43. My Future🍃

422 108 27
                                    

"Jeno!! Liat deh!! Sumpah nggak tau diri banget ni pelakor!!" seru Siyeon.

Jeno menguap sembari manggut-manggut. Sudah hampir dua jam ia terjebak bersama Siyeon di tepi sungai Han. Selesai Jeno mengantar koran, kedua remaja itu menghabiskan waktunya untuk duduk di bawah pohon sambil menonton drama.

Sebenarnya hanya Siyeon yang menonton, sementara Jeno terlihat sudah bosan sekali. Lelaki itu bahkan sempat tertidur selama beberapa menit. 

"Pulang yuk?" ajak Jeno.

"Sebentar Jeno, ini nanggung banget sumpah!" seru Siyeon tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

Jeno pun menghela napas pelan kemudian mengeluarkan ponselnya dan scroll timeline instagram. Tangannya tiba-tiba terhenti ketika foto cewek seksi tak sengaja lewat disana.

"Liatin teros!"

Jeno spontan terkejut dan langsung mematikan ponselnya ketika dirinya tertangkap basah oleh Siyeon.

"Fokus aja nonton drama, nggak usah liat sana-sini," ucap Jeno sesantai mungkin.

Siyeon lantas mematikan ponselnya dan menatap intens lelakinya, "Lo kalo di rumah pasti sering liat-liat foto cewek seksi ya??"

"Gaada, Yeon. Ya ampun."

"Jangan bohong deh, itu buktinya tadi foto cewek seksi lewat di explore ig lo."

"Kebetulan aja kali, Yeon."

Siyeon mendecih, "Atau jangan-jangan lo sering nonton video porno ya?!!"

Jeno menepuk jidat, bisa-bisanya Siyeon menuduhnya seperti ini.

"Ngaku lo!!"

"Nggak ada Siyeon," ucap Jeno dengan sabar.

"Mana? Gue mau periksa hp lo!" 

"Nih, periksa dah semua periksa," kesal Jeno kemudian memberikan ponselnya pada Siyeon.

Gadis itu menatap tajam Jeno kemudian memeriksa ponsel kekasihnya.



"Gimana? Ada nggak?" tanya Jeno.

"Nggak ada sih. Tapi bisa aja kan lo nonton lewat laptop biar lebih gede?"

"Ya ampun Siyeon, gue nggak punya laptop."

"Jangan bohong lo, keluarga lo kan kaya masa iya nggak punya laptop?"

"Siapa yang lo bilang keluarga?" tanya Jeno.

"Ya Lami, bunda lo, ayah lo."

"Mereka nggak lebih dari sekedar orang asing buat gue, Yeon." Jeno menghela napas. "Lami pun semakin hari semakin nggak jelas."

"Maksud lo nggak jelas?"

Jeno mengangkat bahu, "Semenjak dia tau kalo kita bukan saudara kandung, tingkahnya aneh banget. Kita udah nggak kayak kakak adik lagi dan gue nggak tau kayaknya dia kena brother complex." 

"Hah?! Maksudnya dia suka sama lo?!"

"Ini baru spekulasi gue aja, Yeon."

"Jeno, nanti kalo dia ngambil lo dari gue gimana?" tanya Siyeon sendu.

"Ya gimana? Kita harus udahan."

"Jeno!!"

Jeno tertawa renyah, "Bercanda."

"Tapi serius Jen, gue jadi takut."

"Nggak usah takut, kalo dia bertindak lebih, gue langsung pergi dari rumah itu."

"Iya, terus lo tinggal di rumah gue aja!!" ucap Siyeon antusias.

"Dih, ogah banget. Itu sama aja kayak keluar kandang singa masuk kandang macan tau nggak sih."

"Iya, macannya kan gue. Macan imut."

Jeno menoyor kepala Siyeon sampai gadis itu terjungkal kemudian tanpa rasa bersalah, ia pun bangkit dan pergi.

Mau tak mau, Siyeon pun ikut bangkit dan mengejar kekasihnya. "Ih, Jeno! Kasar banget sih jadi cowok!!"

Jeno terkekeh pelan, "Laper nggak?"

Siyeon yang tadinya kesal pun langsung tersenyum dan mengangguk dengan cepat.

"Mau makan apa?" tanya Jeno.

"Apa aja boleh," balas Siyeon tak ingin membebani lelakinya itu.

"Deket sini ada minimarket, mau makan ramen?"

"Mau dong!!" seru Siyeon antusias hingga membuat beberapa orang menoleh.

"Dih, malu-maluin banget," ucap Jeno kemudian cepat-cepat pergi.




Tak lama kemudian, keduanya pun sampai di minimarket. Jeno menyuruh Siyeon agar menunggu di luar saja dan gadis itu dengan senang hati menurutinya.

"Yeyy!!" Siyeon berseru ketika Jeno datang dengan semangkuk ramen di tangannya. 

"Nih, makan," ucap Jeno.

"Buat gue doang? Lo nggak makan?" 

Jeno menggeleng.

"Jen.. kalo gitu beli satu lagi deh, gue yang bayar," ucap Siyeon.

"Nggak usah, gue nggak laper kok."

"Jangan bohong."

"Nggak bohong Siyeon, buruan makan nanti keburu dingin."

Siyeon pun mengangguk kemudian memakan ramen yang ada di hadapannya. Jeno pun tersenyum manis melihat gadisnya makan dengan lahap.

"Lo juga harus makan," ucap Siyeon. "Buka mulut lo."

"Nggak usah, Yeon."

"Buka nggak?!" 

Jeno terkekeh kemudian menuruti perintah gadisnya untuk membuka mulut. Siyeon lantas menyuapi Jeno ramen yang masih panas itu.

"Enak nggak?" tanya Siyeon.

"Enak lah, orang gue yang bikin jugaan," balas Jeno.

"Iya juga ya."

Keduanya lantas tertawa sembari menikmati ramen itu. 

Siyeon sama sekali tidak pernah protes pada Jeno, mau makan semangkuk berdua pun ia oke-oke saja. Gadis itu juga tidak pernah meminta lebih, ia sangat mengerti dengan keadaan kekasihnya.

Siyeon juga tidak pernah malu diajak naik sepeda ataupun berjalan kaki, karena ia tulus mencintai lelaki itu.

Jeno adalah tipe laki-laki pekerja keras dan rela melakukan apapun demi orang yang disayangi. Dan entah kenapa Siyeon yakin bahwa suatu saat nanti Jeno pasti akan menjadi orang sukses dengan kerja kerasnya sendiri.

"Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Jeno.

"Lagi ngebayangin masa depan sama lo."

"Dasar sinting."

🍃🍃🍃











Tbc...

Yo opo sih Jeno, orang lagi bayangin masa depan dibilang sinting:')

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang