13. Rough🍃

827 176 15
                                    

Jeno rasanya ingin sekali punya kekuatan sakti dan menghilangkan makhluk bernama Siyeon sesegera mungkin. Gadis itu benar-benar cerewet dan bisanya menyusahkan saja. Seperti saat ini, ia sedang mengerjakan tugas fisika dan gadis itu merecokinya.

"Jeno, yang nomer 2 ini gimana? Ajarin dong," ucap Siyeon.

"Nggak tau," balas Jeno singkat padat dan jelas.

"Aku tau engkau sebenarnya tau, tapi kau memilih seolah engkau tak tau~" Siyeon dengan sengaja menyindir Jeno dengan sebuah lagu.

Jeno yang sudah sangat kesal merobek sebuah kertas dan meremasnya. Kemudian, ia memasukkan kertas itu ke mulut Siyeon agar gadis itu berhenti berbicara.

"Jeno!!" geram Siyeon.

Jeno seakan tak peduli, ia masih fokus mengerjakan tugasnya.

Siyeon mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja. "Jen, gue bawa roti bakar. Mau nggak?"

"Makan aja sendiri, sama kotaknya sekalian."

Siyeon mencebik. Ia membuka kotak bekalnya dan dengan sengaja memperlihatkannya di hadapan Jeno, berharap lelaki itu tergiur.

Jeno berhenti dari kegiatannya dan menatap nanar Siyeon. "Lo udah tau kan kalo gue marah kayak gimana?"

Siyeon menggigit bibir bawahnya kemudian tertunduk perlahan.

"Heran, jadi cewek pecicilan amat," cibir Jeno.

"Maaf.." lirih Siyeon.

"Gue nggak butuh maaf dari lo," ucap Jeno ketus.

Siyeon menutup kotak bekalnya, ia jadi tidak berselera makan. Gadis itu hanya diam saja sampai bel masuk berbunyi.





Pak Suho dengan sumringah masuk ke dalam kelas dan menyapa seluruh muridnya.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi pak!"

"Bagaimana dengan tugas berkelompoknya? Sudah siap?" tanya Pak Suho.

"Sudah pak!"

"Baik, Bapak akan memanggil kalian secara acak. Untuk yang pertama, silahkan maju Haechan dan Jaemin."

Siyeon hanya diam ketika yang lainnya tertawa karena lelucon tidak bermutu Haechan dan Jaemin. Pandangannya lurus ke depan, menatap kosong papan tulis.

"Selanjutnya Jeno dan Siyeon."

Jeno sudah bangkit dari tempat duduknya, namun Siyeon masih bergeming.

Satu tendangan di kaki Siyeon, berhasil membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Ia segera bangkit dan mengikuti langkah Jeno ke depan kelas.

"Kalian mau mempersembahkan apa?" tanya Pak Suho.

"Dance, Pak," jawab Jeno.

"Wah, bagus. Silahkan mulai."

Siyeon mengeluarkan ponselnya, dengan tangan yang sedikit bergetar ia memutar musik yang akan digunakan hari ini.

Siyeon menghela napas pelan dan membiarkan dirinya hanyut ke dalam lagu yang terputar.

Seisi kelas pun berdecak kagum dengan kedua insan yang sedang menari di depan kelas itu.

Siyeon menatap Jeno dengan lembut, cukup lama hingga senyuman terukir begitu saja di bibir gadis itu. Berbeda dengan Jeno yang dari awal sampai akhir tidak ada ekspresi.

Sampai musik berhenti mengalun, kedua remaja masih tetap pada posisinya yaitu Jeno yang memeluk Siyeon dari belakang.

"Inget ya, habis ini jangan ganggu gue lagi," bisik Jeno.

Siyeon hanya diam. Kemudian, suara tepuk tangan membuat mereka saling menjauh satu sama lain.

"Bagus sekali," ucap Pak Suho. "Kalian berdua, silahkan kembali ke tempat."

Jeno dan Siyeon pun kembali ke tempat duduk masing-masing. Keduanya saling diam bahkan sampai bel istirahat berbunyi.





Jeno lebih memilih pergi ke kantin daripada mendengarkan ocehan gadis yang ada di sebelahnya. Ia benar-benar muak, kebetulan juga perutnya sedang lapar.

Beruntung ia datang lebih awal sehingga ia masih mendapat tempat duduk sendiri karena ia malas berbagi tempat dengan yang lain.

Sedang enak-enaknya menyantap makanan, Jeno tiba-tiba dikejutkan dengan Siyeon yang datang tanpa diundang.

Gadis itu tersenyum sumringah sembari membawa kotak bekalnya. "Boleh ikut duduk disini?"

"Nggak!"

"Oke," ucap Siyeon kemudian duduk di hadapan Jeno.

"Lo budek apa gimana?" tanya Jeno.

Siyeon hanya tersenyum kemudian membuka kotak bekalnya.

"Heh, bukannya lo udah janji nggak bakal ganggu gue lagi?" tanya Jeno.

"Kapan gue buat janji kayak gitu?"

"Kemarin!"

"Ada bukti?"

Jeno mendecak sebal kemudian lebih memilih melanjutkan kegiatan makannya.

"Jeno, mau roti bakar nggak? Gue sendiri loh yang buat. Ada rasa cokelat, stroberi, kacang, keju. Gue nggak tau lo suka rasa apa, jadi gue bawa semuanya deh. Gimana?"

Siyeon menghela napas kemudian menundik-nundik lengan Jeno. "Mau dong ya? Ya ya? Satu aja.."



Brak!!



Siyeon terkejut ketika Jeno tiba-tiba menggebrak meja.

"GUE NGGAK MAU, BANGSAT!! LO NGERTI NGGAK?! DASAR CEWEK GANJEN!!"

Siyeon terdiam, ia memperhatikan sekeliling, seluruh kantin kini tengah memperhatikannya.

Kemudian, pandangan Siyeon beralih pada Jeno yang masih menatapnya tajam. Ia mengangguk pelan.

"Iya, gue ngerti. Maaf.." lirih Siyeon kemudian cepat-cepat pergi dari kantin.

Siyeon berlari menuju kelas sembari mengusap air matanya. Ia merapikan semua bukunya dan membawa tasnya pergi.




"E-eh, kamu mau kemana?" tanya Pak Satpam.

"S-saya mau pulang," balas Siyeon sesenggukan.

"Ini masih jam sekolah, mau bolos ya?"

Siyeon menggeleng, "Sa-sakit, saya mau pulang."

"Kamu sakit apa? Jangan nangis dong," ucap Pak Satpam.

Siyeon menggunakan kakinya yang masih dibalut perban sebagai alasan.

"Mau Bapak anter?" tawar Pak Satpam.

Lagi-lagi Siyeon menggeleng, "S-saya udah dijemput."

"Yaudah, hati-hati di jalan ya, Dek."

Siyeon mengangguk kemudian cepat-cepat pergi dari sekolah.

🍃🍃🍃












Tbc...

Si Jeno galak banget yak:(

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang