Esok hari dipagi yang cerah, Jiang Cheng dikejutkan dengan dering notifikasi pesan masuk. Pesan itu menyatakan bahwa hasil visum dari mayat kemarin sudah keluar dan siap diambil pagi ini. Dengan semangat Jiang Cheng mengambil kemeja hitam dan menyabet roti panggang yang baru saja keluar dari mesin pemanggang roti.
Sebelum Jiang Cheng benar-benar sampai di kantor Badan Forensik Nasional ia menyempatkan dirinya menyinggahi salah satu toko roti untuk membeli roti isi kacang kesukaan dokter Wen Qing. Sebetulnya roti ini akan ia jadikan sebagai bahan sogokan agar dokter Wen Qing mau berkerja sama dengannya.
Tak berselang berapa lama, Jiang Cheng sudah sampai di Badan Forensik Nasional. Dengan menenteng tas berbahan dasar kertas ditangan kiri berisi roti kacang serta beberapa lembar ditangan kanan ia berjalan melewati koridor. Berdiri tepat di depan ruangan, menimang sebentar mengenai kata-kata apa yang ingin ia ucapkan di depan dokter Wen Qing. Dengan niat dan rangkaian kata yang sudah matang, Jiang Cheng pun masuk ke dalam ruangan.
Wen Qing yang sudah menunggu mempersilahkan Jiang Cheng untuk duduk di sofa yang terletak tepat ditengah-tengah ruangan.
"Apa kau sudah melihat mayat yang dikirim hari ini?" Tanya Jiang Cheng.
Wen Qing menjawab "Sudah, kenapa? Bantuan apa lagi yang kau ingin kan kali ini?"
Jiang Cheng tersenyum, Ia tak mengira bahwa Wen Qing akan sepeka ini. Jiang Cheng ambil lembaran kertas yang ia bawa tadi lalu meletakkannya tepat di depan Wen Qing "Apakah hasilnya sama dengan hasil dari pasien ini?"
Dalam lembaran kertas yang sedang di perhatikan Wen Qing tertera hasil pemeriksaan gigi. Disana terdapat data mengenai susunan gigi pasien yang digantikan dengan gigi palsu dibeberapa bagian.
Wen Qing menyipitkan matanya menatap Jiang Cheng "Apa kau membawa surat perintah?"
Jiang Cheng meringis lalu membalikkan badannya mengambil tas kertas lalu menyerahkannya pada Wen Qing. "Apa ini sogokan?" Wen Qing berucap sinis sambil merogoh isi tas kertas itu, menebak sogokan apa yang Jiang Cheng berikan kali ini.
"Roti kacang?"
Jiang Cheng tertawa gugup dan mengangguk.
"Ini bukan sogokan Jiang Cheng"
"Tapi inii berasal dari lubuk hatiku yang paling dalam" Jiang Cheng mengeluarkan sedikit sisi dramatisnya.
Wen Qing "Dalam hal menyogok yang paling dilihat adalah jumlah uangnya bukan niatnya"
"Ayolah, kita kan sudah lama dekat tidak bisa kah kau melunak sedikit padaku?" Jiang Cheng.
Wen Qing mengalihkan wajahnya pada kertas "Ada beberapa batasan yang bisa kuberikan karena kau sahabatku. Lain kali kau harus membawa sogokan yang lebih bernilai!"
Jiang Cheng tersenyum melihat Wen Qing mengamati kertas yang ia berikan. Dalam kata lain, Wen Qing telah luluh dan bersedia membantunya.
Roti kacang yang masih ada di dalam tas kertas Jiang Cheng keluarkan dari kemasannya lalu ia berikan pada Wen Qing "Makan lah ini kue kacang manis kesukaanmu. Tenang saja, aku membelinya di toko biasa kita membeli roti kacang"
Wen Qing menerima kue kacang itu dengan cara menggigitnya langsung dari tangan Jiang Cheng. Membiarkan roti bulat sebesar kepalan tangan menggantung sementara mata dan otaknya masih sibuk mencari kesamaan terkait mayat barusan yang ia otopsi dengan laporan gigi pada dokumen itu. Tangan Jiang Cheng merogoh tas kertas, mengeluarkan roti kacang dari kemasannya lalu mengambil satu gigitan. Wen Qing menoleh "Kau hanya memberi 2 roti untuk menyogok ku dan kau juga ikut menikmatinya?"
Jiang Cheng terkekeh "Berilah sahabatmu ini makanan, aku lapar"
Menurut Jiang Cheng roti panggang yang ia buat tadi tak membuat cacing dalam perutnya bahagia. Dan memang ia membeli dua buah roti untuk 1 ia berikan kepada Wen Qing dan yang lainnya ia makan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side (Xicheng) ✅
Science FictionApa jadinya bila sekumpulan orang pintar berada di jalan keburukan? "Aku bukan monster" Xichen berusaha meyakinkan pria yang sedang menodongnya dengan pistol. "Buktikan!" Bentak pria itu. Xichen dengan berani tanpa sedikitpun rasa takut mendekat mem...