"Koran!!"
Cukup lama Lee Jeno berdiri di depan rumah megah itu sebelum sang empu keluar menghampirinya.
"Sorry ya lama," ucap Siyeon dengan rambut yang sedikit berantakan.
"Baru bangun tidur?" tanya Jeno.
Siyeon mengangguk kemudian mengucek matanya.
Jeno terkekeh pelan kemudian meraih tangan Siyeon, "Matanya jangan dikucek gitu."
"Hng?"
"Gue bawa ini." Jeno mengeluarkan banana milk dari saku jaketnya.
"Kesambet apaan lo?"
Jeno menarik kembali tangan yang sebelumnya sudah terulur ke arah Siyeon.
"Ini uangnya, makasi ya," ucap Siyeon.
"Tunggu, Yeon!"
"Kenapa?"
"Lo kenapa berubah?" tanya Jeno.
"Bukannya ini yang lo mau?"
Pemuda itu menghela napas, "Oke, thanks."
"Iya," balas Siyeon singkat kemudian masuk ke dalam rumah.
Lee Jeno menatap pintu pagar Siyeon yang perlahan tertutup lantas menatap banana milk yang ada di tangannya. Kepalanya tertunduk perlahan, dengan berat hati iapun mengayuh kembali sepedanya dan pergi dari sana.
Disisi lain, Siyeon tersenyum manis mengintip kepergian Jeno dari di balik pintu pagarnya, "Rasain tuh, emang enak dicuekin."
Tanpa beban, iapun masuk ke dalam rumah sembari menenteng koran di tangannya.
...
Baru saja Jeno menginjakkan kaki di sekolah, ia sudah dibuat geram karena Siyeon dan Guanlin yang dengan amat sengaja bermesraan tepat di depannya, rasanya ingin memaki tapi ia sadar diri jika ia bukan siapa-siapa.
"Yeon, nanti kita jadi kan dinner di resto mewah yg kemarin gue bilang?" tanya Guanlin.
Siyeon tersenyum, "Iya, jadi kok."
Tanpa sadar, Jeno meremas botol Aqua yang dibawanya, harus banget gitu ngomongnya pas di depan Jeno, kan jadi kesel.
"Ngapain lo ngeliatin kita? Iri ya? Haha," ucap Guanlin.
Tak!
Jeno melempar botol Aqua yang masih berisi sedikit air itu kemudian melenggang pergi.
"Eee anjing lo dasar anak miskin!!" seru Guanlin seperti orang kesetanan.
"Ck, udah nggak usah diladenin." Siyeon cepat-cepat menahan Guanlin yang hendak mengejar Jeno.
"Enaknya diapain ya tu anak?"
"Udahlah, nggak baik balas dendam gitu."
Guanlin terkekeh, "Iya sayang, gue nggak akan balas dendam kok."
"Nah, gitu dong. Yaudah, gue ke kelas dulu. Bye."
Pemandangan yang baru saja dilihat Siyeon ketika baru masuk ke dalam kelas adalah seorang Lee Jeno yang sedang memperhatikannya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Siyeon.
"Gapapa," balas Jeno seadanya. "Lo beneran mau tunangan sama Guanlin?"
"Kenapa emang? Kepo banget sih, jangan-jangan lo udah mulai suka sama gue?"
"Dih, cuma nanya doang kok."
"Oh," balas Siyeon kemudian fokus dengan ponselnya.
Diam-diam Jeno melirik Siyeon yang terlihat senyum-senyum sendiri seperti orang gila sembari menatap ponselnya.
"Chat sama siapa sampe senyum-senyum kayak orang gila gitu?" tanya Jeno.
Siyeon mendecak, "Kepo banget sih!"
"Orang gue cuma nanya doang, galak banget!"
"Gimana, Jen? Udah mulai cemburu?"
"BIG NO!"
"Ah masak?"
"Nyebelin juga ya lo lama-lama, pingin tak HIH!!"
"Jeno, kalo misal sekarang gue nembak lo gimana? Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Siyeon.
Jeno nampak berpikir cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "Nggak tau."
"Loh, kok nggak tau sih, Jen? Tau dong!!"
"Udah ah, diem lo gue mau tidur!" ucap Jeno kemudian tidur memunggungi Siyeon.
"Yes, ada perubahan! Biasanya kan jawabnya nggak mau, sekarang berubah jadi nggak tau. Yes!!" gumam Siyeon.
Gadis itu tampak mengetikkan sesuatu di ponselnya kemudian pergi keluar tanpa mempedulikan Jeno yang entah sudah tertidur atau belum.
"Ngapain nyuruh gue kesini?" tanya Guanlin.
"Mulai sekarang mending lo jauhin gue."
"Loh kok gitu? Kita kan mau tunangan."
"Batalin aja, gue udah cinta mati sama Jeno."
"Yeon, lo kenapa sih? Kok plin-plan gini?"
"Udah ya, gue males banget berurusan sama lo."
"Ck, tunggu!" Guanlin menahan tangan Siyeon yang hendak pergi.
"Apalagi?"
"Lo cuma bercanda kan. Yeon?"
"Lo ada liat muka gue lagi bercanda?" tanya Siyeon.
"Yeon, ayolah. Nggak gini caranya."
"Udahlah, sebenarnya gue deketin lo cuma buat manas-manasin Jeno aja."
"Gue nggak salah denger kan?"
"Nggaklah, kecuali lo jarang bersihin kuping," sarkas Siyeon.
"Jahat banget lo sama gue, Yeon."
Siyeon tertawa kecil, "Masih banyak cewek di luar sana kok yang mau sama lo."
"Tapi-"
"Gue duluan ya, bye!"
Kedua tangan Guanlin terkepal kuat, ia masih menatap nyalang punggung Siyeon yang semakin menjauh. "Lo belum tau siapa gue, Yeon. Liat aja apa yang bakal gue lakuin sama cowok miskin kesayangan lo itu."
🍃🍃🍃
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...