Sepuluh

841 140 5
                                    

Memikirkan tentang takdir membuat Lan Xichen tak bisa tidur. Mata dan otaknya seakan menyuruhnya untuk tetap memikirkan takdir buruk dalam hidupnya. Sepanjang Lan Xichen hidup hanya ada takdir buruk yang menjumpainya. Kemalangan, kesusahan, kesedihan, semua seakan semangat menggerogoti Lan Xichen hari demi hari. Seakan tak mengijinkan waktu memberi Lan Xichen kebahagiaan walau sesaat. Lan Xichen berdiri bersandar pada tralis besi balkon apartemen Jiang Cheng menghirup udara malam yang dingin mencekam, sambil menatap bintang yang dengan sukarela menemani satu-satunya bulan di angkasa.

Ketika hendak berbalik masuk ke dalam, tiba-tiba seluruh bulu kuduknya berdiri pertanda bahwa akan ada bahaya yang akan mengancam dirinya. Kepalanya berputar, melihat sekeliling mencari keberadaan orang itu sambil terus memasang mode siaga. Kemampuannya dalam bertarung memang tidak bisa diragukan hanya saja lawannya juga memiliki kekuatan yang lebih darinya. Seperti memiliki energi baru yang terus meningkat seiring mereka bertarung.

Langkah kakinya menggusar kala tak menemukan orang itu. Lan Xichen takut bila dia datang ke apartemen dan melukai Jiang Cheng. Alhasil Lan Xichen lompat begitu saja dari atas balkon lantai 3 ke dasar pelataran apartemen. Dia berlari dengan kencang mengikuti instingnya. Semakin bulu kuduk nya berdiri semakin dekat pula dari dengan musuh. Begitu musuh berada didekatnya Lan Xichen akan berlari sekencang-kencangnya menjauhkan dia dari Jiang Cheng.

-

Jiang Cheng terbangun saat mendengar suara benda jatuh dari luar kamarnya. Pintu balkon terbuka lebar membuat angin masuk menyibak gorden putih tipis yang ada disana. Dari atas balkon Jiang Cheng melihat siluet hitam sedang berlari menghindari kejaran siluet lain.

Mata Jiang Cheng menyipit, mempertegas visualisasi dari kedua orang yang saling berlari. Jiang Cheng membelalakkan matanya, terkejut ketika mengenali kaos putih itu "Lan Xichen!"

Setelah mengambil jaket hitam Jiang Cheng lari menuruni tangga apartemen menyusul Lan Xichen. Saksi kunci harus dilindungi, bisa saja yang mengejar Lan Xichen tadi adalah tersangka pembunuhan tuan Zhou yang datang untuk menghapus saksi pembunuhan yang dia lakukan.

Dengan langkah kaki yang tangguh dan kencang hasil latihannya selama bertahun-tahun dikepolisian akhirnya berhasil menyusul mendekati dua orang yang Jiang Cheng cari.

Saling mengejar melompat menyusul dijalanan kecil yang padat akan rumah penduduk. Banyak rintangan yang harus mereka lewati. Lan Xichen menengok kebelakang sekilas, melihat posisi musuhnya tapi hatinya mencelos saat melihat Jiang Cheng berlari menyusul tak jauh dari punggung musuh.

Otak cerdasnya berfikir keras menciptakan halangan yang dapat menjauhkan serta mengamankan Jiang Cheng dari si musuh sambil terus berlari. Akhirnya Lan Xichen berbelok kearah pasar yang masih dipenuhi banyak orang bertransaksi atau sekedar menghabiskan malam. Dengan harapan langkah Jiang Cheng bisa memelan dan bisa menjauh dari urusannya.

Ternyata apa yang diharapkan terkabulkan begitu saja. Jiang Cheng tak berhasil menyusul langkah Lan Xichen akibat menabrak seorang pria yang sedang membawa sepeti tomat segar untuk restorannya. Dalam hati Lan Xichen bersyukur namun juga merasa kasian saat melihat Jiang Cheng menunduk meminta maaf berkali-kali pada orang itu.

Rasa kasian membuat Lan Xichen lengah, dengan mudahnya si musuh yang bertubuh kekar dengan otot lengan yang tumbuh dengan baik berhasil mencengkram lehernya. "Turuti perintahku atau ku patahkan lehermu ini"

Lan Xichen memberontak, menggoyangkan tubuhnya serta memberikan tinjunya kesana kemari tepat dititik yang menurutnya menjadi kelemahan si musuh. Pukulan telak pada ulu hati berhasil mengendurkan cengkraman di leher Lan Xichen. Tak menunggu waktu lama Lan Xichen segera berlari. Memasuki gedung menembus pintu demi pintu, saat Lan Xichen sampai dipuncak gedung dia akan melompat ke atap gedung lain yang mudah dia jangkau.

Musuh seakan memiliki baterai cadangan, dia dengan wajah penuh amarah terus mengejar langkah Lan Xichen. Hingga langkah Lan Xichen terhenti akibat tidak ada lagi atap gedung yang bisa dia lompati. "Menyerah lah" musuh berjalan semakin dekat dengan penuh drama menatap buruan besarnya. Bila dia bisa menangkap Lan Xichen bos nya akan sangat senang dan akan memberikan apapun yang dia minta.

Lan Xichen menatap waspada sambil melangkah mundur menghindari musuh didepannya yang sudah mengeluarkan senjatanya. Senjata itu memicu serpihan ingatan yang terjadi saat pertarungan terakhir mereka. Senjata itu lah yang membuat Lan Xichen mengeluarkan kekuatannya hingga dia harus kehilangan semua ingatannya.

Tangan musuh bergerak tiba-tiba sekencang cahaya menggores daging tumit Lan Xichen. Posisi yang berada tepat di ujung atap dengan kaki cedera separah ini membuat Lan Xichen terjatuh terjun bebas dari ketinggian gedung berlantai 15. Si musuh sempat menahan tangannya namun Lan Xichen lebih memilih menerjunkan tubuhnya, dia tidak ingin mati ditangan musuh.

Tak jauh dari tempat Lan Xichen, Jiang Cheng tengah menghela nafasnya lelah. Kepalanya berputar kesana kemari mencari keberadaan Lan Xichen. Saat melihat kearah sebuah gedung pencakar langit mata Jiang Cheng terbelalak lebar. Dia melihat seseorang jatuh dengan kecepatan tinggi dan seseorang berada diatas gedung. Jiang Cheng ingin berlari menyelamatkan Lan Xichen, namun dentuman kilatan listrik jatuh seperti bom. Menghempaskan tubuh Jiang Cheng hingga tubuhnya membentur mobil. Seperti ledakan bom listrik yang menghantam toko-toko sekitar menghanguskan semua aliran listrik dan membuat listrik satu kota padam.

"Tolong! Kirimkan ambulance segera seorang detektif sedang terluka!" Teriak Wei Wuxian pada orang yang ada di sebrang saluran telfon. Wajahnya panik, tapi tetap berusaha menghentikan perdarahan yang terjadi dikepala Jiang Cheng dengan tenang.

Sedangkan Wen Ning mengamati keadaan dan membantu para warga sipil yang ikut terdampak. Wen Ning sempat melihat seseorang yang berdiri diatas gedung namun hanya sekejap sebelum orang itu ditelan gelapnya malam. Wen Ning terkejut saat melihat Lan Xichen si saksi kunci berjalan tertatih dengan pakaian bersimbah darah.

"A-a.." gumamnya pelan sambil menunjuk kesuatu arah sebelum kesadarannya terenggut paksa dan jatuh begitu saja ke lengan Wen Ning. 

-

Di rumah sakit Wei Wuxian berjalan mondar-mandir seperti robot kehilangan jalurnya. Kebiasaan menggigit kuku timbul, pertanda tubuhnya sedang dalam keadaan panik dan tak bisa berfikir dengan jernih. Wen Ning yang telah menjadi anak buah nya sejak 5 tahun yang lalu berusaha menenangkan ketuanya itu. Mengatakan bahwa anggota termuda mereka saat ini pasti akan baik-baik saja.

Seakan tuhan mendengarkan doanya, seorang dokter dengan pakaian kerjanya dan masker hijau keluar dari dalam ruang operasi. "Keajaiban masih bersamanya, kita hanya perlu menunggu tuan Jiang sadar dari pingsannya"

Nafas tercekik Wei Wuxian perlahan mengendur, "terima kasih dokter"

"Dokter, kami tidak dapat mengidentifikasi golongan darah pada pasien ini. Namun pasien kehilangan sangat banyak darah" seorang perawat berlari menghampiri sang dokter sambil membawa sebuah berkas.

Si dokter segera berlari ke arah si perawat tadi datang. Sebelum perawat tersebut ikut berlari menyusul dokter Wen Ning menahan lengannya dan bertanya "Apakah itu pasien dengan identitas Lan Xichen?" Pertanyaan Wen Ning dijawab anggukan kecil namun yakin sebelum perawat itu kembali berlari menyusul dokter.

-
-

mohon dukungannya semua😊💙💜

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang