Dilayar sebuah monitor tertera pukul tujuh malam, disana sebuah mobil tengah diincar seseorang dengan postur tinggi seorang pria mengenakan pakaian tertutup serba hitam yang perkiraan usianya tiga puluh tahunan. Jiang Cheng meminta kepada pengawas monitor untuk memperbesar serta memperjelas orang tersebut.
Setelah mengantongi sejumlah informasi yang dia dapatkan dari kepolisian, Jiang Cheng segera menyusul Lan Xichen yang tengah duduk berdua bersama gadis kecil sebelumnya. Mereka berdua tampak akur seperti seorang guru dan murid lugunya yang selalu mengangguk menganggap semua perkataan gurunya adalah hal benar. Jiang Cheng berlari kecil kearah bangku taman yang mereka duduki, ditepuknya bahu Lan Xichen yang membuatnya tersadar dari acara mengangguk nya.
Lan Xichen menoleh, senyum lebar mengepak bebas diwajahnya, tidak bisa menahan kegembiraan nya setelah melihat Jiang Cheng. Jiang Cheng duduk disebelah si gadis kecil, mengesampingkan keberadaan Lan Xichen. Dia bertanya "Ayah dan ibu mu dimana?"
"Ayah sudah mati kalau ibu sedang membersihkan taman disisi sana, kata ibu sebentar lagi dia akan menjemput ku, setelah pekerjaannya selesai.. eh, itu ibu, ibu!" Gadis kecil itu berlari dengan riang seringan kapas menuju ibunya yang berkeringat sambil membawa sapu jalan.
Meskipun hari terik dan penuh dengan keringat, si ibu masih tetap bisa tersenyum lebar menerima terjangan tubuh putri kecilnya. Terbesit rasa iri di hati Jiang Cheng kala melihat adegan tersebut. Dulu, karena sang ibu menginginkan anak perempuan tapi nasib melahirkan Jiang Cheng sebagai laki-laki, membuat ibu Jiang Cheng hampir setiap hari memperlakukannya seperti dia memperlakukan seorang anak perempuan.
Penutup kasur bewarna merah muda, lemari berwarna ungu, cat tembok kamarnya berwarna ungu dan pakaian yang didominasi antara warna merah muda ungu dan biru. Dia juga diberlakukan selayaknya princess dalam istana megah. Lambat laun ayahnya merasa bahwa ini kurang tepat, dia mulai memberikan pengertian secara sembunyi-sembunyi kepada Jiang Cheng mengenai apa yang boleh dia lakukan dan apa yang kurang tepat dia lakukan. Dibentuk dari kasih sayang kedua orang tua membuat Jiang Cheng tumbuh menjadi anak yang periang dan tahu sopan santun.
Diusianya yang beranjak lima tahun dia mulai menolak halus saat ibunya memasangkan pita pada rambutnya, dia juga meminta ibunya untuk pergi ke salon untuk memotong rambutnya yang sudah panjang. Semua Jiang Cheng dapat tidak dengan menggunakan air matanya dan teriakan, dia hanya perlu bertingkah lucu dan berkata dengan lembut serta memberikan alasan yang cukup masuk akal untuk anak usia 5 tahun.
"Paman!" Teriakan nyaring gadis kecil itu membuyarkan memori masa kecilnya.
Jiang Cheng diikuti Lan Xichen menghampiri anak dan ibu itu. "Terima kasih sudah menjaga dan membelikan anakku ice cream kesukaannya, bila kalian membutuhkan sesuatu jangan sungkan meminta padaku" ibu itu menunduk berterimakasih, tangannya kebelakang membuat anaknya ikut menunduk sambil mengucapkan terima kasih.
Tidak berkomentar, Jiang Cheng hanya tersenyum dan balas menunduk.
Kini Jiang Cheng dan Lan Xichen di kursi penumpang tengah melaju menuju tempat tinggal si pencuri mobil. Sesampainya di sebuah perkampungan kumuh mereka berdua turun dan menanyakan rumah dari si pencuri kepada salah satu penjual makanan cepat saji yang ada tepat dipinggir jalan bertangga.
Sebuah foto Jiang Cheng tunjukkan kepada bibi tersebut "apa kau mengenal atau pernah melihat orang ini?"
Bibi itu menyipitkan matanya lalu berkata dengan nada tinggi "tentu saja! Dia berhutang sangat banyak pada kios ku! Rumahnya diatas sana, rumah paling pojok dan paling kotor" bibi itu mengarahkan Jiang Cheng dan Lan Xichen untuk menaiki jalan bertangga.
Setelah paham, Jiang Cheng mengangguk dan berterima kasih kepada bibi penjual tersebut.
Puluhan anak tangga yang tidak terlalu curam Jiang Cheng dan Lan Xichen tempuh hingga langkahnya berhenti di salah satu rumah, sesuai dengan apa yang bibi dibawah katakan.
Knop pintu perlahan diputar memastikan pintu tersebut tidak terkunci. Begitu pintu terbuka Jiang Cheng dibarisan pertama berjalan mengendap sambil menyiapkan senapannya. Dibelakang tanpa suara, Lan Xichen berjalan mengiringi langkah Jiang Cheng dengan mata yang terus mengawasi keadaan sekitar serta kewaspadaan yang dia pasang tinggi-tinggi agar saat si pencuri datang Jiang Cheng yang berada di depan tidak terluka.
Disaat suasana sunyi tanpa suara tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka dari arah depan, Jiang Cheng dengan segera berlari untuk menangkap orang tersebut. Betul saja, orang itu memiliki postur dan wajah yang sama dengan informasi yang Jiang Cheng dapatkan, ditambah lagi ekspresinya yang terkejut ketika ada senapan terpasang tepat didepannya.
"Tuan Chang kau ditangkap atas pencurian mobil di taman kota.." Jiang Cheng perlahan mendekati tuan Cheng yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Begitu borgol pertama sudah dipasang Tuan Chang dnegan gerakan tiba-tiba membanting tubuh Jiang Cheng dan lari kabur.
Bantingan tadi menyebabkan kaki kanan Jiang Cheng menyenggol meja sehingga meja tersebut bergerak jatuh menimpa kaki kanan Jiang Cheng.
Lan Xichen membelalakkan matanya, dengan sigap membantu Jiang Cheng mengangkat meja besar yang menimpa kaki Jiang Cheng. "Apakah sakit?" Dengan penuh perhatian Lan Xichen menyentuh kaki Jiang Cheng yang berdarah.
Jiang Cheng berdecak, menepis tangan Lan Xichen kemudian dengan tertatih dia berusaha bangkit. Baru beberapa centi pantatnya dari ubin Jiang Cheng kembali jatuh terduduk sambil meringis kesakitan. Kakinya sama sekali tidak bisa diajak berdiskusi saat ini.
"Ck" alis Lan Xichen menukik tajam seperti sayap elang, dengan kaki jenjangnya dia berlari meninggalkan Jiang Cheng untuk mengejar tuan Chang.
Tidak perlu waktu lama dengan langkah seringan bulu miliknya, Lan Xichen sudah berada tepat di depan tuan Chang yang membuat langkahnya berhenti tiba-tiba karena terkejut.
"Mata dibalas mata" desisan kejam tak kenal ampun tersebut mengiringi suara patahan kedua tulang-belulang yang ada di kaki tuan Chang.
Setelah polisi dan mobil ambulans datang untuk menangkap tuan Chang, Jiang Cheng yang kakinya sudah mendapatkan pertolongan pertama kembali ke mobilnya. Sementara Lan Xichen terus berjalan dibelakangnya tepat satu langkah dari langkah orang didepannya. Dalam diam dia sangat merasa sedih melihat pria didepannya berjalan dengan kaki terbalut perban dan harus dibantu dengan kruk di kedua tangannya.
Ingin hati menggendongnya sampai ke mobil agar dia tak usah berjalan sesusah itu, tapi Lan Xichen tidak mau Jiang Cheng lebih marah padanya.
"Ck, sial" Jiang Cheng menatap kakinya.
"Ada apa?" Tanya Lan Xichen
"Kunci mobil terjatuh entah dimana"
"Akan ku carikan, kamu tunggu di sini saja" Lan Xichen mendudukkan Jiang Cheng di bangku taman yang ada didekat mereka.
Mau tak mau Jiang Cheng kali ini menurut dengan perkataan Lan Xichen.
Beberapa jam menunggu Lan Xichen membuat Jiang Cheng mulai merasa bosan. Dia memutuskan untuk pergi membantu Lan Xichen mencari kunci mobilnya. Namun tubuhnya oleng dan hendak terjatuh begitu dia bangkit dari duduknya, untung saja sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya.
"Hati-hati" mata mereka bertatapan, tatapan mata dari Lan Xichen yang teduh seakan menyihir Jiang Cheng untuk mengangguk dengan patuh dia berdiri tegak, masih dengan tangan Lan Xichen yang tersampir apik dipinggangnya.
"Ku-kunci?"
Lan Xichen menggeleng, "Aku sudah mencari kemana mana tapi aku tidak bisa menemukannya, maaf"
Jiang Cheng menghela nafas berat "Tak apa, mau bagaimana lagi"
"Lalu dengan apa kita pulang?"
"Bus"
-
-Tolong dukung terus karya ku inii.
Silahkan berikan pendapat atau saran melalui kolom komentar, aku akan sangat berterima kasih apabila ada yang memberikanku saran agar cerita ini atau karyaku selanjutnya bisa jadi lebih baik lagi 😊💙💜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side (Xicheng) ✅
Science FictionApa jadinya bila sekumpulan orang pintar berada di jalan keburukan? "Aku bukan monster" Xichen berusaha meyakinkan pria yang sedang menodongnya dengan pistol. "Buktikan!" Bentak pria itu. Xichen dengan berani tanpa sedikitpun rasa takut mendekat mem...