"Jangan ganggu Jeno!" teriak Siyeon dengan berani.
Jam baru menunjukkan pukul 7 pagi dan trio Juleha seperti tidak mempunyai pekerjaan lain selain mengusik ketenangan Jeno dan Siyeon.
"Heh, lo nggak usah ikut campur urusan kita deh!" bentak Hwall.
"Pokoknya nggak boleh ada yang nyakitin Jeno!"
"Banyak bacot lo, bangsat!"
Brak!
Haknyeon mendorong Siyeon hingga tubuh gadis itu membentur tembok cukup.
Jeno tentu saja sangat terkejut dengan perlakuan kasar Haknyeon, apalagi sampai berani menyakiti seorang perempuan. Tak ingin terlihat seperti orang bodoh, Jeno pun segera menghampiri Siyeon yang terduduk di lantai.
"Siyeon? Lo bisa denger gue?" tanya Jeno.
Tak ada jawaban apa-apa, gadis itu hanya menunduk sembari memegangi kepalanya.
Perlahan Jeno mengangkat dagu Siyeon, "Ya ampun! Dahi lo berdarah."
Sementara itu, Siyeon hanya diam saja memperhatikan Jeno seperti orang linglung.
"Bangsat!" Jeno tampak geram lantas berdiri menatap tajam trio Juleha.
Felix terkekeh, "Kasian, pacarnya luka ya?"
"Kalian berdua itu sama aja tau nggak," ucap Hwall. "Sama sama menjijikkan ups canda menjijikkan."
Bugh!!
Jeno mendaratkan satu pukulan di wajah Hwall.
"Berani-beraninya lo!!"
Perkelahian pun tak terelakkan, beberapa kali Jeno tersungkur namun ia bangkit kembali dan menghajar trio Juleha. Keributan itu lantas menarik banyak siswa yang sibuk mengambil gambar.
Tapi entah Jeno mendapat kekuatan darimana sampai bisa menghajar ketiga lelaki belangsak itu seorang diri. Nampak trio Juleha saat ini sedang meringkuk di atas lantai dengan beberapa luka lebam di wajahnya.
"Kalian boleh nyakitin gue, tapi nggak sama dia!" Jeno menunjuk Siyeon.
"Iya, ampun Jen," ucap Felix.
"Dasar sampah!" Setelah puas mengatai trio Juleha, Jeno pun mengajak Siyeon pergi daei kerumunan.
Sedari tadi, Siyeon hanya diam memperhatikan Jeno yang sedang mengobati luka kecil di dahinya. Saat ini, mereka sedang ada di taman belakang sekolah setelah berhasil mencuri kotak P3K dari UKS.
Jeno tampak menghela napas berat dan merapikan kotak P3K setelah selesai mengobati luka Siyeon, akan tetapi pergerakannya tiba-tiba terhenti ketika Siyeon meraih tangannya.
"Kenapa?" tanya Jeno.
Siyeon mengambil alih kotak tersebut, "Gantian, sekarang gue uang ngobatin luka lo."
"Gue bisa sendiri."
"Ck, nggak usah bawel."
Siyeon mulai membersihkan luka di sudut bibir Jeno dan entah kenapa lelaki itu tidak memberontak sama sekali, berbeda dengan Lee Jeno yang biasanya.
"A-akh!" Jeno meringis ketika Siyeon mengoleskan obat merah pada lukanya.
"Hah? Maaf gue bener-bener nggak sengaja, Jen. Beneran dah!!"
Jeno tersenyum kecil, "Iya, gapapa."
Hati Siyeon menghangat melihat senyum tipis yang terukir di bibir Jeno, sepertinya ini waktu yang sangat tepat untuk menyatakan perasaannya. "Jen, lo mau nggak-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...