Dua puluh satu

488 94 3
                                    

Di dalam bis mereka duduk bersama di bangku ke dua dari belakang. Jiang Cheng duduk didekat jendela mengamati jalanan dan indahnya cahaya jingga mentari yang perlahan turun tenggelam. Sedangkan Lan Xichen duduk disebelahnya membawa sepasang kruk milik Jiang Cheng sambil tersenyum getir matanya terus mengamati keindahan pantulan cahaya matahari tenggelam pada wajah pria disebelahnya.

Selama hidupnya Lan Xichen tidak pernah tertarik pada apapun, meskipun dia tidak memiliki memori masa lalu dia yakin pria ini lah yang selalu berhasil menarik perhatiannya, selalu berhasil membuat mata dan hatinya tertuju hanya padanya. Sinar mentari yang biasanya Lan Xichen anggap angin lalu sekarang tampak sangat indah dari yang orang lain katakan. Saking indahnya tanpa sadar sebuah air mata jatuh menuruni pipinya.

"Kenapa kau menangis?" Jiang Cheng kebetulan menoleh dan terkejut saat melihat Lan Xichen menitikkan air matanya.

"Tidak" senyuman bodoh Lan Xichen tunjukkan sambil menghapus air matanya, dia merasa malu.

Pandangan Jiang Cheng kembali pada sunset cantik di luar bus "Tak apa menangis itu manusiawi"

"Jadi... aku manusia?"

"Memangnya kau bukan?"

Lan Xichen menggeleng lemah, dia juga tidak tahu dirinya ini pantas mendapat sebutan seperti apa. Jika dia disebut manusia itu cukup berlebihan, karena tidak ada manusia yang memiliki kekuatan aneh seperti dirinya. Monster? Lan Xichen pikir itu-

"Kenapa kau berfikir sekeras itu?! Tentu saja kau manusia!" Jiang Cheng menutupi rasa gugupnya dengan bentakan-bentakan kecil bermaksud agar Lan Xichen menghentikan air matanya tetapi dia malah mengundang tatapan dari seluruh pasang mata di dalam bus.

Jiang Cheng berdecak sebal kemudian melempar tatapannya ke arah jalanan, "Maaf, aku tidak pandai menghibur seseorang"

Mereka berdua kembali terjebak dalam suasana sunyi, hanya terdengar deru bus yang halus dan beberapa bisikan orang-orang. Lan Xichen masih asik dengan kegiatannya, tapi pandangannya kali ini menyendu, dia tahu dirinya bukanlah manusia, dia takut begitu Jiang Cheng tahu jati dirinya dia akan pergi meninggalkannya sendirian seperti hari-hari kelamnya dahulu.

Lan Xichen mengalihkan pandangannya sekuat tenaga menahan rasa sedihnya. Ketika mengalihkan pandangan Lan Xichen melihat seorang gadis remaja tengah memandangi mereka dengan mata beningnya yang berkilauan serta senyum aneh diwajahnya. Lan Xichen menutup Jiang Cheng dengan tubuhnya, menghalangi pandangan aneh gadis itu dari Jiang Cheng.

Bukannya marah atau merasa terganggu kegiatannya diusik tapi gadis itu malah makin melebarkan senyum anehnya "Aih, tenang aku tidak akan mencuri kekasihmu, meski kekasihmu sangat manis"

Raut wajah waspada Lan Xichen semakin mengencang.

"Tidak baik bertengkar terlalu lama dengan kekasihmu, cepat berbaikan"

"Aku kasih tips ya, biasanya uke suka sekali dengan bunga atau coklat jadi... setelah ini belikan lah kekasihmu sebuah bunga atau coklat agar dia tidak lagi marah dengan mu" gadis itu berceloteh dengan bisikan nya yang dapat didengar Lan Xichen dengan jelas.

Lan Xichen mengerutkan alisnya, lalu berbisik sedikit mendekatkan kepalanya dengan kepala gadis disamping bangkunya "Apa itu uke?"

"Ck, kau berasal darimana sih?!"

Lan Xichen tidak tahu harus menjawab bagaimana karena dia sendiri juga bingung asalnya darimana.

"Begini, biar aku jelaskan, ekhem ekhem, kau dengarkan baik baik"

Lan Xichen mengangguk dangan patuh.

"Apa kau merasa dia cantik dan manis?"

Lan Xichen mengangguk sambil tersenyum saat gambaran wajah Jiang Cheng terlintas dikepalanya.

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang