Dua puluh tiga

501 95 3
                                    

Ditengah malam Jiang Cheng dibangunkan oleh rasa lapar yang tak tertahankan. Seharian ini selain sarapan yang Lan Xichen buat untuknya dia, Jiang Cheng belum makan apapun lagi.

Bunyi gemuruh memenuhi rongga perutnya, mau tak mau mendorong semangat Jiang Cheng untuk membuat makanan atau dia akan tidur dalam keadaan tak tenang.

Saat Jiang Cheng keluar dari kamar, dia melihat seonggok manusia sedang tidur diatas kursi panjang yang sempit, jika orang itu bergerak sedikit saja pasti dia akan terjatuh. Kedua kakinya yang terlalu panjang menjuntai kebawah berayun seperti ranting beringin diterpa semilir angin. Jiang Cheng yakin, esok saat pria itu bangun pasti badannya akan terasa pegal seperti saat dia tertidur diatas dipan tak beralas apapun.

Perutnya bergemuruh lagi, Jiang Cheng berjalan kedapur sambil memegangi perutnya yang lumayan sakit. Jiang Cheng memiliki riwayat gangguan pada lambungnya, itu yang menyebabkan dia tidak boleh terlambat makan ataupun terlalu banyak makan. Makanan pedas juga merupakan pantangan untuknya, namun Jiang Cheng sebagai seorang pria yang sangat gemar memakan makanan pedas yang bila tidak ada rasa pedas dia anggap sebagai masakan hambar kerap kali melanggar pantangan itu. Walaupun setiap kali dia melanggar akan timbul gejala seperti pusing mual bahkan muntah, sama sekali tak menurunkan rasa cintanya pada masakan pedas.

Seperti saat ini, karena kulkas hanya berisi satu buah telur dan cabai Jiang Cheng berinisiatif untuk membuat mie instan rebus dengan telur mata sapi yang ikut di rebus bersamaan dengan mie dan cabai.

Pertama Jiang Cheng memakai celemek kesayangannya, lalu mulai membuat kebisingan dengan tak sengaja menjatuhkan sebuah panci. Dentangan yang keras itu membuat Lan Xichen terlonjak kaget dan terjatuh dari kursi sempit. Dia mengaduh, menggosok punggungnya yang pasti memerah.

Dari dapur Jiang Cheng meringis menonton dan mendengar suara gedebuk dari arah ruang tengah. "Maaf!" Teriak Jiang Cheng.

"Apa kamu terluka?" Lan Xichen berjalan tergopoh gopoh ke dapur, dia datang dengan tangan yang tetap bergerak keatas bawah menggosok punggungnya.

Jiang Cheng merenung, selama hidupnya hanya Wen Qing yang pernah bertanya seperti itu dengan nada khawatir. Merasa mendapat perlakuan yang sama dari orang lain membuatnya cukup canggung "Aku? Aku baik"

Lan Xichen mengangguk, kemudian melangkah mengambil gelas dan mengambil air mineral dari dalam lemari es.

Jiang Cheng kemudian melanjutkan acara memasaknya. Kompor dinyalakan, memancarkan api panas merebus air bening yang awalnya tenang menjadi penuh gelembung kecil di dasar panci, pertanda mie sudah boleh dimasukkan. Setelah mie dirasa setengah masak, Jiang Cheng memasukkan bumbu dan komponen lain pelengkap mie termasuk cabai dan telur yang sudah Jiang Cheng kocok lepas.

Panci pun ditutup, membiarkan panas didalam panci berputar secara merata memasak semua bahan. Jiang Cheng berdiri disebelah kompor, giginya menggigit sepasang sumpit tembaga sambil memandang lapar bak singa menatap mangsanya. Bagaimana tidak, meskipun panci sudah ditutup, aroma gurih pedas manis bercampur masuk dengan lancangnya menggoda Jiang Cheng yang kelaparan.

Jakunnya naik turun saat membayangkan kenyalnya mie keriting dengan kuah pedas dan lembutnya telur berputar dimulutnya dihancurkan gigi giginya dengan perlahan lalu turun dengan kuah hangatnya menghangatkan perut Jiang Cheng. Saking fokusnya berkhayal dia sampai tak sadar Lan Xichen sudah berdiri tepat dibelakangnya. "Kamu masak apa?"

Suara husky nya yang berada tepat disebelah telinga Jiang Cheng, menggelitik telinganya dengan gemuruh nafas hangat berhasil mengejutkan Jiang Cheng.

Jiang Cheng berdiri terdiam, perbedaan tinggi yang cukup jauh memaksa Jiang Cheng mengangkat dagunya menatap dengan arak mereka yang terlalu dekat. Jiang Cheng dapat dengan jelas melihat bayangan dirinya terpantul melewati iris indah jernih yang tertutup bulu mata tebal yang gelap panjang seperti tirai malam.

Matanya berkedip cepat, mendorong dada Lan Xichen lalu berbalik menatap panci yang dari balik tutupnya mengeluarkan banyak buih putih kecil. Buru-buru dia mematikan kompor lalu membuka tutup pancinya. Dia berdecak, melihat tekstur mie tidak seperti yang ada di bayangannya "Ck, terlalu lembek"

Hatinya sempat dongkol, merasa kesal dengan orang yang masih berdiri di belakangnya tapi itu juga tidak tepat, dialah yang membeku menatap wajah Lan Xichen, jadi dalam kasus kali ini Lan Xichen tidak bisa disalahkan, mungkin bisa, dia sudah mengejutkan dirinya dan membuatnya menoleh menatap wajah yang sialnya tampan itu. Jiang Cheng dengan jutek berkata "Tolong bawakan pancinya ke meja ruang tengah" lalu berjalan tertatih dengan kruk nya menuju ruang tengah meninggalkan Lan Xichen yang mengangguk patuh.

Selain panci, Lan Xichen juga mengambil mangkuk kecil, sendok dan segelas air mineral. Dia menyiapkan semuanya di atas meja membiarkan Jiang Cheng duduk sambil memperhatikannya menyiapkan semuanya.

Gemuruh lain tiba-tiba terdengar, dengan wajah malu Lan Xichen menunduk menyembunyikan semburat merah muda diwajahnya. Lan Xichen memang memasak untuk Jiang Cheng tapi dia tidak memakan masakannya sebanyak Jiang Cheng makan dan dia juga belum makan apa-apa selain masakannya tadi pagi.

Jiang Cheng terkekeh dengan jahil dia mengeluarkan pertanyaan bodoh, "Kau lapar?"

Lan Xichen mengangguk malu.

"Tapi ini mie terakhir-"

"Tidak tidak, kau makan saja aku bisa menahannya sampai esok pagi"

Jiang Cheng mengangkat salah satu alisnya, kesal perkataannya dipotong tiba-tiba "Kau pikir hari esok akan ada keajaiban yang membuat mie instan membelah diri menjadi banyak?"

Lan Xichen menggeleng.

"Aku tidak suka mie yang lembek dan dingin tapi perutku lapar, mari kita berbagi"

Lan Xichen menggeleng lebih kuat "Tidak, kamu harus makan agar kamu cepat sembuh. Aku bisa belanja besok dan akan memasak makanan, kamu makan saja tidak usah menghawatirkan ku, aku sungguh baik-baik saja"

Jiang Cheng menatap Lan Xichen datar "Aku hanya tidak ingin dicap sebagai warga negara yang jahat karena tidak merawat seseorang dengan baik. Jika kau mati kelaparan aku yang akan kerepotan"

Kata-kata Jiang Cheng barusan membuat Lan Xichen bersedih, dia menundukkan wajahnya dalam-dalam persis saat dia merajuk di pinggir jalan waktu itu. Jiang Cheng ingin sekali menepuk mulutnya, "Maaf aku hanya bercanda, begini saja, kita akan bermain permainan suit jika orang itu kalah maka dia tidak bisa makan mie jika orang itu menang maka dia bisa makan mienya, bagaimana?"

Terdengar cukup tidak adil bagi Lan Xichen, tapi mata Jiang Cheng yang setajam elang menekuk terlihat tidak ingin dibantah. Alhasil mau tak mau Lan Xichen mengangguk.

Dengan senyum pongah Jiang Cheng menatap wajah Lan Xichen yang tertera jelas bahwa dia tidak ingin bermain, pura pura tidak melihat ekspresi itu Jiang Cheng memulai permainan, "Kita mulai" mereka menggerakkan tangannya keatas kebawah.

Hasil pertama mereka sama-sama mengeluarkan kertas.

Jiang Cheng berdecak. Lalu menggerakkan tangannya lagi diikuti Lan Xichen.

Yang kedua ini Jiang Cheng mengeluarkan batu sedangkan Lan Xichen mengeluarkan gunting. Jiang Cheng tersenyum mengejek lalu mengambil sumpitnya dan memakan perlahan mie buatannya. Meskipun sudah dingin mie itu masih terasa nikmat, selain rasa lapar yang teramat mungkin mood yang bagus membuat makanan yang sudah dingin dan lembek menjadi sangat lezat bagi Jiang Cheng.

Pemenang ronde kedua adalah Jiang Cheng, tapi senyum lebar mengembang di bibir Lan Xichen yang jelas-jelas kalah dalam permainan.

Putaran ketika Jiang Cheng mengeluarkan gunting berharap Lan Xichen mengeluarkan kertas tapi dugaannya salah, Lan Xichen malah mengeluarkan batu. Alhasil, ronde kali ini dimenangkan Lan Xichen.

Lan Xichen tidak berkata apa-apa atau merespon dengan senyuman mengejek seperti Jiang Cheng tadi, dia hanya menyumpit sedikit helai mie menaruhnya diatas sendok lalu menyendok kuah berisi telur. Dalam hati Lan Xichen melonjak senang ketika kuah dan mie itu masuk memenuhi mulutnya, sangat lezat! Tidak masalah mie itu dingin mengembang lembek atau terlalu pedas baginya asalkan itu dibuat dari tangan cantik Jiang Cheng dia rela memakannya setiap hari.

-
-
Tolong dukung terus karya ku inii.

Silahkan berikan pendapat atau saran melalui kolom komentar, aku akan sangat berterima kasih apabila ada yang memberikanku saran agar cerita ini atau karyaku selanjutnya bisa jadi lebih baik lagi 😊💙💜

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang