Dua puluh empat

500 83 8
                                    

Esok harinya, Lan Xichen sudah bangun lebih dulu. Segera dia membasuh wajah di kamar mandi, lalu memastikan Jiang Cheng tertidur dikamarnya dengan lelap. Setelah memastikan Jiang Cheng aman, dia kembali keruang tengah. Bekas mereka semalam terlihat sedikit berantakan. Lan Xichen berinisiatif untuk membersihkan kekacauan tersebut.

Tanpa mengambil peralatan Lan Xichen diam, mengatur konsentrasi nya dan barang-barang yang dikehendakinya berjalan seperti memiliki kaki menuju tempatnya masing-masing. Sampah-sampah masuk kedalam tempat sampah, mangkuk dan peralatan makan lainnya masuk kedalam bak cuci piring, bantal selimut dan lainnya juga ikut melayang bergerak merapihkan dirinya masing-masing.

Tak hanya sampai situ, di bak cuci kran air menyala mengalirkan air yang jatuh membasahi peralatan makan yang kotor. Spons kuning berbusa bergerak kesana kemari membantu air membersihkan kotoran di peralatan makan.

Lan Xichen tahu kemampuan ini sejak dia berada dikurungan kala itu. Dia bisa menggunakan otaknya untuk menggerakkan benda-benda yang ada. Dulu dia tidak terlalu ahli, kerap kali menjatuhkan beberapa benda dan gagal dalam latihannya yang dia lakukan secara diam-diam dibelakang Jiang Cheng. Namun sekarang dia bisa mengendalikannya dengan sangat baik. Bahkan dia hanya menimbulkan suara yang sangat minim sehingga tidak membangunkan tidur Jiang Cheng.

Saat semuanya sudah bersih, pandangannya tak sengaja jatuh pada kalender. Disana tertera tanggal yang ditandai spidol merah tanpa ada keterangan apapun. Meski penasaran Lan Xichen berlalu begitu saja. Keluar dari apartemen untuk mencari bahan makanan.

Dia melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan kemarin. Memanfaatkan kemampuannya dalam mencari uang. Dia memang membantu orang tua itu mengantar belanjaannya. Namun setelah sampai ditempat tinggal orang tua tersebut Lan Xichen menghapus ingatannya, menyetelnya kembali ke saat dia hendak membeli bahan makanan. Dan kali ini dia akan melakukannya kembali.

Hari ini sasarannya bukan lagi orang tua, dia menargetkan seorang wanita yang pernah dia lihat di rumah Jiang Cheng. Yang membuat dia merasakan perasaan aneh ketika melihatnya berada disekitar Jiang Cheng. Meski Lan Xichen tidak tahu perasaan apa itu, Lan Xichen menolak untuk merasakannya lagi.

Insting hewannya yang tajam berkata bahwa bingkisan besar yang wanita itu bawa berisikan makanan lezat, sebuah kue manis lengkap dengan lilin dan tulisan 'selamat ulang tahun a-cheng' yang ditulis dengan krim kue bewarna putih.

"Oh jadi hari ini ulang tahun mu?" Gumam Lan Xichen kecil.

Dari arah balkon, matanya bergetar tidak suka, dia segera turun dan mendekati wanita bernama Wen Qing itu. Ketika berada dijarak yang tidak terlalu dekat, Wen Qing yang melihat keberadaan Lan Xichen tersenyum hendak menyapa.

Namun bukannya balik menyapa, Lan Xichen malah memusatkan pikirannya, mereset pikiran Wen Qing. Setelah berhasil Lan Xichen mengangkat sudut bibirnya tersenyum sinis melihat Wen Qing memberikan bingkisannya kepada Lan Xichen, tak hanya kue dia juga memberikan sebuah tepak makan susun berisikan banyak makanan yang sudah Wen Qing buat sejak pagi buta.

Dirasa sudah mendapatkan semuanya Lan Xichen berbalik kembali keapartemen Jiang Cheng. Meninggalkan Wen Qing yang ikut berbalik dengan tatapan kosong dan otak yang telah dihapus ingatannya. Lan Xichen menghapus semua ingatannya mengenai rencana yang Wen Qing sudah susun untuk ulang tahun Jiang Cheng. Tak hanya itu Wen Qing juga di atur untuk tidak ingat bahwa hari ini adalah ulang tahun Jiang Cheng.

Sesampainya didalam apartemen, Lan Xichen dengan cepat membuat semua masakan Wen Qing menjadi masakannya. Tak hanya masakan dia juga menyetel kue tadi seperti apa yang ada diingatan Wen Qing.

Tak lupa dengan liciknya, Lan Xichen mengubah semua tepak makan dan lain sebagainya menjadi debu dengan kekuatan listriknya.

"Mmm" Lan Xichen bergegas keluar dari dapur, membawa peralatan makan ketika mendengar gumaman Jiang Cheng di ruang tengah.

"Kau sudah bangun?" Dalam sekejap Lan Xichen menjadi kelinci putih yang bodoh.

Jiang Cheng mengucek matanya sambil mengangguk. Berdiri beberapa saat lalu dia berhasil membuka matanya dengan benar dan membelalak kaget saat melihat Lan Xichen berdiri dihadapannya sambil membawa kue dengan krim abu abu polos dan tiga buah blueberry ungu gelap serta daun mint hijau diatasnya, menambah kecantikan sepasang lilin berangka 31 tahun yang apinya menyala terang.

"Kau-"

Belum sempat meneruskan perkataannya Lan Xichen sudah lebih dulu memajukan langkahnya "Selamat ulang tahun a-cheng" senyumnya mengembang dengan tulus mengucapkan beberapa kata manis.

"Darimana kau tahu ulang tahun ku?" Tanya Jiang Cheng curiga, pasalnya hanya beberapa orang yang tahu tentang ulang tahunnya. Dan hanya Wen Qing yang biasanya merayakan ulang tahun bersamanya.

Lan Xichen sempat terdiam senyumnya perlahan mengendur, namun kembali tersenyum lebar ketika mendapat alasan kuat "Aku tidak sengaja melihat kalender mu"

Jiang Cheng melirik sebentar kalendernya yang terdapat lingkaran tepat ditanggal hari ini. Jiang Cheng mengendikkan bahunya lalu dia tersenyum kecil "Terima kasih" sedikit tersentuh namun sedikit sedih saat tahu Wen Qing tidak disini merayakan ulang tahunnya.

Lupakan, hari ulang tahun bukanlah hari yang terlalu penting - Jiang Cheng.

"Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya" Lan Xichen berujar lembutnya, bulu matanya bergerak pelan menanti Jiang Cheng meniup lilin usiannya.

Jiang Cheng memang berlidah tajam tapi dia orang yang tahu harus menghargai usaha orang lain. Jadi dia tersenyum tulus dengan mata yang menyiratkan ucapan terima kasih nya sekali lagi. Pandangan Jiang Cheng tiba-tiba tidak bisa teralihkan dari mata jernih Lan Xichen. Dia terpaku disana, hendak menangis ketika melihat pantulan dirinya yang selama ini menyedihkan. Tidak ada yang makan bersamanya, tidak ada yang merayakan ulang tahun bersamanya, bahkan tidak ada yang betah berlama lama berbicara sambil tersenyum dan menatap lurus matanya seperti apa yang Wen Qing dan Lan Xichen lakukan padanya. Perlahan Jiang Cheng memejamkan matanya dalam hati dia berdoa, dia berharap agar orang-orang seperti mereka berdua akan terus berada disampingnya, menjaganya, bersama dirinya untuk selamanya.

Begitu lilin sudah ditiup, tangan Lan Xichen bergerak hendak merangkul pinggang Jiang Cheng menuntunnya ke meja yang sudah tersedia banyak makanan diatasnya. Jiang Cheng sempat ingin menggeser tubuhnya menolak tangan Lan Xichen di pinggangnya namun dia tidak ingin merusak suasana jadi dia membiarkan pinggangnya direngkuh lengan Lan Xichen menuntun langkahnya yang pincang ke meja.

"Semua ini.. kau yang membuatnya?"

Lan Xichen mengangguk polos, "Umm!"

"Tadi pagi aku membantu para pedagang yang ada dipasar mengangkut barang jualan mereka dari kontainer dan alhasil mereka memberiku cukup banyak uang untuk membuat semua ini"

Jiang Cheng terdiam, termangu beberapa saat. Biasa diperlakukan seperti anjing liar membuat Jiang Cheng merasa aneh saat orang lain ada yang berani mengorbankan dirinya, rela berkerja banting tulang sebegitu beratnya hanya demi merayakan ulang tahun dan menyiapkannya sarapan, terlebih lagi Lan Xichen adalah orang asing baginya. Jiang Cheng mengalihkan wajahnya "Lain kali tidak usah bekerja seperti itu, kau bisa meminta uang padaku"

"Apakah kamu tidak menyukai masakannya?" Lan Xichen berucap panik, matanya bergetar khawatir saat Jiang Cheng berucap seperti keberatan dengan caranya mencari uang.

"Ti-tidak, aku hanya tidak ingin kau bekerja terlalu keras" sebenarnya Jiang Cheng ingin berkata dia tidak ingin membalas budi pada Lan Xichen suatu hari nanti, tetapi Jiang Cheng yang sudah paham hati selembut kapas Lan Xichen pasti akan tersakiti dengan kata-kata itu. Jadi dia memilih kalimat tersebut yang sudah pasti tidak akan membuat Lan Xichen sakit hati atau bersedih.

Lan Xichen tanpa sadar menghela nafasnya lega lalu tersenyum lembut, tangannya seperti sudah terbiasa lantas menaruh beberapa lauk dengan sumpitnya keatas gundukan nasi di mangkuk Jiang Cheng "Baiklah aku akan melakukannya, sekarang kamu makan ya..."

Ditengah makannya Jiang Cheng berkata "Lagi pula aku punya banyak uang, sayang jika tidak digunakan"

-
-

Tolong dukung terus karya ku inii.

Silahkan berikan pendapat atau saran melalui kolom komentar, aku akan sangat berterima kasih apabila ada yang memberikanku saran agar cerita ini atau karyaku selanjutnya bisa jadi lebih baik lagi 😊💙💜

The Dark Side (Xicheng) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang