Pintu apartemen Jiang Cheng diketuk dari luar kemudian terdengar suara mesin yang menandakan pintunya telah terbuka. Tidak lama, sosok Wen Qing muncul dengan tas bawaannya yang ketika dikeluarkan berisi barang-barang khusus untuk memeriksa pasien. Wen Qing bertanya "Dimana orangnya?".
Jiang Cheng menunjuk seseorang yang ada di dalam kamar dengan dagunya. Begitu melihat Lan Xichen, Wen Qing mengerutkan dahinya "Kau bilang kondisinya sangat buruk, dia bahkan terlihat lebih sehat dari ku"
Itu yang Jiang Cheng herankan, tadi saat Lan Xichen menabrak mobilnya keadaannya sangat parah, banyak darah dan sayatan luka maupun lebam akibat pukulan benda tumpul namun saat mobil Jiang Cheng sudah sampai di rumah tidak ada satupun goresan maupun lebam. Seakan dia memiliki kekuatan untuk menyembuhkan lukanya sendiri dalam hitungan menit. Sebelum Wen Qing berfikir macam-macam mengenai dirinya dibohongi Jiang Cheng segera mengajaknya untuk duduk di sofa ruang tengah, "kau tunggu disini, jika kau kabur aku tidak akan segan-segan menembak kakimu" lalu pintu ditutup rapat meninggalkan Lan Xichen terbaring sendirian diatas kasur.
Lan Xichen berkerut tidak senang melihat seorang wanita muda berada dekat dengan Jiang Cheng, dia bangkit dari kasur melangkah membuka pintu. Di ruang tengah Lan Xichen tidak melihat keberadaan Jiang Cheng maupun wanita tadi. Lan Xichen berkeliling apartemen dan menemukan mereka berdua sedang berada di balkon, terlihat Wen Qing tengah menatap lekat Jiang Cheng yang tengah mengatakan sesuatu dengan bahu lesu dan kepala menunduk menatap tanaman di lantai dasar. Ekspresi Lan Xichen semakin tidak suka saat tangan Wen Qing mengelus rambut Jiang Cheng lalu menuntun Jiang Cheng masuk kedalam pelukannya, ditambah kepala Jiang Cheng terkulai di bahu sempit Wen Qing seakan membagi semua bebannya pada si wanita.
Lan Xichen membuka pintu dengan kasar, menyebabkan kedua orang tadi melepaskan pelukannya. Jiang Cheng memalingkan wajahnya tangannya mengelap sesuatu pada wajahnya, sementara Wen Qing membantu Jiang Cheng menghapus sesuatu disana. Dehaman keras dan disengaja dari Lan Xichen mengundang tatapan marah dari Wen Qing "Apa?!" bentaknya.
"A-aku lapar" Lan Xichen gugup melihat bekas air mata Jiang Cheng, dia berfikir dirinya terlalu menganggu Jiang Cheng kali ini. Tapi dia tidak ingin melihat Jiang Cheng dekat dengan orang lain, entah kenapa seperti ada perasaan tidak senang.
Wen Qing berjalan masuk ke dalam apartemen, ketika berjalan dia sengaja menabrakkan bahunya dengan lengan Lan Xichen sambil melemparkan tatapan sinis. Jiang Cheng tak berbicara, dia hanya menyusul Wen Qing masuk dan membuat sesuatu dengan kompornya.
Tidak lama menunggu Jiang Cheng datang dengan tiga mangkuk mie rebus dengan toping sosis goreng yang dia bawa di atas nampan. Niat Lan Xichen membantu Jiang Cheng dia urungkan saat Wen Qing berdiri dengan cepat membantu Jiang Cheng meletakkan semua bawaannya di atas meja.
"Makan" ucap Jiang Cheng memulai acara makan siang ketiganya.
Setelah memberikan beberapa resep untuk menunjang kesembuhan Lan Xichen, secara terpaksa, Wen Qing pamit pulang. Jiang Cheng turut mengantarnya hingga Wen Qing sampai dengan selamat didalam mobil.
Kini di dalam apartemen hanya ada Jiang Cheng dan Lan Xichen. Jiang Cheng masuk ke dalam kamarnya, dan Lan Xichen ikut menyusul, tetapi sebelum tubuhnya benar benar masuk, Jiang Cheng sudah lebih dulu menutup pintunya. Tindakan Jiang Cheng yang tiba-tiba menyebabkan dahi Lan Xichen terbentur pintu kayu.
Lan Xichen menatap lesu pintu tersebut, dia berfikir Jiang Cheng sedang tidak ingin diganggu atau mungkin dia marah karena acara bermesraan nya dengan si wanita tadi sudah dia ganggu. Lan Xichen terduduk di depan pintu, punggungnya tanpa sadar menempel dengan punggung lain di seberang pintu. Orang itu bergumam "Ayah ibu, dimana kalian?". Isakan Jiang Cheng terdengar hingga balik pintu meskipun dia sudah sangat keras mengigit lengannya hingga berdarah.
Entah mengapa, melihatnya seperti ini membuat bagian yang berada di dada Lan Xichen tiba-tiba terasa nyeri, seakan ada ribuan paku yang mencabik-cabik organ dalamnya. Lan Xichen bangun dari duduknya, tangannya memutar knop pintu lalu sedikit memberi dorongan agar pintu terbuka. Tetapi pintu dengan cepat tertutup disertai suara bantingan. "Jika kau berani masuk, akan -akan ku tembak kepalamu"
Lan Xichen tergagap, "Ba-baiklah" bukan karena dia takut ancaman kecil dari Jiang Cheng, dia tergagap karena rasa sakit yang ada di dadanya makin terasa menyesakkan ketika Jiang Cheng mengatakannya dengan nada tersengal.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Lan Xichen. Suaranya sangat jelas terdengar lembut.
Tidak ada balasan dari dalam, Lan Xichen memutuskan untuk menunggu beberapa waktu lalu dia akan menanyakan hal yang sama. Kemudian setelah beberapa menit, Lan Xichen kembali bertanya namun tetap tidak ada balasan. Lan Xichen berdiri perlahan membuka pintu yang sedikit lebih berat. Ketika pintu sudah dibuka, terlihat kepala Jiang Cheng terkulai lalu bergerak menumpu pada rak buku. Lan Xichen dengan cepat masuk ke kamar mengecek keadaan Jiang Cheng.
Tangan besar Lan Xichen mendarat di pipi Jiang Cheng berkali-kali dengan lembut sambil memanggil namanya tapi tidak ada jawaban. Lan Xichen mengecek nadi dan nafasnya, dia tersenyum lega saat tahu ternyata Jiang Cheng hanya tertidur, bukan pingsan atau hal lain yang tidak mau Lan Xichen pikirkan.
Dengan lembut dia mengangkat tubuh Jiang Cheng, membaringkannya di atas kasur. Tidak lupa dia menyampirkan selimut tebal agar tubuh Jiang Cheng terlindung dari dinginnya malam. Setiap malam, setiap Jiang Cheng menemukan jalan buntu mengenai kasus orang tuanya dia akan selalu menangis, rasa depresinya sangat menyiksanya hingga ke tulang, berulangkali dia ingin bunuh diri tetapi keinginannya untuk mencari ayah dan ibunya selalu berhasil menahannya hingga dia akan jatuh tertidur setelah lelah menangisi kehidupannya yang malang.
"Maaf, seharusnya aku tidak datang malam itu" mata Lan Xichen menatap lekat Jiang Cheng, tangannya membelai lembut pipi putih untuk menghapus jejak air mata yang belum sepenuhnya mengering.
Profesor gila yang mengaku sebagai ayahnya waktu itu bercerita mengenai keluarga Jiang Cheng. Dia berkata bahwa ayah Jiang Cheng merupakan orang kepercayaannya yang ditugaskan khusus untuk merawat Lan Xichen dan tanpa sengaja turut menyiksa Lan Xichen dengan alat-alat aneh. Suatu hari akibat rasa bersalahnya, ayah Jiang Cheng mengajak Lan Xichen untuk kabur, menempatkannya dirumahnya dan saat itulah Lan Xichen bertemu seorang anak laki-laki kecil dengan senyum indahnya. Di malam harinya ayah Jiang Cheng beserta istrinya membawa Lan Xichen pergi, dia berkata ingin menempatkan Lan Xichen ke tempat yang jauh lebih baik daripada di lab. Tapi suatu insiden dimana anak buah Qingheng-Jun menabrak mobil mereka dari arah belakang, membuat mobil tersebut menabrak pohon hingga meledak. Lan Xichen berhasil selamat, berkat tangan salah satu anak buah Qingheng-Jun yang menariknya paksa dari luar meninggalkan mobil yang ditumpangi sepasang suami-isteri tersebut meledak dan hangus terbakar.
Lan Xichen awalnya tidak mempercayai perkataan Qingheng-Jun, tapi setelah beberapa kali eksperimen dengan berbagai tingkatan voltase listrik membuat sel memorinya pulih dan dia bisa mengingat jelas memorinya semasa kecil serta membuatnya ingin segera menemui Jiang Cheng agar bisa menjelaskan tentang kngatannya, tetapi saat mata mereka bertemu kala itu, nyali Lan Xichen langsung menciut, dia tiba-tiba takut Jiang Cheng akan meninggalkannya seperti dalam mimpi yang selalu menghantuinya setiap kali dia memejamkan mata.
Sepeninggalan Lan Xichen, Jiang Cheng membuka matanya termenung memikirkan apa yang Lan Xichen ucapkan barusan, bukan dia kan?
-
-Maaf yaa updatenya lamaa, tolong dukung terus karya ku inii.
Silahkan berikan pendapat atau saran melalui kolom komentar, aku akan sangat berterima kasih apabila ada yang memberikanku saran agar cerita ini atau karyaku selanjutnya bisa jadi lebih baik lagi 😊💙💜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side (Xicheng) ✅
Science FictionApa jadinya bila sekumpulan orang pintar berada di jalan keburukan? "Aku bukan monster" Xichen berusaha meyakinkan pria yang sedang menodongnya dengan pistol. "Buktikan!" Bentak pria itu. Xichen dengan berani tanpa sedikitpun rasa takut mendekat mem...