangnya 7 guru milih buat berhenti dan akhirnya kekurangan tenaga pelajar. Hendery yang bertanggung jawab akhirnya nyari anak-anak baru lulus yang belum dapet pekerjaan.

"Der... "

"Ya?"

"Di Manado kan banyak tuh sekolah SLB."

Hendery ngangguk. "He-em, terus?"

"Kenapa kamu nggak ajak kerja sama? Banyak kan sekolah yang kecil gitu, bisa kamu ajak kerja sama bareng biar nanti tenaga kerja juga bertambah."

"Susah beb." Hendery senyum kecil. "Rata-rata sekolah SLB itu butuh bantuan masyarakat. Mau kerja sama ntar yang ada cuma nambah masalah."

"Ohh gitu... " Xiaojun ngangguk ngerti.

"Yah gue rencananya mau buka bimbingan konseling gitu, jadi selain itu dijadiin sekolah gue juga bakalan ngajak temen-temen guru gue yang masih ada dipihak gue yang nggak mentingin gaji dibanding anak-anak buat buka bimbingan konseling. Lumayan sih gajinya diatas 10 jutaan."

"Hah?" Xiaojun melotot kaget. "Wow."

"Banyak orang yang ngeremehin pekerjaan mulia itu. Mungkin di mata mereka kita cuma kayak ngajar dan gajinya setara sama guru-guru yang lain, padahal nggak."

"Tapi pasti capek yah?"

"Lumayan." Hendery jawab jujur. "Kan yang kita ajar bukan murid yang kayak biasanya."

"Berduaan terosss!" Ten keluar kamar.

"Kemana lo?" Hendery nanya.

Ten ngangkat kertas-kertas di tangannya. "Ketemu dosen."