Siyeon terbangun dari tidurnya dengan napas yang terengah-engah, diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Gadis itu menyeka keringat di dahinya kemudian menegak air yang ada di atas meja.
Ia meraih ponselnya dan memperhatikan wallpaper yang berisi foto dirinya dan Jeno yang diambil di sungai Han beberapa waktu yang lalu, sungguh romantis. Ia tersenyum kemudian berniat untuk menghubungi kekasihnya.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."
Siyeon menghela napas pelan kemudian meletakkan ponselnya kembali di atas meja. Sudah kurang lebih 5 hari ia tak mendapat kabar dari Jeno.
Gadis itu menghapus air matanya, ia rindu sekali dengan Jeno. Ia bahkan tidak tau dimana keberadaan lelakinya itu saat ini.
"Jeno, lo baik-baik aja kan?" tanya Siyeon entah kepada siapa.
Siyeon merebahkan tubuhnya kemudian memeluk bantal guling, beberapa hari terakhir ini ia sering menangis dan susah tidur. Ia selalu memikirkan Jeno, sungguh hari-hari yang berat.
Siyeon tidak bisa tidur lagi, alhasil ia hanya menangis seorang diri sampai jam 6 pagi.
Pintu berderit pelan, Siyeon mengintip kakaknya yang baru saja masuk ke dalam kamar. Gadis itu lantas menarik selimut dan pura-pura tidur.
"Dek, bangun udah pagi," ucap Jihoon.
Siyeon bergeming di tempatnya, jujur saja ia masih kesal dengan kakaknya itu karena tak mengizinkannya kemanapun selain sekolah.
"Ayo dong, nanti telat loh sekolahnya."
"Siyeon lagi nggak enak badan."
Jihoon menarik selimut kemudian mengecek keadaan adiknya, "Kamu nangis lagi?"
Siyeon menggeleng kemudian menyembunyikan wajahnya di balik bantal.
"Buat apa sih apa sih nangisin cowok kayak gitu, Dek? Mending kamu lupain dia, ada Guanlin yang lebih baik buat kamu."
"Nggak mau!!" seru Siyeon.
Jihoon menghela napas pelan, "Cepet siap-siap. Kakak tunggu di bawah."
Siyeon melihat kakaknya pergi meninggalkan kamar, lantas iapun bangkit dan mengambil ponselnya. Ia mencoba untuk menghubungi Jeno dan lagi-lagi ponsel lelaki itu tidak aktif.
Dengan lemas, Siyeon pun menaruh ponselnya dan pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh.
...
Benar-benar hari yang sangat amat membosankan bagi Siyeon, gadis itu sedari tadi hanya tidur dan tidak memperhatikan pelajaran. Sejak Jeno tidak ada, semangat hidupnya juga menjadi hilang. Ia merasa kesepian dan langsung menangis ketika mengingat kenangan bersama lelakinya itu.
"Park Siyeon, silahkan kerjakan soal nomor 4."
Siyeon terperanjat ketika Bu Joy memanggil namanya, sial sekali ia bahkan tak tau apa materi hari ini.
"Park Siyeon!"
Mau tak mau Siyeon pun maju ke depan kemudian hanya planga-plongo di depan papan tulis.
"Kamu ngapain aja daritadi? Tidur?" tanya Bu Joy.
Siyeon pun hanya bisa menunduk, seisi kelas bahkan sudah mentertawakannya saat ini.
"Kayaknya dia lagi galau berat Bu, pacarnya kan baru aja masuk penjara haha!"
Siyeon menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, ia berusaha untuk tidak menangis namun air matanya tiba-tiba saja sudah menetes di pipinya.
"Sana keluar, sekalian nggak usah ikut pelajaran saya kalo kamu cuma numpang tidur aja di kelas ini," ucap Bu Joy.
Siyeon pun mengangguk lesu.
"Bersihkan halaman sekolah sebagai hukuman kamu."
"Baik Bu." Siyeon pun berjalan keluar kelas lantas mengambil sapu untuk melaksanakan hukumannya.
Benar-benar hari yang sial sekali.
Sekitar kurang lebih 45 menit Siyeon menyapu halaman, iapun beristirahat di bawah pohon karena merasa lelah. Ia melihat tumpukan daun kering yang baru saja ia selesai kumpulkan.
Gadis itu terkejut ketika ponsel yang ada di saku jasnya tiba-tiba berdering, ia segera mengambil benda tersebut kemudian melihat panggilan yang masuk.
Mine✨ is calling
Senyuman terukir di bibir Siyeon ketika melihat ponselnya, ia sedang tidak bermimpi kan?
Tanpa menunggu lama, iapun segera menerima panggilan tersebut karena sudah rindu mendengar suara kekasihnya.
"Halo?"
Hening cukup lama, Siyeon sampai melihat ponselnya beberapa kali untuk melihat panggilannya masih tersambung atau sudah terputus.
"Halo? Jeno?"
Lagi-lagi tidak ada jawaban, ini si Jeno salah pencet atau gimana?
"Jeno? Sinyalnya jelek ya? Haduhhh." Siyeon jadi kesal sendiri.
Gadis itu malah sibuk mencari sinyal yang sebenarnya tidak ada masalah sekali.
"Maaf.."
Suara berat itu mampu membuat Siyeon mematung di tempat, air mata menetes di pipinya. Bahagia dan rindu bercampur aduk menjadi satu.
"Maaf baru bisa ngabarin lo."
Siyeon menggeleng pelan, "Nggak apa-apa Jeno."
"Lo nangis?"
"E-enggak," balas Siyeon sembari mengusap air matanya.
"Udah, jangan nangis. Gue baik-baik aja."
"Gue kangen sama lo," ucap Siyeon lirih.
"Hm, iya."
"Lo nggak kangen sama gue?"
"Kangen," balas Jeno.
Siyeon pun semakin sesenggukan mendengar suara teduh lelakinya.
Jeno tertawa kecil, "Tau nggak, waktu itu gue diketawain satu kantor polisi gara-gara celana memalukan itu."
Alhasil Siyeon tertawa sambil menangis, "Bagus kan karya gue?"
"Bagus apanya? Gue yang malu, Yeon."
Siyeon tertawa membayangkan bagaimana wajah Jeno saat itu.
"Udah ya, jangan nangis lagi," ucap Jeno.
"Iya."
"Nanti gue telfon lagi ya, Yeon. Jaga diri lo baik-baik."
"Tapi Jeno-"
Tut tut tut!
🍃🍃🍃
Tbc...
Haduhh rindu sekali dengan kapal satu ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...