Pintu berderit pelan, Jeno tersenyum tipis melihat Siyeon yang muncul dengan sweater knit berwarna biru muda dan jas almamater yang disampirkan di pundaknya.
"Udah baikan?" tanya Jeno.
Gadis itu mengangguk kemudian menutup pintu pagar.
Jeno berjalan mendekat kemudian mengecek suhu tubuh Siyeon dengan menempelkan punggung tangannya di dahi gadis itu. "Udah minum obat?"
"Udah."
"Udah izin sama Kak Jihoon mau berangkat sekolah bareng gue?" tanya Jeno.
"Udah, Jeno bawel."
"Yaudah, ay-"
"SIYEON!" Keduanya sontak menoleh ke sumber suara, dilihatnya Guanlin yang berlari menghampiri mereka.
"Gue.. gue boleh berangkat bareng kalian nggak?" tanya Guanlin.
"Nggak," tolak Siyeon mentah-mentah.
"Plis lah, sekali-sekali," ucap Guanlin.
"Sekali gue bilang enggak, ya enggak!" kesal Siyeon.
Guanlin tersenyum kecut.
"Nggak apa-apa kali, Yeon," ucap Jeno. "Kasi aja dia berangkat bareng kita."
"Tapi-"
"Yes! Makasi banyak, Jeno!"
Siyeon mendengus kesal kemudian berjalan lebih dulu.
Akhirnya ketiga anak muda itupun berangkat ke sekolah bersama. Siyeon berada di tengah, diapit Jeno dan Guanlin. Gadis itu hanya diam karena masih kesal dengan kedua lelaki yang sedang bersamanya.
Ragu-ragu, Jeno meraih jemari Siyeon dan menggenggamnya.
Gadis itu menoleh, namun Jeno malah memalingkan wajahnya, mungkin karena malu. Ia tersenyum kemudian membalas genggaman tangan Jeno. "I love you," bisiknya.
Jeno mengulum senyum kemudian menganggukkan kepala.
Siyeon mendecak sebal kemudian menautkan alisnya, memperlihatkan bahwa ia sedang kesal saat ini.
"I love you too," bisik Jeno akhirnya.
"Kalian ngapain sih?" tanya Guanlin.
Jeno dan Siyeon langsung gelagapan kemudian kompak menjawab, "Nggak ngapa-ngapain."
Guanlin mengerutkan dahi walau akhirnya berusaha untuk bersikap bodo amat, namun tidak bisa karena semua itu kentara jelas di matanya.
Ingin mengikuti jejak Jeno, lelaki itu diam-diam meraih jemari tangan Siyeon yang satunya yang lantas membuat gadis itu murka.
"Apaan sih?!" kesal Siyeon sembari menepis tangan Guanlin.
Lelaki itu tersenyum kecut kemudian melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di sekolah, mereka pun langsung menuju ke kelas masing-masing, Siyeon juga sudah mengganti sweater-nya dengan jas almamater.
"Hai Jeno, udah lama nih gue nggak nyamperin lo," ucap Ju Haknyeon yang entah datang darimana.
"Minta duit dong, Bro," timpal Felix.
"Ho oh, kan lo udah jadi orang kaya? Kakaknya si Lami kan?" tanya Hwall.
"Nggak ada duit," balas Jeno.
"Serius nggak ada duit?" goda Haknyeon sembari menundik lengan Siyeon.
"KATANYA UDAH TOBAT?!!" teriak Siyeon dengan ganas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...