Dua puluh sembilan

365 64 0
                                    

Jiang Cheng dengan semangat membara berlari menghampiri Lan Xichen yang sedang duduk manis di salah satu bangku cafetaria. Lan Xichen berdiri menyambut kedatangan Jiang Cheng, tangannya terulur membasuh peluh yang singgah mengotori dahi Jiang Cheng. Dengan sedikit mendongak akibat perbedaan tinggi mereka, Jiang Cheng berbicara dengan senyum indah menghiasi wajahnya. "Xichen! Ayo ikut aku, ada kasus baru untukku! atau kamu mau pulang saja?" Lan Xichen dapat melihat percikan dan gejolak api semangat di iris bening Jiang Cheng. Membuat hatinya tak tega memberi larangan bekerja dan menyuruhnya beristirahat lebih lama lagi sesuai anjuran dokter.

Alhasil dengan berat hati Lan Xichen mengangguk, dengan syarat dia juga harus menemani Jiang Cheng, takut-takut terjadi situasi yang tidak diinginkan nantinya.

"Ayo berangkat" Jiang Cheng hendak berlari lagi menuju mobil dinas, tapi Lan Xichen segera menahan tangannya dan berkata "Jangan lari a-cheng, ingat pesan dokter"

"Berisik"

Akhirnya mereka berjalan beriringan dengan tenang menuju mobil. Lan Xichen duduk di bangku kemudi, mereka mengendarai dengan kecepatan sedang dan tanpa hambatan seperti macet. Tak perlu waktu lama mereka akhirnya sampai di lokasi yang sudah dipenuhi segerombolan orang penasaran dan para pemeriksa medis ahli forensik. 

Wen Qing ada disana sebagai salah satu pemeriksa medis, Jiang Cheng menghampirinya hendak meminta keterangan terkait jasad yang ditemukan. Wen Qing berkata bahwa jasad kali ini merupakan seorang pria yang sudah sembilan tahun lamanya meninggal. Dia perlu membawanya ke ruang otopsi untuk menemukan identitasnya, sementara Jiang Cheng pergi menyelidiki kasus ini. Wen Ning juga sudah sampai tiga puluh menit berikutnya saat Jiang Cheng dan Lan Xichen sudah sampai di gereja tua.

Pintu besar itu Jiang Cheng ketuk berulang kali hingga menampilkan seorang biarawati muda berwajah lembut. Biarawati itu tahu dengan apa yang terjadi dan langsung mengarahkan Jiang Cheng menuju kepala biarawati, seseorang yang sudah puluhan tahun berada di gereja itu. Jiang Cheng bersama Lan Xichen akhirnya bertemu dengan kepala biarawati. Tubuhnya yang ringkih dan berada di usia sekitar enam puluh tahunan lebih, wajahnya serta sebagian tubuh nampak terdapat luka bakar. Jiang Cheng dan Lan Xichen berdiri, menyambut kepala biarawati itu.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Jiang Cheng tidak ingin basa-basi dia dengan bahasa sopan bertanya "Apakah sekitar sembilan tahunan terakhir anda melihat atau mengalami suatu kejadian aneh disekitar sini?"

Sebelum menjawab, dari jendela ruangan Jiang Cheng melihat Wen Ning melangkah menuju gereja. Takut Wen Ning akan mengacaukan sesi wawancaranya, Jiang Cheng menyuruh Lan Xichen mengalihkan perhatian Wen Ning setidaknya sampai acara wawancaranya selesai.

"Sembilan tahun lalu ya?" Kepala biarawati itu berusaha mengingat kejadian lampau. Kemudian dia berseru "Ada sebuah kebakaran besar disini, anak itu anak iblis yang membuat satu gereja habis terbakar. Aku sangat mengingat mata biru menyalanya menatap penuh benci kepada seisi gereja dan beberapa saat kemudian ditangannya muncul percikan biru yang membakar seluruh gereja, iblis itu juga lah yang membuatku seperti ini" dia bercerita dengan nafas tersengal-senggal penuh kebencian.

Mata biru?

Percikan biru yang bisa membakar seluruh gereja?

Apakah itu Lan Xichen?

Berbagai pikiran berkecamuk dikepala Jiang Cheng. "Apa kau masih ingat bagaimana rupa dan nama anak itu?"

Kepala biarawati itu mendesis nadanya tertahan "Tidak mungkin aku bisa melupakan wajah dan nama iblis kecil yang hampir melenyapkan nyawaku"

Jeda beberapa saat hingga si kepala biarawati menjadi tenang. "Sepuluh tahun yang lalu, seorang anak kecil datang di gereja ini seorang diri dengan pakaian yang kumuh. Kami merawatnya seperti anak lain namun anak itu tidak pernah mau bersosialisasi dan memilih untuk terus menyendiri. Sifatnya yang pemarah dan tempramental membuat anak lain enggan berteman dengannya, tapi ada rumor juga bahwa dia sering di buli. Dan setelah satu tahun berlalu, iblis didalam dirinya semakin besar hingga dia tega membakar habis satu gereja dan namanya adalah Lan Xichen"

Jiang Cheng terkejut, harinya yang cerah mendadak dipenuhi awan kelabu dengan petir yang menyambar dimana-mana. "A-a-aku permisi du-dulu" dia berdiri susah payah, lalu keluar dengan terburu-buru hingga tanpa sadar kakinya tersandung kaki meja dan membuat kepalanya terantuk lantai. Kepala biarawati dan biarawati muda membantu Jiang Cheng berdiri.

"Anda baik baik saja?" Meskipun kepala biarawati itu sudah melihat tatapan kosong dan ada memar di dahi Jiang Cheng akibat benturan tadi, wanita tua itu tetap saja bertanya.

"Mn, saya pamit dulu terima kasih atas jawabannya semoga harimu menyenangkan" Jiang Cheng membungkuk kecil kemudian berjalan terburu-buru keluar.

Otak yang biasanya berfikir cepat dan tanggap saat ini seakan menolak untuk memproses semuanya. Dan saat wajah itu tampil didepannya dan tersenyum pikirannya semakin tidak menentu, membuatnya mengabaikan setiap kata dan sentuhan lembut yang ditujukan untuknya. Jiang Cheng tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus bersikap bagaimana pada Lan Xichen. Dia terlalu terkejut, bagaimana bisa seseorang yang dia kenal sebagai pribadi yang polos dan penurut bisa memiliki masa lalu seperti ini, bahkan dia hampir membunuh seseorang.

"A-cheng, hei" Lan Xichen menepuk pipi Jiang Cheng lembut.

Jiang Cheng tersadar dari keterkejutan nya, dia menatap dengan lekat mata yang selama ini selalu memberinya tatapan lembut serta menjaganya siang dan malam. Dia sama sekali tidak bisa mempercayai fakta yang baru saja dia dengar. Memang dia tidak pernah tahu latar belakang kelahiran maupun keluarga Lan Xichen, tapi hatinya menolak mempercayai kenyataan bahwa orang yang mulai mengisi ruang dihatinya yang kosong pernah membakar satu gereja dan membuat seseorang hampir kehilangan nyawa.

"A-ayo pulang, aku lelah" Jiang Cheng berkata dengan lesu, sekuat tenaga menahan air matanya.

Lan Xichen mengangguk, dengan penuh perhatian dia merangkul bahu Jiang Cheng memapahnya turun dari tangga gereja perlahan. Wen Ning yang melihat ada sesuatu yang tidak beres buru buru menghampiri Jiang Cheng, "A-cheng, apa kau baik-baik saja?"

"Mn aku hanya kelelahan, gereja ini sudah aku selidiki dan aku tidak menemukan apapun disini, kamu bisa mencarinya dilain tempat" Jiang Cheng kemudian kembali berjalan menuju mobil.

-
-
Karena aku minggu kemaren gak update aku bayar sekarangg yaa☺️😂

Tekan vote dan berikan komen untuk next chapter 😅

Mohon dukungannya😊💙💜

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang