Kediaman Wen Qing kini sunyi, para penghuni rumah seluruhnya sudah jatuh terlelap dalam tidur. Namun, mereka tidak tahu, di gelapnya malam sekumpulan pria berjas hitam tengah mengintai mereka dan bersiap untuk merebut Jiang Cheng kembali.
Qingheng-jun dan beberapa anak buahnya rupanya belum tewas pada insiden itu. Incarannya bukan lagi Lan Xichen, melainkan hanya Jiang Cheng. Dia memiliki keyakinan tersendiri bahwa jika dia mengambil Jiang Cheng dia juga pasti akan mendapatkan Lan Xichen.
Dia tidak sendirian, puluhan anak buahnya serta seorang pria yang berdiri disebelahnya dengan pakaian serba putih sudah berdiri di depan kediaman Wen Qing. Qingheng-jun memastikan kembali kepada anak buahnya mengenai rencana mereka hanya melalui tatapan yang mengerikan miliknya dan mereka membalas dengan anggukan mengerti.
Qingheng-jun beralih pada pria disebelahnya yang tampak sangat dingin dan berbahaya "Jalan kan misi dengan baik nak, ayah tidak ingin ada kesalahan kali ini atau kau tau sendiri akibatnya"
Pria itu tidak menjawab, dia hanya diam dan menatap dengan dingin pintu rumah Wen Qing. Setelah Qingheng-jun memberikan aba-aba mereka semua mulai berlari menyerang kedalam.
Pintu kayu yang awalnya kokoh hancur berantakan dengan sekali tendangan dari pria dengan pakaian serba putih itu. Dia tidak menyukai hal seperti ini, jadi dia dengan cepat beraksi mencari sasaran utama dan segera kembali ke rumah.
Semua orang berpencar, menghancurkan semua pintu yang tertutup. Qingheng-jun juga melangkah dengan santai kedalam, mencari Jiang Cheng.
Sementara itu, Jiang Cheng yang tiba-tiba terbangun akibat rasa sakit dari perutnya. Keringat dingin bercucuran menuruni dahinya. Dia merintih kesakitan, membuat Lan Xichen yang berada disebelahnya terbangun "Ada apa?"
"Perut- akh!" Jiang Cheng hampir saja terjungkal jatuh dari ranjang jika saja Lan Xichen tidak sigap menahannya.
"Tunggu sebentar" Lan Xichen membetulkan posisi penyangga ranjang agar Jiang Cheng tidak bisa jatuh.
Dengan langkah seribu dan paniknya dia berlari menuju kamar Wen Qing. Namun sebelum dia sampai diruang tengah tubuhnya terseret kebelakang dengan tangan membekap mulutnya. "Stt! Kita diserang, kau dan Jiang Cheng harus segera pergi dari sini"
"Tapi A-Cheng kesakitan" bisik Lan Xichen pada Wen Qing.
Wen Qing sudah memprediksi ini, dia cukup yakin bahwa Qingheng-jun tidak akan membiarkan Lan Xichen dan Jiang Cheng pergi begitu saja. Alhasil sekembalinya dari ruangan Jiang Cheng, Wen Qing mengajak kedua pria muda yang sudah siap tidur untuk menyusun sebuah rencana yang akan mereka gunakan apabila Qingheng-jun datang menyerang terlebih dahulu.
Suara keras yang berasal dari pecahan dan dentuman terdengar memenuhi ruang tengah. Entah apa saja yang mereka hancurkan tapi Wen Qing yakin rumahnya sudah tidak lagi berbentuk. Untung saja ruang perawatan letaknya cukup jauh dari rumah inti dan cukup tersembunyi tempatnya, memudahkan mereka untuk kabur dari sini.
Wen Qing menatap Lan Xichen, kemudian berbisik "Dengarkan aku! Kau harus tenang lalu alirkan sedikit kekuatanmu pada perut Jiang Cheng agar bayi kalian kembali tenang. Kembalilah ke ruang perawatan, disana sudah ada JingYi dan ShiZui cepat kalian harus pergi dari sini. Ingat kau harus tenang! Mengerti?!"
Lan Xichen mengangguk, "lalu kau?"
"Aku akan mencegah mereka"
"Tapi-"
"Tidak ada tapi tapian, saat ini Jiang Cheng tidak boleh bertarung cepat bawa dia pergi!" Wen Qing mendorong tubuh besar Lan Xichen kemudian berlari ke dalam rumah inti dengan kedua pistol dan satu bom di belakang bajunya.
Lan Xichen terdiam sebentar menatap punggung Wen Qing, dia tahu Jiang Cheng tidak akan senang dengan ide Wen Qing. Tapi apa yang Wen Qing katakan benar, Jiang Cheng tidak boleh bertarung.
Suara tembakan terdengar, Lan Xichen berlari kembali ke ruang perawatan. Disana Jiang Cheng masih merintih kesakitan dengan tubuh meringkuk memegangi perutnya. JingYi dan ShiZui berdiri sedikit menjauh dari Jiang Cheng karena saat mereka menyentuh Jiang Cheng, tubuh mereka malah terpental.
Lan Xichen menarik nafasnya dalam, menenangkan dirinya sendiri sebelum menenangkan jagoan kecilnya "Hai, tenang lah" salah satu tangannya berada diatas perut Jiang Cheng, menyalurkan sedikit kekuatan listriknya sementara tangan lainnya menggenggam tangan Jiang Cheng.
Cara itu rupanya bekerja dengan baik. Jiang Cheng kembali bernafas dengan tenang. Dengan segera Lan Xichen menggendong tubuh lemah Jiang Cheng kemudian memberi kode kepada JingYi dan ShiZui.
"Ikuti kami"
Baru saja melewati pintu ruang rawat, mereka melihat seorang pria dengan pakai putih mencekik tubuh Wen Qing yang terus meronta dengan satu tangan, hingga wanita cantik itu diam tak bergerak lagi. Jiang Cheng diantara alam sadar dan tidaknya melihat itu sebagai mimpi, "Wen Qing" gumamnya.
Pria itu menjatuhkan Wen Qing kemudian berjalan maju, tetapi langkahnya terhenti saat ShiZui dengan berani maju melindungi Lan Xichen dan lainnya. Beberapa saat saling bertatap, pria itu malah membalik langkahnya sambil membawa Wen Qing dan membiarkan keempat orang itu pergi dari sini.
ShiZui ingin mengejar pria tersebut, merebut tubuh Wen Qing yang entah masih hidup atau tidak. Namun JingYi mencegahnya, dia mengingatkan ShiZui kembali tentang rencana mereka. Alhasil tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, mereka segera berlari melewati jalan rahasia yang ternyata tembus ke gedung tua yang terletak dibelakang kediaman Wen Qing.
Lan Xichen menatap Jiang Cheng yang sedang menutup matanya. "Bersabar sedikit lagi, aku akan membalas mereka semua yang telah berani menyakiti kita"
Kemudian mereka memasuki mobil van hitam yang sudah mereka siapkan dan meluncur ke tempat yang sudah Wen Qing tentukan. Meskipun JingYi rasa ini belum lah tepat, namun tidak ada tempat aman lagi selain tempat itu.
JingYi yang sedang menyetir melirik kearah Lan Xichen yang terus menatap Jiang Cheng. Sedangkan ShiZui menatap keluar jendela. JingYi kemudian bertanya "Apa kau kenal dengan pria tadi?"
ShiZui mengalihkan pandangannya menatap JingYi lalu menggeleng "Aku tidak tahu, tapi aku tidak merasa dia berbahaya"
Lan Xichen juga setuju dengan ucapan ShiZui. Kedatangan Qingheng-jun dan pria itu terasa tidak berbahaya. Itulah yang membuatnya tidak waspada.
JingYi mengangguk mengerti. Kemudian ShiZui berkata "Jika kamu lelah bilang ya, aku akan menggantikan mu menyetir karena perjalanan ini sangat jauh"
JingYi terkekeh "Baiklah"
-
JingYi yang tertidur pulas dibangku penumpang menggeliat dan berceloteh dalam gumamannya akibat cahaya mentari menyinari wajahnya. ShiZui yang menyetir disebelahnya tertawa geli melihat JingYi. Satu tangannya ia gunakan untuk menghalangi sinar mentari sementara tangannya yang lain tetap berada dikemudi.
"Fokus mengemudi, aku sudah bangun" JingYi menegakkan tubuhnya dan menangkis tangan ShiZui.
"Kita sudah sampai sayang" Akhirnya perjalanan panjang mereka berakhir disini, disebuah pedesaan jauh dari hiruk pikuk manusia.
"Hah? Sampai?"
"Iya"
"Ini bukan tempat yang kita sepakati ShiZui!"
ShiZui mendadak menghentikan mobilnya. Dia menatap JingYi tidak percaya. Sebelum ShiZui membuka mulutnya, Lan Xichen yang duduk di bangku belakang menatap mereka. Dan seketika ShiZui melanjutkan perjalanannya memasuki sebuah pekarangan luas dengan rumah sederhana ditengah yang dikelilingi hamparan bunga daisy putih yang indah. Sedangkan JingYi bersorak kecil saat memandangi hamparan bunga daisy yang indah itu. Mereka bertingkah seolah tidak terjadi perdebatan apapun diantara mereka.
"A-Cheng kita akan hidup bahagia disini membangun sebuah keluarga kecil tanpa gangguan dari sipapun lagi. Aku berjanji tidak akan ada yang bisa mengusik kita lagi" Lan Xichen tersenyum kecil kemudian mencium kening Jiang Cheng yang masih tertidur pulas.
-
-Tekan vote dan berikan komen untuk next chapter 😅
Mohon dukungannya😊💙💜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side (Xicheng) ✅
Science FictionApa jadinya bila sekumpulan orang pintar berada di jalan keburukan? "Aku bukan monster" Xichen berusaha meyakinkan pria yang sedang menodongnya dengan pistol. "Buktikan!" Bentak pria itu. Xichen dengan berani tanpa sedikitpun rasa takut mendekat mem...