Jeno terdiam di depan sebuah rumah megah berlantai dua itu. Kemudian, ia menatap koran yang ada di tangannya. Apa ia harus berteriak, atau..
"Lo udah liatin rumah gue selama hampir setengah jam."
Jeno tersentak ketika Siyeon tiba-tiba membuka pintu gerbang.
Gadis itu menghela napas, "Sebenarnya gue bingung harus mulai darimana."
Jeno menyerahkan koran yang ada di tangannya tanpa mengucapkan sepatah kata.
Dan sebaliknya, Siyeon pun mengambil koran itu dan memberikan Jeno beberapa lembar uang kertas.
"Thanks," balas Jeno singkat kemudian mengayuh sepedanya untuk pergi.
"J-Jeno!! Tunggu!!" seru Siyeon.
Lelaki itu spontan berhenti dan menoleh ke belakang.
"Koran lo masih banyak?" tanya Siyeon yang berjalan menghampiri Jeno.
"Udah habis."
"Mau mampir ke rumah gue sebentar?"
"Buat apa?" tanya Jeno.
"Ada yang mau gue omongin."
"Ngomongnya disini aja."
Siyeon menghela napas berat, "Kenapa hari ini lo bolos sekolah?"
"Bukan urusan lo," sarkas Jeno.
"Dih, galak banget," ucap Siyeon.
"Udah? Lo cuma nanya gitu doang?"
Siyeon menggeleng cepat kemudian menahan lengan Jeno yang hendak pergi.
"Apalagi sih?!" sentak Jeno.
Kepala Siyeon tertunduk perlahan, "Hng.. sebenarnya.. sebenarnya.."
"Sebenarnya apa? Ngomong yang bener," ucap Jeno tak sabaran.
Siyeon membuang napas kasar kemudian menatap Jeno lamat-lamat. "Sebenarnya gue suka sama lo."
Hening beberapa saat, kedua insan itu hanya saling pandang sampai tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari langit.
"Masuk gih, bentar lagi hujan," ucap Jeno.
"Jen, lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Siyeon to the point.
Jeno mengalihkan pandangannya, "Udah mulai gerimis, gue pulang dulu."
Siyeon menghalangi sepeda Jeno yang hendak pergi. "Jawab dulu pertanyaan gue."
"Minggir," ketus Jeno.
"Gue nggak akan minggir sebelum lo jawab pertanyaan gue."
"Ck, Siyeon-"
"APA SUSAHNYA SIH JAWAB IYA ATAU ENGGAK?!"
"Gue bilang minggir, bangsat!"
Siyeon mengangguk lesu kemudian menyingkir dari hadapan Jeno. Gadis itu menatap kepergian Jeno dengan sedih bersamaan dengan hujan yang jatuh ke bumi.
...
"Masih marah sama kakak?" Jeno menggoda Lami yang sedang meminum air di dapur.
"Masih."
Jeno terkekeh pelan, "Mau sampe kapan emang marahnya?"
"Nggak tau."
Jeno tersenyum, "Apa besok nggak ada pr fisika?"
"Ada, tapi aku udah kerjain sendiri."
"Oh, yaudah."
"A-aduh.. Kak.."
Jeno segera bangkit dari tempat duduk dan menghampiri adiknya, "Obat kamu dimana?"
"K-kamar."
"Tahan sebentar ya, Kakak ambil dulu."
Lami mengangguk pelan, "Cepetan, Kak."
Jeno berlari menuju kamar adiknya untuk mengambil beberapa obat, sementara Lami dengan setia menunggu di dapur sembari meremas dadanya kuat-kuat.
"Nih, minum dulu," ucap Jeno.
Dengan segera, Lami pun meminum obat dan mencoba mengatur napas.
"Udah mendingan?" tanya Jeno.
Lami mengangguk pelan.
"Yaudah, mending sekarang kamu istirahat."
Lami pun bangkit dari tempat duduknya, akan tetapi kakinya masih terlalu lemas sehingga ia kehilangan keseimbangan. Beruntung Jeno segera meraih lengan gadis itu sehingga dirinya tak jatuh ke lantai.
Lami yang saat ini sedang berada dalam dekapan Jeno perlahan mengangkat dagu, ia menatap teduh wajah sang kakak yang menurutnya begitu tampan. Andai saja mereka tidak ada hubungan kakak adik, maka Lami pasti akan tergila-gila pada Jeno.
"Ehm."
Kakak beradik itu terkesiap dan spontan menjauh satu sama lain ketika mendengar deheman sang bunda.
"Ngapain kalian?" tanya Bunda.
"Nggak ngapa-ngapain kok, Bun. Lami ke kamar dulu ya," ucap Lami kemudian pergi.
Jeno menunduk dan lebih memilih untuk mencuci beberapa piring kotor yang masih tersisa.
"Licik juga ya kamu," ucap Bunda yang kini tengah memperhatikan Jeno yang sedang mencuci piring. "Kamu mau deketin Lami biar bisa ngambil alih rumah ini kan?"
Jeno tak menggubris perkataan sang bunda yg menurutnya tidak penting sama sekali.
"Kalo kamu mau ambil alih rumah ini, langkahin dulu mayat Bunda haha."
"Oke," balas Jeno sekenanya.
"Oh, jadi kamu beneran mau ngambil alih rumah ini? Ck, jangan mimpi deh," ucap Bunda seraya menoyor kepala putranya.
Jeno hanya bisa menghela napas berat setelah kepergian bundanya. "Nyumpahin orang tua mati dosa nggak sih? Gini amat punya emak."
🍃🍃🍃
Tbc...
Terima kasih sudah membaca❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...