Empat puluh tiga

369 50 8
                                    

"ShiZui masak apa? Baunya enak sekali!" Jiang Cheng dengan perut besarnya melangkah memasuki dapur.

ShiZui langsung berdiri, tangannya segera menuntun pria hamil itu agar tidak jatuh atau membentur sesuatu. "Tuan Jiang bisa duduk di kamar saja, makanan akan saya antar kan ke kamar tuan saat makanan sudah jadi"

"Capek tau dikamar terus, mau jalan jalan"

ShiZui mengangguk, membiarkan pria hamil itu duduk di kursi dekatnya memasak. Sesekali dia melirik pria itu, memastikan tidak ada hal berbahaya terjadi padanya. Sedangkan pria yang ditatap hanya tertarik pada buntalan besar diperutnya.

"Bentar lagi ya" gumamnya.

Setelah selesai makan Jiang Cheng berkeliling menemani ShiZui bekerja di kebun. ShiZui sudah melarang, tapi pria hamil itu sedang tidak ingin mendengarkan larangan. Menurutnya dia butuh olah raga lebih agar saat melahirkan dia memiliki cukup tenaga.

Tak terasa matahari sudah sampai dipuncak. ShiZui segera memberikan topi jeraminya pada Jiang Cheng, untungnya kali ini pria itu tidak menolak.

Suara deru mobil membuat mereka teralihkan. Ini bukan waktu biasa Xichen dan JingYi pulang, tapi kenapa suara mobil itu memasuki pekarangan?

ShiZui menyuruh Jiang Cheng untuk masuk ke dalam kandang, bersembunyi takut takut itu adalah orang jahat, sedangkan dirinya berjalan mengecek keadaan. Begitu ShiZui berjalan menjauh, Jiang Cheng berjalan menyusul. Dia ini mantan polisi, melihat keadaan seperti ini membuat jiwa nya terpanggil.

Rupanya itu benar mobil Xichen dan JingYi. Kedua orang itu rupanya pulang cepat karena semua jualan sudah laku terjual. Jiang Cheng entah mendapat perasaan dari mana, merasa sangat senang melihat Xichen pulang lebih cepat.

Pria itu berlari kencang dengan senyum lebar, kemudian melemparkan tubuhnya ke pelukan Xichen. Yang dipeluk hampir saja dibuat jantungan. Bagaimana bisa seseorang dengan keadaan mengandung tua berlari seperti sedang tidak membawa sesuatu penting di dalam tubuhnya.

"Jangan berlari! Nanti kalau jatuh gimana?" Xichen berujar panik. Namun hanya senyum jenaka yang keluar dari Jiang Cheng, tanpa minat menjawab pertanyaan Xichen.

Sedangkan 2 pria lainnya hampir saja pingsan melihat Jiang Cheng berlari dan melompat seperti tadi.

Setelah sampai di dalam rumah, "Bawa apa?!" Manik itu menatap antusias pada tas belanja yang dibawa JingYi.

Xichen mengambil bungkusan itu kemudian menyerahkannya pada Jiang Cheng. Awalnya Jiang Cheng merasa bingung, pasalnya hari ini dia tidak memesan sesuatu pada Xichen. Tetapi matanya menatap terkejut saat melihat jas putih bersih lengkap dengan celana dan kemeja yang serba putih, tak lupa sebuah dasi kupu kupu bewarna hitam.

"Ini buat apa?" Tanya Jiang Cheng.

Xichen tersenyum, tangannya bergerak menggenggam tangan Jiang Cheng. "Ayo kita menikah"

Sontak mata Jiang Cheng melotot, dia terkejut. "Menikah?!"

Xichen mengangguk tersenyum "Iya sayang, berjanji sehidup semati akan selalu berada dalam suka maupun duka dengan ku"

Jiang Cheng mengangguk, melepas pelukan mereka lalu beranjak hendak berlari masuk kedalam rumah, namun langkahnya dihentikan oleh Xichen "Jangan lari sayang"

"Ehehehe, iya!" Kemudian mereka beriringan berjalan memasuki rumah dengan lengan Xichen melingkari pinggang pria yang sebentar lagi resmi menjadi pendamping hidupnya.

Sementara itu ShiZui yang tidak diberitahu hanya melongo syok, tatapannya bergerak menatap JingYi meminta penjelasan. JingYi hanya tertawa "Jelek banget mukanya hahaha, mending sekarang bantu aku nyiapin pernikahannya"

Kini mereka berdua berdiri berhadapan didepan altar. Kedua pria tampan dengan setelan jas putih dan hitam serta setangkai bunga mawar putih di saku jas. Sebucket bunga daisy putih digenggaman Jiang Cheng. Tidak ada penghulu atau pendeta disana, hanya mereka berdua mengucapkan janji suci pernikahan dan sepasang kekasih lainnya sebagai saksi janji cinta mereka. 

Jiang Cheng terisak, dengan panik Xichen menghapus air mata Jiang Cheng. "Hei kenapa? Apa ada yang sakit?"

Jiang Cheng menggeleng, sambil tetap terisak. "Perutnya kebesaran, jasnya gak muat, ga-hiks gak bisa dikancing" jas putih yang indah itu tidak terkancing sebagai mana mestinya, membuat Jiang Cheng sedikit kesal.

Xichen tertawa kecil, dia kira masalah besar telah menimpanya hari ini, ternyata hanya pria yang sudah sah menjadi istrinya ini sedang bertingkah lucu.

"Ish jangan ketawa!" Omel Jiang Cheng sambil memukul dada bidang suaminya.

Suami? Jiang Cheng bersemu merah saat ingat pria didepannya sekarang resmi menjadi suaminya. Perjalanan cinta yang menyakitkan dan penuh tantangan akhirnya berlabuh disini, didalam pernikahan. Hatinya bahagia, tentu saja karena dia menikahi seseorang yang paling dia cintai dan rumah yang selalu bisa membuatnya merasa aman.

Namun entah kenapa dunia seakan tidak pernah berpihak pada kebahagiaannya.

Sebuah helikopter terbang rendah didekat mereka. Puluhan mobil parkir dipekarangan, mengepung seluruh akses agar tidak ada yang bisa keluar.

Xichen menarik Jiang Cheng kebelakang tubuhnya, JingYi dan ShiZui berlari membentuk benteng kokoh menyembunyikan tubuh Jiang Cheng yang tengah gemetar panik.

Helikopter itu telah menjajaki tanah, menurunkan seorang pria paruh baya dengan kacamata hitamnya dan jas hitam yang tengah berjalan kearah mereka. Puluhan orang berjas hitam juga bergerak mengerumuni mereka dengan senjata api ditangan.

Tatapan tak bersahabat ketiganya layangkan pada pria paruh baya itu. Pria itu berhenti dan berdiri beberapa meter didepan Xichen, menyuruh semua orang suruhannya menurunkan senjata mereka.

"Kakek?!" JingYi terkejut saat pria itu melepas kacamata hitamnya.

Xichen menoleh, "Siapa?" Ucapnya dingin.

JingYi seakan membisu, aura dominasi pria itu sangat kuat. Langkah kakinya seperti singa penjaga rimba, anggun namun mendominasi siapa saja agar bisa tunduk pada setiap ucapannya.

"Jangan mendekat" aura Xichen tak kalah mendominasi. Dia menggertak seperti seekor serigala yang sedang mengamankan teritorialnya. Giginya bergemelatuk, mengambil ancang ancang untuk menyerang pria itu dengan kekuatannya.

"A-yin"

Remasan pada jas Xichen bagian belakang mengendur. Jiang Cheng terkejut, suara itu, seperti suara seseorang yang sudah sepuluh tahun lebih menghilang, meninggalkannya menghadapi dunia yang kejam sendirian.

Begitu manik mereka bertemu, kontraksi hebat terjadi. Bola yang berada didalam tubuhnya bergerak tak karuan mengikuti debaran jantung miliknya yang sedang merasa terancam.

Tubuh itu terperosok jatuh, begitu pula dengan kesadaran yang kian menghilang. Membuat semua orang panik, tak terkecuali pria paruh baya yang saat ini berjalan cepat menghampiri dengan wajah paniknya.

Tetapi Xichen menolak, dia membuat benteng agar tidak ada siapapun yang bisa menyentuh Jiang Chengnya selain dirinya. Bahkan JingYi dan ShiZui juga diusir keluar dari perlindungannya. Perasaan terkhianati kembali muncul dibenaknya kala JingYi mengenal pria paruh baya itu.

Sebelum kesadaran Jiang Cheng benar benar menghilang dan genangan darah disela pahanya keluar lebih banyak, Jiang Cheng bergumam "a-ayah"

.
.

Menuju ending🥳

Tekan vote dan berikan komen untuk next chapter 😅

Mohon dukungannya😊💙💜

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang