Empat puluh enam

732 51 23
                                    

Matahari pukul 12 berdiri tegap diatas cakrawala disertai pancaran sinarnya yang menyengat kulit. Dibawah pohon jeruk, Xichen menyeka keringatnya dengan tangannya. Sudah seminggu lebih Jiang Fengmian menjadikan Xichen sebagai tukang kebun pribadi.

Orang tua itu bilang saat kecil Jiang Cheng sangat suka dengan jeruk mandarin. Maka dari itu dia menanami seluruh pekarangan belakang dengan pohon jeruk sedangkan taman lainnya ia tanami bunga daisy, bunga favorit mendiang istrinya.

"Xichen"

Yang dipanggil menoleh kebelakang, melihat suami cantiknya sedang memakai pakaian seperti miliknya. "Kenapa kemari hm? JinLing sama siapa sayang?" Xichen lantas melepas topi jerami miliknya dan memasangkannya di kepala Jiang Cheng.

"Ada, sama ayah"
"Ayah benar-benar kejam, dia bahkan meliburkan seluruh pegawai dan membuatmu mengerjakan pekerjaan 100 orang, ayah sangat serius soal perkataannya ingin menguji kesabaranmu" bibirnya mencebik sebal sambil tangannya menyeka peluh yang menuruni kulit suaminya yang kian hari kian menggelap.

"Bukan begitu sayang, aku juga ingin membuktikan aku pantas untuk mu dan aku kan juga sudah sering bekerja di ladang. Jangan khawatir ya" ingin sekali tangannya membelai pipi putih Jiang Cheng yang sedang bersemu karena panas nya matahari tapi tangannya terlalu kotor untuk menyentuh pipi indah itu.

Jiang Cheng semakin bersemu, "Siapa yang khawatir?! Orang aku mau ambil jeruk, iya ambil jeruk aku lapar!" Dia bergerak kesana kemari menolak kontak mata teduh milik suaminya.

Xichen tertawa kecil "Iya sayang iya, cepat masuk kerumah disini panas"

Jiang Cheng mengangguk dan berlalu pergi. Namun sebelum melangkah lebih jauh Jiang Cheng memutar arahnya kembali. Berlari kencang hingga tubuhnya menabrak tubuh besar Xichen. Untung pria itu dapat menangkapnya masuk ke dalam pelukan, jika tidak maka sudah dapat dipastikan mereka akan jatuh berguling-guling diatas tanah.

Tangannya bergerak memeluk leher Xichen, Jiang Cheng tertawa kecil menatap wajah suaminya yang terkejut "ehehehe" dengan kecepatan kilat dia mencium bibir Xichen "Semangat sayang!" dan kembali berlari kencang sebelum si suami sadar dari keterkejutan nya.

Setelah beberapa saat dia berlari kabur, dia pun memelankan langkahnya. Senyum lebar sama sekali tak pernah lepas dari bibirnya. Ini konyol, sejak Xichen hadir di kehidupannya, segalanya jadi berubah.

Jiang Cheng sama sekali tidak pernah berfikir akan merasakan jutaan kupu-kupu terbang menggelitiki perutnya. Dia tidak pernah berani membayangkan dia akan tersenyum selebar ini untuk waktu yang lama. Bersikap manja pada orang lain apalagi. Mimpi buruknya kini sudah usai. Tidak akan ada lagi air mata dan awan kelabu yang akan hadir dihidupnya bila dia bersama dengan suami dan JinLing kecilnya.

.
.
.
.

Kalian kira semua akan berakhir seperti ini?

Tidak.

Rupanya mimpi buruk masih ingin bermain-main dengan hidup Jiang Cheng.

Saat semua orang terlelap, dari halaman belakang terdengar sebuah letusan besar yang membuat semua orang berhamburan keluar menghampiri asal suara. Termasuk Xichen dan Jiang Cheng yang sedang menggendong JinLing.

Xichen sudah melarangnya untuk tetap didalam rumah. Namun dia tidak ingin terpisah lagi dengan Xichen. Jika memang dia harus mati, setidaknya dia mati bersama orang-orang yang dia cintai.

Langit malam yang gelap berubah menjadi lautan api kala kebun jeruk sengaja dibakar oleh orang-orang berpakaian hitam.

"Qingheng-jun" Jiang Fengmian berucap dingin.

"Cepat siapkan diri kalian kita akan bertempur malam ini" teriaknya pada ratusan anak buah nya.

Seluruh orang berhamburan masuk ke rumah, mengambil senjata mereka.

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang