"Jeno, ajarin yang ini dong. Gue nggak ngerti."
Jeno mengambil alih buku Siyeon dan menuliskan rumus-rumus matematika disana. "Ini gampang kok. Lo tinggal ngurangin yang ini sama yang ada disini."
Sementara itu, Siyeon bukannya fokus pada buku, malah fokus pada wajah Jeno yang menurutnya sangat tampan untuk ukuran seorang lelaki.
Jeno mendorong dahi Siyeon menggunakan telunjuk agar gadis itu sedikit menjauh darinya. "Gimana? Udah ngerti?"
Siyeon tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya, sungguh menggemaskan.
Jeno menghela napas pelan, "Ini loh, caranya-"
"Males ah belajar." Siyeon mengambil bukunya lalu menutupnya begitu saja. Kemudian, gadis itu mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas. "Mau roti bakar nggak?"
"Hng.. boleh," balas Jeno.
"Gue nggak tau lo suka rasa apa, makanya gue bawa semuanya."
"Rasa cokelat," ucap Jeno sembari mengambil roti bakar dari dalam kotak.
"Ih? Sama! Gue juga suka rasa cokelat!" seru Siyeon.
"Nggak nanya."
Siyeon mencebik kemudian memasukkan roti bakar ke dalam mulutnya. "Gue kira udah berubah, masih aja nyebelin."
Jeno hanya diam, sibuk memakan roti bakarnya.
"Lo suka roti bakar nggak? Kalo gue suka banget, makanya gue bawa setiap hari. Gue sendiri tau yang buat ini. Kata Mama, roti bakar buatan gue itu enak, makanya-"
"Bacot. Makan aja yang bener," potong Jeno.
Siyeon menghentakkan kotak bekalnya di atas meja yang lantas membuat seisi kelas tertuju padanya.
"Haha, malu sendiri kan," cibir Jeno. "Makanya jadi cewek jangan banyak gaya."
Siyeon memanyunkan bibirnya kemudian kembali memakan roti bakarnya.
Jeno mengulum senyum, entah kenapa teman sebangkunya itu bisa menjadi sangat menggemaskan.
...
Siyeon nampak cemberut melihat Jeno yang memberikan koran kepadanya.
"Kenapa?" tanya Jeno karena Siyeon tak kunjung mengambil koran yang diberikannya.
Gadis itu mengambil koran dengan kasar kemudian memberikan sejumlah uang pada Jeno.
"Lama-lama bibir lo bisa munju kalo digituin terus," celetuk Jeno.
Siyeon nampak kesal, ia membanting koran yang ada di tangannya ke tanah. "GUE UDAH NUNGGUIN LO DARI SIANG BOLONG!! KENAPA BARU DATENG?!!"
Jeno sedikit terkejut ketika Siyeon meneriakinya. "Ya.. suka-suka gue dong mau dateng jam berapa."
"Ish!! Nyebelin!!" Siyeon memukul lengan Jeno sekeras mungkin.
"Duh! Dasar cewek sinting!!" Jeno berusaha menghindar dari pukulan gadis itu.
"Apa kata lo?!!" Siyeon semakin kesetanan mendengar ucapan Jeno, beberapa orang yang lewat bahkan menatap aneh pada mereka.
"Siyeon! Malu diliat orang-orang!" seru Jeno.
Siyeon berhenti memukuli Jeno. Gadis itu sekarang malah berjongkok di tanah sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"E-eh? Lo kenapa?" tanya Jeno. Siyeon bergeming.
Jeno semakin kebingungan ketika Siyeon menangis. Ia pun tak tau mesti berbuat apa.
"Aduh, jangan nangis dong, Yeon. Ntar gue dikira ngapa-ngapain lo lagi," ucap Jeno sembari melihat sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...