29. Membagongkan🍃

545 126 34
                                    

Sudah hampir sebulan Siyeon terus-menerus menyatakan perasaannya pada Jeno tanpa absen seharipun, bahkan di hari Minggu pun Siyeon masih merecoki lelaki itu lewat telepon. Berbagai tips & trick di Google pun sudah Siyeon coba tapi entah kenapa ia selalu gagal menaklukkan hati pemuda itu.

"Jen? Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Siyeon entah untuk keberapa kalinya.

"Nggak."

Siyeon menghela napas kemudian menumpukan kepalanya di atas meja. "Susah amat sih mau jadi pacar Jeno huhu."

Jeno terkekeh, "Udahlah, lo emang cocoknya sama si Guanlin."

Siyeon tiba-tiba memukul meja kemudian berdiri dari tempat dudukmya, "Yaudah, kalo gitu gue mau nembak Guanlin aja!"

"Yaudah, sana," usir Jeno.

Siyeon mendecak kemudian pergi keluar kelas, sepertinya ia benar-benar frustrasi sampai ingin menyerah saja. Dari lantai 2, ia bisa melihat sosok Guanlin yang sedang bermain basket di lapangan. Kalau dilihat-lihat, Guanlin pun tak kalah jauh tampan dari Lee Jeno.

"Apa gue mau aja ya terima Guanlin jadi tunangan gue?" gumam Siyeon.

Sedang asyik memperhatikan calon tunangannya, Siyeon terkesiap ketika netranya tak sengaja bertemu dengan sosok Guanlin yang tengah berada di lapangan. Lelaki itu tersenyum lantas melambaikan tangannya pada Siyeon. Dengan natural, bibir Siyeon pun ikut tersenyum dam membalas lambaikan tangan Guanlin.

Siyeon mengisyaratkan Guanlin untuk menunggunya di sana, kemudian gadis itupun berjalan tergesa menuruni anak tangga sampai akhirnya tiba di pinggir lapangan.

"Kenapa?" tanya Guanlin.

Siyeon menunduk malu, "Hm.. gapapa."

Guanlin terkekeh pelan kemudian mengacak surai gadis itu, "Lucu banget sih lo tiba-tiba nyamperin setelah nolak gue selama beberapa ratus purnama."

Ah, sepertinya Siyeon mulai luluh dengan sikap manis Guanlin, lagipula ia sudah bosan mengejar Jeno yang hatinya sekeras batu.

"Lo udah makan?" tanya Guanlin.

"Hng.. belum."

"Kantin yuk?"

"Oh iya, gue bawa roti bakar, gue ambil dulu ya di kelas nanti kita makan sama-sama."

Guanlin mengangguk, "Oke, kalo gitu gue tunggu di kantin ya."

Siyeon tersenyum kemudian berlari menuju kelas untuk mengambil bekalnya.



"Cie yang udah pdkt."

Siyeon menghentikan kegiatannya sejenak kemudian menatap Jeno yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Mau roti bakar?" tanya Siyeon.

"Nggak."

"Oke," balas Siyoen singkat kemudian pergi.

Jeno tersenyum kecil kemudian meletakkan ponselnya dan menatap punggung Siyeon sampai menghilang di balik pintu kelas.




🍃🍃🍃




"Hoam.."

Mata cantik itu perlahan terbuka, sang empu segera menegakkan badan dan memperhatikan sekeliling untuk mengumpulkan nyawa. Sekali lagi ia menguap kemudian mengucek matanya. Lee Jeno melirik ke samping dan tidak mendapati siapapun disana, kursi di sebelahnya akhir-akhir ini selalu kosong karena Siyeon yang lebih sering bermain di luar kelas daripada duduk menemaninya sepanjang hari di dalam kelas.

Jeno menghela napas berat, ternyata kehadiran gadis itu cukup berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa disadari hari-harinya pun kembali kelam seperti sedia kala. Karena bosan, pemuda itupun memilih untuk pergi keluar kelas untuk berjalan-jalan sebentar.

Jeno tertegun ketika Trio Juleha dengan santai melewatinya tanpa adanya drama malak-memalak. "Mungkin mereka udah tobat," ujar Jeno.

Pemuda itu terus berjalan di sepanjang koridor sampai kakinya tiba-tiba berhenti ketika melihat dua orang yang sedang duduk di pinggir lapangan basket. Itu adalah Guanlin dan Siyeon, entah mengapa dirinya tertarik untuk mengamati mereka dari jauh.

"Eee bangsat!" Lee Jeno bergumam kemudian cepat-cepat mengambil kaleng minuman kosong dari tong sampah dan melemparnya.



Tak!



Tepat sasaran, yaitu kepala Guanlin yang hendak menyosor Siyeon.

"Anjing! Siapa nih yang ngelempar?!" teriak Guanlin.

Jeno spontan berjongkok dan bersembunyi di bbalik smak-semak.

"Udah, biarin aja. Mungkin setan yang ngelempar," ujar Siyeon.

Guanlin mendecak kemudian geleng-geleng kepala.

Lee Jeno tampak tersulut emosi, "Berani lo ngatain gue setan?!"

Kali ini Jeno mengambil botol minum kosong kemudian melemparnya ke arah Siyeon

"Aduh!" Siyeon memekik.

"Mampus lo!" gumam Jneo.



"Woy!" Lelaki itu tersentak ketika ada orang yang memergokinya.

"Ck, Lami. Ngagetin aja."

Lami terkekeh pelan, "Kak Jeno ngapain disini?"

"Nggak ngapa-ngapain kok cuma nyari angin aja. Sana balik ke kelas."

Lami pun mengangguk lantas kembali ke kelasnya. Jeno menghela napas kemudian melirik ke arah Guanlin dan Siyeon, keduanya sudah menghilang entah kemana. Dengan lesu, pemuda itupun kembali ke kelasnya.

🍃🍃🍃









Tbc...

Selamat hari minggu, jangan lupa jaga kesehatan ya guys❤

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang