Dua puluh dua

479 99 2
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Jiang Cheng selalu mengeluarkan umpatannya dalam bentuk gumaman yang sangat dengan jelas dapat Lan Xichen dengar. Dia terus mengumpat mengenai bosnya yang melarangnya bekerja hingga dia jatuh terlelap bersandar pada bahu tegap Lan Xichen. Ketika bangun Jiang Cheng mengumpat lagi bahkan lebih kencang hingga supir bus yang berada di jarang jauh dari mereka menoleh merasa terganggu.

Bis mereka melaju melewati lima halte dari halte yang harusnya menjadi halte pemberhentian mereka. Umpatannya benar-benar sampai pada puncaknya ketika Lan Xichen dengan wajah polosnya malah membalas "Aku ingin kamu istirahat lebih lama"

Mereka akhirnya berhenti di halte terdekat dan memilih berjalan kaki hingga sampai di apartemen. Mata sayu Lan Xichen tergambar penuh kesedihan, awalnya dia berniat membiarkan Jiang Cheng istirahat setelah aktivitas seharian nya yang melelahkan tetapi malah dia membuat Jiang Cheng harus menempuh perjalanan yang sangat panjang dengan salah satu kaki patahnya.

Berulang kali Lan Xichen menawarkan punggungnya tapi Jiang Cheng malah semakin marah dan mempercepat langkahnya. Saat Jiang Cheng sudah menstabilkan langkahnya dia merasa tidak ada seorang pun yang mengikutinya dibelakang, dia menoleh melihat Lan Xichen tengah berdiri dengan jarak mereka yang terbentang sangat jauh.

Jiang Cheng berdecak, dalam hati merutuki perasaan Lan Xichen yang sangat mudah merajuk pada setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Hari ini langit malam terbilang sangat gelap, tidak ada cahaya bulan maupun bintang. Lampu jalan ditambah lampu toko jalanan membayangi langkah tiap orang yang melintas. Dinginnya malam membalut mereka-mereka yang berjalan sendirian tanpa pakaian tebal, termasuk Lan Xichen.

Jiang Cheng baru ingat fakta itu ketika angin berhembus kencang kearahnya. Betul saja, saat Jiang Cheng menoleh, Lan Xichen menunduk sedikit bergetar lalu menggosok kedua tangannya.

Diliputi rasa iba Jiang Cheng menghentikan langkahnya, belum berbalik badan, tiba-tiba seseorang dengan tubuh besar menabraknya dari belakang membuatnya hampir saja terjatuh kedepan. Untung saja lengannya dengan sigap menahan Jiang Cheng. Orang itu adalah Lan Xichen.

"Apa kau tidak punya mata!"

"Maaf" cicit Lan Xichen dengan kepala yang terus terpaku pada aspal dibawah.

Jiang Cheng merasa kelakuannya sudah keterlaluan hari ini, "lupakan"

Meskipun Jiang Cheng sudah tidak lagi mempermasalahkan hal tersebut Lan Xichen tetap saja menunduk enggan menatap orang didepannya. Lan Xichen diliputi rasa marah, dia marah pada dirinya sendiri karena telah lalai dalam menjaga Jiang Cheng. Insiden yang membuat kaki Jiang Cheng patah sehingga Jiang Cheng tidak diperbolehkan bekerja, dia anggap hal itu sebagai bentuk dari kelalaiannya hari ini.

Mata Jiang Cheng tidak sengaja mengarah pada buku jari Lan Xichen saat dia menggosok-gosok tangannya untuk mengusir rasa dingin. Buku jari Lan Xichen yang awalnya pucat menjadi biru dan merah.

Tidak seperti yang diucapkan, Lan Xichen menghajar habis-habisan tuan Chang seperti orang kesetanan. Kakinya memang patah, tapi tak hanya kaki, Lan Xichen juga mematahkan keempat anggota gerak tuan Chang dan membuat wajah penjahat itu babak belur dipenuhi noda darah dan memar biru.

"Ikut aku" Jiang Cheng menggerakkan kruknya berjalan kearah salah satu bangku jalan yang berada tepat dibawah lampu jalan.

Lan Xichen tahu pria itu ingin duduk, dengan telaten dia membantu Jiang Cheng duduk lalu tersenyum kecil saat Jiang Cheng mengucapkan terima kasih.

Jiang Cheng menggosok kedua tangannya, lalu meniupnya guna memberi sedikit rasa hangat.

"Apa kau lelah?" Tanya Lan Xichen pelan.

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang