Setelah tidur seperti putri salju selama 3 jam, Jiang Cheng pun akhirnya bangun. Saat mata indah yang selalu Lan Xichen kagumi terbuka pandangan yang pertama ialah langit-langit kayu dengan sedikit sarang laba-laba bergelantungan.
Mengerjap beberapa kali untuk membiasakan serbuan cahaya yang masuk ke indra pengelihatannya. Setelah benar-benar sudah beradaptasi Jiang Cheng bangkit dari tempat tidur yang tidak lebih luas dari ranjang kecilnya dulu.
Dia baru sadar, dia bukan lagi di rumah Wen Qing. Tidak banyak barang yang ada di ruangan ini. Hanya ada kasur kecil yang hanya bisa memuat satu orang saja, sebuah tv tabung di sebrang kasur, rak buku kecil dengan tumpukan buku yang tampak usang. Ruangan ini memang kecil, tapi cukup bersih dan nyaman karena semilir angin lembut masuk dari dua jendela kayu yang terbuka dan menggoyangkan tirai coklat gelap.
"Xichen" panggilnya lirih sambil kepalanya melongok keruangan di luar pintu, berharap bisa menemukan pria jangkung yang tega meninggalkan dirinya sendirian ditempat asing ini.
Kaki telanjangnya turun menapaki lantai kayu, berjalan terus hingga dia dapat melihat keseluruhan isi rumah sederhana yang saat ini dia tinggali. "Xichen, JingYi, ShiZui, Wen Qing..." Jiang Cheng mulai panik saat dia tidak menemukan keempat orang tersebut setelah membuka 2 ruangan lain di rumah ini.
"Xichen!" Teriak Jiang Cheng kala dia melihat orang yang dia cari tengah melepas sepatu boot hitamnya di depan pintu dengan topi bambu dan baju hijau tanpa lengan yang basah oleh keringat.
Pria itu terkejut saat Jiang Cheng sudah bersiap lari dengan perut besar dan senyum cerah yang terpatri diwajah manisnya. "A-Cheng gak boleh lari!"
Tidak ingin mematuhi, Jiang Cheng menulikan pendengarannya dan terus berlari, tubuhnya melompat kecil untung saja Lan Xichen dengan cepat menangkap tubuh seseorang yang sudah berstatus lebih dari temannya ini.
"Jangan loncat jangan lari sayang, nanti jatuh" Lan Xichen membawa satu tubuh 2 nyawa ini kedalam gendongannya dan masuk kedalam rumah.
Baru saja kakinya menapak lantai kayu, Jiang Cheng memberontak "Jalan jalan! Keluar Xichen!" Menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil merajuk.
Dia lelah harus terus berada di dalam ruangan, bersembunyi seperti tikus gorong-gorong. Dia ingin menikmati hamparan bunga dan semilir angin sejuk.
"I-iya iya jangan goyang goyang nanti jatuh"
"Ehehe, suami ku ini kan kuat, masa otot segede ini gak bisa nopang aku sama anak aku" Jiang Cheng terus bergerak sambil menekan nekan otot lengan Lan Xichen.
Lan Xichen terkekeh geli, wajahnya memandangi pahatan indah yang terpampang nyata didepannya "kamu kenapa jadi manja gini? Mau sesuatu ya?"
"Engga ya! anak aku nih yang manja jadinya aku ikutan"
"Anak kita A-Cheng"
"Iya iya, ayo jalan jalan! Keburu mataharinya tambah naik, aku mau ketemu JingYi ShiZui sama A-Qing hehe!" Mood Jiang Cheng sangat bagus hari ini, namun tidak dengan Lan Xichen.
Lan Xichen termenung ketika nama itu disebut. Dia masih bingung harus berucap apa jika Jiang Cheng tau Wen Qing tidak bisa dia selamatkan. Jujur dia takut sekali Jiang Cheng akan kecewa dan marah padanya karena tidak mengusahakan sahabatnya.
"Kenapa melamun? Ayo jalan jalan!" Jiang Cheng menggoyangkan tubuhnya lagi untuk menyadarkan Lan Xichen.
Lan Xichen tersenyum getir, kemudian memasangkan topi bambunya pada Jiang Cheng "Matahari sedang terik, jangan dilepas ya"
Jiang Cheng mengangguk sambil mengikat tali yang bergelantung di sisi wajahnya. Lan Xichen memutar tubuhnya berjalan kearah depan menuju tempat JingYi dan ShiZui sementara Jiang Cheng bersikap tenang didalam gendongannya dengan kaki yang sesekali berayun karena langkah Lan Xichen.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side (Xicheng) ✅
Science FictionApa jadinya bila sekumpulan orang pintar berada di jalan keburukan? "Aku bukan monster" Xichen berusaha meyakinkan pria yang sedang menodongnya dengan pistol. "Buktikan!" Bentak pria itu. Xichen dengan berani tanpa sedikitpun rasa takut mendekat mem...