Tiga puluh delapan

560 75 8
                                    

Wen Qing dan ShiZui sudah selesai membereskan peralatan yang tidak lagi Jiang Cheng perlukan akhirnya keluar, membuat suara gedoran pintu yang sedari tadi berbunyi kini hilang.

"Kau boleh masuk tapi tidak untuk berisik, a-cheng masih harus istirahat" Perintah Wen Qing dengan nada tegas sekaligus memperingati Lan Xichen.

Tidak ingin terjadi hal buruk lagi pada Jiang Cheng, Lan Xichen pun mengangguk memilih menuruti apa yang dokter itu perintahkan. Perlahan dia melangkah ke ranjang Jiang Cheng. Diam berdiri memperhatikan seseorang yang sedang berbaring dengan set infus terpasang dipunggung tangannya.

"Ada apa?" Seseorang yang dia perhatikan tiba-tiba berkata, membuka kelopak matanya dengan anggun untuk menampilkan manik mata yang bersinar indah.

Mendengar suara renyah yang sudah lama tidak dia dengar sekarang bergumam ditelinga nya, terus menerus terdengar ditampah dengan pandangan yang selalu dia impikan. Lan Xichen tersihir, termangu berdiri, terlena dengan gerakan indah dari bulu mata indah yang bergerak naik dan turun dengan anggunnya. Jika ini hanyalah sebuah mimpi, dia rela memohon kepada siapapun agar tidak ingin dibangunkan dari mimpi indah ini.

"Duduk lah" suara itu terdengar lagi dengan kata yang berbeda, namun Lan Xichen tetap saja berdiri termangu.

Jiang Cheng yang merasa diabaikan berdecak kesal, pasalnya bukan ini yang dia harapkan setelah bangun dari tidur panjangnya. Dia membalikkan tubuhnya memunggungi Lan Xichen hingga Lan Xichen akhirnya tersadar bahwa apa yang dia lihat didepannya bukan khayalan semata.

"A-cheng... Kamu sudah bangun?! Apakah ini kenyataan? Kau benar sudah bangun kan?" Lan Xichen terus bertanya, kakinya bergerak maju perlahan mendekati Jiang Cheng. Matanya tidak bisa fokus, ada perasaan senang, sedih, tidak percaya bercampur aduk dengan air mata yang siap jatuh. Tangannya bahkan bergetar saat hendak menyentuh objek didepannya.

Jiang Cheng berbalik menghadap Lan Xichen. Menatap pria yang sudah membangunkannya dengan tatapan aneh. "Hei?! Ada apa denganmu?" Tangan Jiang Cheng menyambut tangan Lan Xichen yang menggantung di udara.

Lan Xichen akhirnya menangis, digenggamnya erat tangan yang menyambutnya tadi. "Akhirnya a-cheng sudah sadar" sambil tertunduk dia memberikan kecupan pada tangan Jiang Cheng. "Tolong jangan tinggalkan aku sendirian lagi" lanjutnya.

Ada apa dengan anak ini - Jiang Cheng dalam hati

"Tenanglah, hentikan tangisanmu. Aku baik-baik saja"

Lan Xichen mendongak, mengusap air matanya lalu mengangguk "Berjanjilah untuk tetap selalu baik-baik saja" dengan tatapan memohon Lan Xichen membuat Jiang Cheng mengerutkan alisnya tapi tetap menjawab agar air mata yang ada di pelupuk mata Lan Xichen tidak jatuh lagi "Mn, aku bukan orang lemah yang bisa mati semudah itu"

Setelah mengangguk Lan Xichen tersenyum kecil, mengatur posisi duduknya senyaman mungkin sambil terus tersenyum getir menatap pujaan hatinya tanpa melepas genggaman tangan mereka. Ruangan mendadak hening, menyisakan semua penyesalan di hati Lan Xichen.

Lan Xichen menunduk, menempelkan dahinya pada tautan tangan mereka. Dia menyesali segala hal yang terjadi pada hidup Jiang Cheng. Ini semua karenanya. Seharusnya malam itu dia tidak egois, seharusnya dia tidak membiarkan keinginannya menjadi kesengsaraan bagi Jiang Cheng. Seharusnya dia tidak membiarkan Qingheng-Jun menanamkan seorang bayi di perut Jiang Cheng.

Jiang Cheng tahu perasaan Lan Xichen, tapi dia tidak tahu cara apa yang bisa menghibur pria itu. Ada satu cara yang dia pikirkan saat ini, tapi dia tidak terlalu yakin cara itu akan berhasil. Tapi jika tidak dicoba, pria itu akan terus tenggelam dalam perasaan bersalahnya dan Jiang Cheng tidak mau hal itu terjadi. Rasa cintanya pada pria itu membuat dirinya enggan melihatnya bersedih.

Perlahan Jiang Cheng melepas genggaman tangannya, membuat Lan Xichen mendongak menatap Jiang Cheng dengan wajah muram. Pikirannya berkecamuk, dia berfikir bahwa Jiang Cheng tidak ingin disentuhnya lagi, atau Jiang Cheng jijik akan dirinya.

"Jangan berfikir yang tidak-tidak, tidur lah aku ingin beristirahat"

Lan Xichen mengangguk lalu bangun dari duduknya dan berjalan menuju pintu dengan langkah berat, meski hatinya tidak ingin meninggalkan Jiang Cheng tapi dia ingat perkataan Wen Qing bahwa Jiang Cheng masih perlu istirahat.

"Mau kemana?" Lan Xichen menghentikan langkahnya. "Pergi tidur..."

"Oh"

"Apa a-cheng butuh sesuatu?" Lan Xichen berkata dengan suara putus asa, dia benar-benar tidak ingin berpisah dengan Jiang Cheng lagi.

Jiang Cheng menggeleng "tidak"

"Benar?"

"Ck, pergilah"

Lan Xichen mengangguk patuh kemudian kembali berjalan kearah pintu. Jiang Cheng kesal, bukan itu maksutnya. Dia memang menyuruh Lan Xichen tidur, tapi tidak ditempat lain, dia ingin Lan Xichen tidur disampingnya.

"Ayah mu benar-benar tidak mengerti perasaan papa, jangan pernah mencontohnya" ucap Jiang Cheng kepada gumpalan daging yang ada diperutnya sambil mengelus perutnya yang sedikit membuncit.

Tiba-tiba perutnya terasa melilit, sakit bukan main. Seperti ada sengatan listrik yang menyengat tubuh bagian dalamnya. Jiang Cheng kembali memucat, peluh muncul memenuhi wajahnya, sekuat tenaga dia menahan rasa sakitnya sendirian menggigit bibir kencang agar teriakan kesakitan tak mengganggu orang yang sedang beristirahat. Jiang Cheng merintih kesakitan, dia mengatur nafasnya yang mulai memburuh. Berusaha setenang mungkin agar janin di dalam perutnya ikut tenang. "Sst, tenang lah ada papa disini" Jiang Cheng bergetar tangannya membelai perutnya menyuruh janinnya diam. Tapi sengatan itu masih ada, Jiang Cheng melemas dia merintih meminta tolong. Dan Lan Xichen pun yang sedari tadi menunggu di luar berlari panik masuk kedalam.

"A-cheng?! ada apa?! Sakitnya dimana?!"

"Pe-perut, sakit"

Lan Xichen menyentuh perut Jiang Cheng. Dia terkejut, tangannya seperti tersengat listrik. "Aku harus apa?" gumamnya panik. Jiang Cheng mengatur nafasnya lagi, berusaha setenang mungkin namun nihil, janin itu seakan mengamuk enggan menenangkan dirinya, membuat Jiang Cheng merintih semakin keras disertai peluh yang jatuh semakin deras.

Lan Xichen kebingungan, hingga dia memercikkan sebuah listrik tepat diatas perut Jiang Cheng. Jiang Cheng tersentak, lalu terdiam dan menutup matanya. Lan Xichen terkejut, dia memeluk tubuh Jiang Cheng, "A-cheng... Hei, bangun!" Tangannya menepuk-nepuk pipi Jiang Cheng berusaha membangunkan Jiang Cheng dari tidurnya. Bagai disambar petir, mimpi buruk itu seakan menyambarnya kembali. Dengan panik Lan Xichen mengguncang tubuh dipelukannya "Bangunlah! Kumohon!"

"Kau membuatku sesak" suara lembut itu terdengar tepat ditelinganya, sangat lemah.

"A-cheng!"

"Berhentilah berteriak"

Lan Xichen menatap wajah Jiang Cheng-tanpa melepaskan pelukannya, memastikan suara itu benar-benar berasal dari Jiang Cheng.

Itu benar, itu Jiang Cheng nya.

Dia tersenyum senang dan semakin mengeratkan pelukannya. "Mulai sekarang, aku tidak ingin jauh lagi darimu. Aku tidak peduli kau suka atau tidak suka" suara bariton Lan Xichen bergema dengan tegas ditelinga Jiang Cheng membuat tubuhnya meremang, sekaligus menghangat.

-
-

Tekan vote dan berikan komen untuk next chapter 😅

Mohon dukungannya😊💙💜

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang