Jeno hanya pasrah saja dengan muka masamnya memperhatikan Siyeon yang tengah serius mengobati luka di lututnya. Celana panjang di kaki kanannya sudah dirobek dengan tidak berperikemanusiaan oleh gadisnya beberapa waktu yang lalu.
Ia baru saja menyelesaikan pidato panjangnya karena kesal celana sekolah kesayangannya dirobek tanpa bermusyawarah terlebih dahulu. Dan karena Siyeon tidak peduli sama sekali dengan ocehannya serta dirinya yang sudah lelah berbicara, Jeno pun memutuskan untuk pasrah saja dengan keadaan.
Oke guys, kalian bayanginnya jangan aneh-aneh ya wkwk. Jadi, sekarang kalian bayangin kedua kakinya Jeno, kaki loh ya bukan yang lain wkwk. Terus bayangin kakinya itu pake celana sekolah warna item. Udah?
Nah, kalo udah bayangin sekarang celana di bagian lutut sebelah kanan sobek karena dia jatuh. Anggap ajalah sobeknya bentuk lingkaran dan menyesuaikan sama lututnya. Terus celana bagian kanan inilah yang disobek sama Siyeon. Maksudnya disobek dari lutut ke bawah ya guys bukan dari lutut ke atas wkwk. Clear?
Nb: Penjelasan ini dibuat untuk menghindari pikiran traveling. Sekian, terima kasih.
Oke, lanjutt!
Setelah selesai membersihkan luka di lutut Jeno, Siyeon pun mengeluarkan P3K yang tempo hari mereka curi dari UKS. Untungnya Siyeon lupa mengembalikan kotak itu dan ternyata ini benar-benar berguna.
"Pelan-pelan ANJ-" Jeno memejamkan mata dengan kedua tangan yang terkepal kuat, pasalnya Siyeon ini bar-bar sekali mengobati lukanya.
"Sakit nggak?"
"Ya, menurut lo?!!"
"Sakit," balas Siyeon dengan polosnya.
"YAUDAH!"
Siyeon terkekeh pelan lantas membalut luka Jeno menggunakan perban. "So sweet banget ya kita, udah kayak drama korea yang gue tonton."
"Iya, terus endingnya yang cowok gorok yang cewek."
"Cih, dasar psikopat!" seru Siyeon sembari memukul lutut Jeno karena refleks.
"ANJ- sabar Jeno sabar.."
"Eh, sorry sorry. Gue beneran nggak sengaja, sumpah dah!"
"Asdfghjklzxcvbnm!!"
"Eh, btw ini celana lo jadinya jelek banget ya. Nggak mungkin lo pulang pake celana yang rombeng ini, bisa dikira orang gila nanti."
"Mau ngapain lo?!" Jeno sudah ketar-ketir melihat Siyeon mengambil gunting dari dalam kotak P3K.
"Gapapa kok, cuma mau rapiin ini dikit doang."
"EE ANJ*NG BANGS*T A*U SIYEON!!"
Setelah melalui drama yang cukup panjang dan melelahkan akhirnya Jeno dan Siyeon pun bergegas untuk pulang karena kebetulan juga hujan sudah reda.
"Gila, cocok nih kayaknya gue jadi designer," ucap Siyeon sembari memperhatikan celana Jeno.
Sementara Jeno yang sedari tadi sudah mengabsen nama-nama binatang pun hanya membuang muka. Pasalnya celana panjangnya kini sudah berubah bentuk menjadi celana pendek nan seksi.
Begini gambarannya..
Beruntung jas almamater Jeno tidak apa-apa, jadi ia bisa sedikit menutupi celana yang sangat amat memalukan itu menggunakan jasnya.
"Jen, lo nganterin gue pulang dulu kan?" tanya Siyeon.
"Hm."
"Hm itu artinya apa? Iya apa enggak?"
"Iyaaaaaa, ish!"
"Dasar galak!"
Jeno menghela napas berat kemudian berjalan dengan biasa saja tanpa mempedulikan gadis yang ada di sebelahnya.
Beberapa orang yang melintas sempat memperhatikan Jeno dan celana memalukannya, tak sedikit dari mereka yang tertawa geli melihat pemandangan tersebut. Jeno lagi-lagi hanya bisa pasrah dan berharap cepat sampai di rumah.
"Yah, kok kayaknya cepet banget ya, udah mau sampe aja," ucap Siyeon sedih.
Jeno tak menanggapi ucapan Siyeon, ia malah fokus pada mobil yang terparkir di depan rumah Siyeon.
"Nah, itu mereka datang!"
Jeno tentu saja terkejut melihat Bunda tiba-tiba keluar dari rumah Siyeon diikuti oleh beberapa polisi.
"STOP! MAU NGAPAIN KALIAN?!!" teriak Siyeon sembari menghalangi polisi yang hendak menangkap Jeno.
"Minggir ya, Dik. Kita mau bawa temen adik ini ke kantor polisi."
"NGGAK BOLEH!!"
"Yeon.. udahlah," pelan Jeno.
"Lo nggak salah, Jen. Gue nggak akan biarin mereka bawa lo ke kantor polisi!"
"Sini kamu, nggak usah ikut urusan mereka!" Jihoon yang baru datang langsung menarik tubuh adiknya menjauh.
"JANGAN BAWA JENO PERGI!! KAK, LEPASIN!!" Siyeon berusaha memberontak, namun kekuatan Jihoon nampaknya lebih besar apalagi ada Guanlin yang turut serta menahan tubuh Siyeon.
Sementara itu, Jeno hanya diam ketika tangannya di borgol ditemani cacian sang Bunda yang terdengar menyakitkan.
"Ayo." Jeno pun digiring menuju mobil polisi.
Pemuda itu sempat menoleh pada Siyeon yang menangis tersedu-sedu sembari menyerukan namanya. Hatinya tentu saja sakit melihat gadis yang disayanginya menangis begitu keras karena dirinya.
"Silahkan masuk," ucap salah satu polisi.
Tak mempunyai pilihan lain, Jeno pun masuk ke dalam mobil. Ia hanya menunduk dan sebisa mungkin tidak melihat Siyeon ketika mobil itu berjalan melintasi gadisnya.
"Gue selalu ada di samping lo! Jangan pernah lupa itu, Jeno!" teriak Siyeon sekeras mungkin.
Jeno dapat mendengar teriakan Siyeon, pemuda itu lantas mengangguk pelan. "Iya, gue nggak akan lupa, Yeon."
🍃🍃🍃
Tbc...
Gils, jangan lupa streaming hot sauce habis baca cerita wkwk😂💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...