Dua puluh lima

462 72 9
                                    

Kemudian acara makan pun selesai, semuanya habis tak tersisa. Jiang Cheng tersenyum mengelus perutnya merasa puas dengan apa yang dia makan hari ini. Tapi dia sedikit familiar dengan rasa sup yang Lan Xichen buat, seperti dia pernah merasakannya di suatu tempat.

Jiang Cheng mengusap bibirnya dengan sehelai tisu sambil melihat Lan Xichen mondar-mandir membereskan piring kotor. Bukan Jiang Cheng tidak ingin membantunya membersihkan piring dan peralatan makan lainnya, tapi Lan Xichen lah yang menolak bantuan Jiang Cheng. Dia bilang jika Jiang Cheng membantunya, pasti luka dikakinya akan semakin memburuk, seperti apa yang dikatakan dokter waktu itu.

"Terima kasih atas makanannya" ucap Jiang Cheng tulus dengan seutas senyum saat Lan Xichen hendak mengambil piring kotor tepat didepannya. Lan Xichen menegakkan kepalanya, tangannya menggantung begitu saja ketika pandangannya terhanyut oleh senyum indah bak bunga musim semi yang merekah merah tepat dihadapannya. Jiang Cheng mengedipkan matanya, merasa aneh dengan pandangan Lan Xichen. "Ada apa?"

Lan Xichen seketika tersadar dari lamunannya, dia menggeleng untuk mengusir bayangan bibir merah Jiang Cheng dari pikirannya. "Mn-" dengan gugup dia mengalihkan pandangannya dari bibir yang menganggu ketenangannya itu, tapi seakan tak rela Lan Xichen malah mengalihkan pandangannya pada noda cream putih di sudut bunga merah musim semi nya.

Termangu kembali. Tanpa sadar tangannya sudah berada disana, bergerak secara horizontal dengan sangat hati-hati, seakan takut bila kelopak bunga yang dia sentuh akan tergores ketika dia sentuh dengan tangannya yang kasar. Membuktikan kelembutan bibir yang selama ini diam-diam dia pandang ketika si pemilik sedang asik memakan masakannya dengan semangat. Dan lebih anehnya lagi, entah mengapa Jiang Cheng seperti beku saat itu juga. Seperti ikut menikmati jemari kasar yang bergerak lancang mengusap sudut bibirnya. Meninggalkan mereka berdua yang hanyut akan suasana romansa di ruang sunyi dengan degup jantung masing-masing sebagai satu-satunya melodi pengiring.

Hingga Jiang Cheng yang pertama kali terbangun dari buaian rasa asing. Dengan cepat dia memundurkan kepalanya kemudian menatap linglung Lan Xichen. "Ma-maafkan aku" Lan Xichen segera mengambil piring Jiang Cheng kemudian pergi ke dapur dengan langkah yang linglung. Masih memproses kejadian tadi.

Bukan satu dua kali Lan Xichen merasakan hal ini, gelenyar aneh itu seolah terus mendatanginya menghantuinya ketika Jiang Cheng berada disampingnya. Hal itu membuat Lan Xichen semakin penasaran dengan pria yang selalu membuat degup jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, Jiang Cheng.

Semua piring sudah selesai dicuci dengan bersih, Lan Xichen tidak mengizinkan satupun noda tertinggal. Sedangkan Jiang Cheng sedang berbaring dikasurnya sambil terus mengamati layar ponselnya yang tengah menampilkan informasi terkait Gusu Lab. Mengenai Gusu, dia jadi ingat sesuatu. Pertemuannya dengan Lan Xichen yang terluka saat itu. Sampai saat ini dia masih tak mengerti mengapa Lan Xichen bisa terluka sampai separah itu, dan juga perubahan sikapnya. 

Rasa kantuk menyergap Jiang Cheng membuatnya tertidur hingga malam hari. Jiang Cheng membuka matanya, melihat cahaya matahari hangat sudah berubah menjadi sinar keperakan dari dinginnya bulan. Dia berjalan menuju dapur untuk melegakan tenggorokaannya. Belum mencapai dapur tiba-tiba Jiang Cheng sekilas mencium samar-samar bau busuk. Jiang Cheng mengendus untuk mengikuti asal bau yang berani masuk kedalam hidungnya tanpa permisi. Setelah diikuti, bau itu ternyata berakhir di tubuh besar yang terbaring di sofa.

Sekilas diamati, membuat Jiang Cheng sadar orang ini sudah tidak berganti pakaian dari awal dia datang ke apartemennya, mungkin sejak itu juga dia tidak mandi. Pukul tujuh malam, masih belum menjadi malam yang terlalu larut untuk membeli sepotong dua potong pakaian. Saat ingin membangunkan Lan Xichen dari tidurnya, ternyata dia sudah lebih dulu tersentak bangun dengan nafas yang berderu dan menatap Jiang Cheng khawatir "Apa ada masalah? Kamu baik baik saja?"

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang