Empat puluh lima

441 58 6
                                    

Dibawah hangatnya sinar mentari pagi ditengah lapangnya tanah berumput Jiang Cheng duduk. Menggendong bayi laki-laki yang sudah dua minggu ini tumbuh sebagai penghibur hatinya. Bayi yang dia namai JinLing itu menggeliat memejamkan matanya kala hangat nya sinar mentari menyapa kulit putih bersihnya.

Pandangan Jiang Cheng sama sekali tak pernah lepas dari sosok didalam gendongannya itu. JinLing kecil selalu mencuri semua perhatiannya. Bahkan pada hamparan bunga daisy putih yang selalu menjadi tanaman kesukaannya.

Sepasang mata menatap jauh dibelakang, memperhatikan dengan mata tuanya yang mulai merabun dimakan usia "Kakek gak mau bicara sama bunda?" Tanya JingYi yang tiba-tiba datang mengejutkan pria tua itu.

Alisnya mengkerut "Sejak kapan kau memanggilnya bunda? Panggil dia Tuan Jiang" tangannya yang ia taruh dibelakang bergerak ingin mendisiplinkan murid yang sudah ia anggap sebagai cucu kecilnya.

"Ehehe, jadi kakek gak mau bicara sama Tuan Jiang?" Ulangnya sengaja menekan bagian akhir kalimat.

Jiang Fengmian menghela nafasnya. Banyak sekali beban dan unek-unek yang selama ini ia simpan sendirian. Ingin sekali ia memeluk tubuh ringkih anaknya, membagi segala keluh kesah bersama. Tapi dia pengecut, seluruh pikiran negatif menembak tepat hati dan otaknya bagai anak panah yang melesat mengenai titik merah.

"Tuan Jiang bukannya membenci kakek, Tuan Jiang hanya belum mendengarkan penjelasan kakek. Kakek adalah ayah dari Tuan Jiang, maka kakek pasti tahu bagaimana Tuan Jiang" ucapan pemuda yang usianya sangat jauh lebih muda darinya berhasil mematahkan seluruh anak panah.

Otak nya berputar membenarkan nasihat pemuda itu. Perlahan nafasnya berhembus, menguatkan hatinya sebentar dan melangkah maju mendekati putra satu-satunya.

"Boleh ayah duduk?" Pundak Jiang Cheng bergetar, menunjukkan dirinya terkejut. Berfikir sejenak kemudian mengangguk.

Suasana menjadi canggung bagi Jiang Fengmian. Namun tidak bagi Jiang Cheng "Ada yang ingin anda bicarakan?"

Anda? Sekali lagi Jiang Fengmian menghembuskan nafasnya berat. Dia melakukan kesalahan, menghilang disaat anaknya masih butuh figur orang tua yang lengkap adalah kesalahan yang tidak mungkin bisa dimaafkan begitu saja.

Kepala ilmuan jenius itu tertunduk, kemudian mendongak menatap wajah salinan mendiang istrinya "Ayah ingin meminta maaf, ayah tahu ayah salah tapi ijin kan ayah bercerita tentang alasan untuk kepergian ayah dan ibu ya?"

Diam.

Sekali lagi Jiang Fengmian menghembuskan nafas beratnya "Kalau a-yin gak mau-"

"Silahkan" potong Jiang Cheng.

Mata sang ilmuan berkedip cepat, masih mencerna maksut dari perkataan anaknya. Silahkan untuk bercerita atau silahkan untuk pergi? Tanyanya dalam hati.

"Bercerita"

"O-oke, ayah mulai ceritanya ya... Dulu ayah dan ibu berjanji pada a-yin untuk kembali pulang kan? Tapi ayah minta maaf karena ayah tidak bisa menepati janji kami. Saat ayah hendak menyerahkan Xichen pada perusahaan lain tiba-tiba saja pasukan Qingheng-jun menyerang, kami berlari kedalam hutan sambil berusaha menyelamatkan Xichen. Tak ada yang selamat dari insiden itu, termasuk ibu. Ayah hampir saja mati jika Xichen tidak memancing mereka kearah lain dan membiarkan ayah kabur sambil berusaha membawa mayat ibu. Namun tubuh ayah tidak mampu, nyatanya ayah pingsan dan ayah tertangkap pasukan Qingheng-jun. Butuh beberapa bulan ayah bisa melarikan diri darinya hingga ayah bertemu dengan teman ayah. Kami membangun perusahaan bersama dengan identitas samaran ayah. Pelan-pelan perusahaan yang bergerak dibidang medis ini berkembang dan ayah pun mulai bergerak mencarimu dan mengambil mayat ibu dari Qingheng-jun. Ayah bersyukur waktu Wen Qing-"

Kepalanya menoleh cepat begitu mendengar nama sahabat yang sangat ia rindukan "Wen Qing? Dokter Wen Qing?"

"Iya, Wen Qing adalah orang suruhan ayah. Rasanya ayah bisa menjaga mu kembali, tetapi saat ayah ingin membawamu pulang, Xichen datang. Kemunculan Xichen lah yang membuat ayah terpaksa menarik rencana membawamu pulang. Ayah tahu Qingheng-jun sangat berambisi pada ciptaannya itu dan rela melakukan segala hal untuk mendapatkannya. Ayah tidak ingin membuatmu terluka lagi, akhirnya ayah mengirimkan JingYi murid ayah untuk membantumu dalam segala hal yang ayah titipkan pada Wen Ning dan Wei Ying"

"Wen Ning?" Kepalanya mendadak pening, banyak sekali kejutan dalam hidupnya yang dia sama sekali tidak menyadari nya.

Bagaimana hidupnya yang kelam bisa berubah menjadi selucu ini?

Jiang Fengmian mengangguk "Maafkan ayah, ayah hanya ingin menjagamu-"

"Dan siapa Wei Ying? Apakah dia orang yang ku kenal juga?"

Sekali lagi si ilmuan mengangguk "Wei Wuxian, dia ayah tugaskan untuk memata-matai semua kegiatan Qingheng-jun, termasuk membuatmu menjadi bagian dari divisinya. Wei Ying sudah ayah anggap sebagai anak ayah sendiri karena sosoknya yang ceria mengingatkan ayah padamu"

Tetapi kepalanya menunduk sedih "namun rasa cintanya pada ciptaan gagal milik Qingheng-jun membuatnya menghianati ayah, dia bahkan berani mencelakai mu"

Sangat banyak kejutan dihidupnya bukan? Mulai dari Wen Qing yang selama ini menjadi tempatnya mengadu tentang orang tuanya malah menjadi orang yang memilih untuk diam dan memantau, hingga kenyataan bahwa Wei Wuxian ternyata menghianatinya.

Air mata perlahan turun, takdir begitu mempermainkan dirinya. Tidak ada yang benar-benar nyata dihidupnya, tidak ada yang benar-benar dapat dia percaya di dunia ini.

"Ayah tahu ayah salah, ayah minta maaf ya sayang... Izinkan ayah menebus segalanya. Ayah rela ngelakuin apa saja asal a-yin memaafkan ayah" pria tua itu juga ikut menangis. Lengannya ingin sekali mendekap putra semata wayangnya, namun dia merasa tidak pantas, dia hanya pantas mendapat semua kebencian itu dari anaknya hingga kata maaf terucap.

"A-yin mau kekamar" dia bangkit namun kakinya goyah. Hatinya sangat sakit, terlalu banyak kebohongan dihidupnya, terlalu banyak kepalsuan yang dia terima.

"Hiks" suara pilu yang hanya bisa menggema dihatinya akhirnya keluar dengan pilu. Jiang Cheng terisak sedih.

Jiang Fengmian tidak peduli, dia mendekap erat putranya, bersama dalam pelukan menangisi takdir kejam yang harus mereka jalani.

JinLing kecil tiba-tiba menangis, seakan merasakan sesaknya dada sang ibu. Jiang Fengmian melepas pelukannya, jemarinya yang tidak lembut menyapu air mata yang turun dengan deras dipipi anaknya.

"JinLing tahu rasa sakit ibunya, jangan menangis lagi ya sayang..." Sekuat mungkin Jiang Fengmian menenangkan hatinya agar bisa menenangkan pilu anaknya.

Jiang Cheng mengangguk. Pelan-pelan dia meredakan tangisnya serta melepas segala sesak didadanya. Dia memang bersedih tapi dia tidak boleh membuat putra kecilnya bersedih.

"Ayo masuk, sepertinya hujan akan turun" karena awan yang awalnya secerah senyum si bayi JinLing mendadak berubah menjadi gelap sendu.

Jiang Fengmian membawa putra dan cucunya masuk sambil Jiang Cheng menimang, berusaha menenangkan JinLing dipelukannya.

"Sst sayang, ayah tidak sedih, ayah baik baik saja jangan sedih lagi ya sayang"

Bayi itu kemudian diam, menatap Jiang Cheng lurus dengan binar indah dimatanya. Dan membuat hati yang terluka perlahan sembuh.

"Ayah..."

Jiang Fengmian tersentak, sebelum air matanya kembali jatuh Jiang Cheng berkata "Bantu a-yin buat percaya ayah lagi ya?"

"Iya sayang.. iya, kita sama sama berjuang ya sayang... Ayah bakal lakuin apapun buat a-yin"

Jiang Cheng mengangguk "Ayah, jangan menghilang lagi ya"

Jiang Cheng sadar, ini juga bukan kemauan ayahnya, mereka sama sama terluka disini. Mulai saat ini ia akan mulai memaafkan ayahnya, ya dia akan berjuang. Tidak, mereka akan berjuang.

.
.

Tekan vote dan berikan komen untuk next chapter 😅

Mohon dukungannya😊💙💜

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang