Delapan Belas

491 90 2
                                    

Ponsel berdering membuat Jiang Cheng terbangun dari tidurnya. Dengan mata setengah terbuka Jiang Cheng berusaha menggapai ponsel yang berada di atas meja kecil di sebelah kasur. Tanpa melihat siapa yang menelfon dia langsung menggeser ikon berwarna hijau.

"Hm?" Sapa Jiang Cheng kepada orang diseberang dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Jiang Cheng seketika duduk tegak, matanya yang awalnya setengah terpejam mendadak terbuka lebar dan menyipit terhimpit senyuman. Orang yang menelfon nya pagi-pagi buta adalah Wei Wuxian, dia berkata bahwa hari ini Jiang Cheng sudah diperbolehkan masuk kerja ditambah lagi dia sudah bisa dibebas tugaskan dari menjadi baby sitter dadakan dari Lan Xichen karena kepolisian sudah menemukan tersangka pembunuhan yang sebenarnya. Tapi ketika Jiang Cheng bertanya siapa yang membunuh tuan Zhou Wei Wuxian malah buru-buru menyudahi panggilan dan menyuruh Jiang Cheng segera kekantor.

Jiang Cheng tak mau terlalu ambil pusing, dia membuka pintu hendak menuju kamar mandi untuk sekedar menggosok gigi dan mencuci muka. Bau masakan tercium sangat lezat begitu Jiang Cheng memasuki ruang tengah. Bibirnya tersenyum, langkah yang awalnya hendak ke kamar mandi memutar arah menjadi kearah dapur "Masak apa..." Senyumnya perlahan menghilang mengetahui bukan Wen Qing yang memasak. Karena semenjak orang tuanya menghilang hanya Wen Qing yang datang untuk memasak makanan, itu pun sangat jarang terjadi bisa dihitung dengan jari.

"Maaf sudah lancang, aku hanya ingin membuat sarapan sebagai rasa terima kasih ku" Lan Xichen menundukkan kepalanya. Badannya yang kekar dengan tinggi 189 sangat kontras dengan apron ungu bergambar bebek yang biasa Wen Qing kenakan saat memasak. Sebenarnya Wen Qing membeli apron tersebut untuk Jiang Cheng, karena saat pertama kali Wen Qing berkunjung ke apartemen Jiang Cheng, Jiang Cheng lah yang memasak. Masakan yang dia buat sangat lezat melebihi masakannya tetapi saat dia selesai memasak baju dan dapurnya sangat berantakan alhasil Wen Qing membelikannya sebuah apron bewarna ungu bergambar bebek kuning. Meskipun masakannya sangat lezat, Jiang Cheng hanya sekali saja memasak, selama mereka berdua bersahabat Wen Qing hanya sekali merasakan masakan dari Jiang Cheng.

Jiang Cheng menggelengkan kepalanya "Sudah selesai? Kalau sudah tolong sajikan diatas meja" lalu melenggang pergi ke kamar mandi menyelesaikan urusannya.

Sepeninggalan Jiang Cheng Lan Xichen mengangguk, sambil tersenyum mematikan kompor lalu meletakkan satu persatu masakan yang dia buat di atas meja. Lan Xichen tidak tahu masakan yang Jiang Cheng suka, jadi dia sangat berharap masakannya ini cukup bisa memuaskan perut Jiang Cheng.

Jiang Cheng keluar dari kamar mandi dengan handuk putih tersampir di tengkuknya. Tidak langsung ke kamar dan mengganti pakaian seperti kebiasannya, kini dia duduk bersila menghadap makanan lezat dengan aroma sedap yang terbawa udara melayang memenuhi ruangan.

"Dari mana kau dapat sayur-sayur ini?" Karena tidak pernah memasak, lemari pendingin Jiang Cheng hanya terdapat air mineral, bir, dan beberapa telur serta sosis.

Lan Xichen menggaruk tengkuknya "Aku tadi keluar sebentar membuang sampah lalu ada seorang wanita tua kesusahan membawa belanjaannya, jadi aku membantunya membawa ke lantai 13. Wanita itu memberikanku sedikit uang, lalu aku pergi kepasar terdekat untuk membeli ini"

Jiang Cheng mengangguk "Terima kasih"

Lan Xichen tersenyum, kepalanya mengangguk lalu memberikan sepasang sumpit dan sendok untuk Jiang Cheng. Dalam tenang dia menikmati semua masakan, meskipun ada beberapa makanan yang keasinan dan hambar makanan ini masih bisa dinikmati oleh cacing-cacing yang bersemayam di perut Jiang Cheng.

"Bagaimana rasanya?" Lan Xichen memandangi Jiang Cheng yang sedang makan dengan kepala bertumpu pada kedua telapak tangan matanya yang jernih bersinar beriringan dengan senyum gugupnya.

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang