Dengan malas, Siyeon berjalan memasuki sekolah yang menurutnya sangat membosankan. Hari demi hari dihabiskannya dengan berharap bahwa Jeno akan kembali ke sekolah.
Siyeon meringis ketika bola basket tak sengaja mengenai tangannya. Ini masih pagi dan ada saja yang membuat ia kesal seperti ini.
"Eh. Sorry, Yeon."
Gadis itu mangangkat dagu dan melihat Guanlin yang berada di hadapannya. "Punya mata nggak sih?"
"Gue kan udah minta maaf."
"Ish!" Siyeon hendak pergi, namun langkahnya dihentikan oleh Guanlin.
"Apalagi sih?!" kesal Siyeon.
"Lo udah putus sama Jeno?" tanya Guanlin.
"Belum. Kenapa?"
"Kakak lo nyuruh gue buat macarin lo."
"Denger ya, pacar gue cuma satu yaitu Jeno. Dan sampai kapanpun gue nggak akan suka sama lo, jadi nggak usah berharap lebih."
"Tapi-"
Siyeon hendak pergi, tapi kakinya malah tersandung. Hampir saja ia jatuh ke tanah jika saja Guanlin tak cepat-cepat menahan tubuhnya.
Jarak mereka begitu dekat, bahkan beberapa orang mengira mereka berpelukan.
Dengan cepat, Siyeon mendorong tubuh Guanlin menjauh dan pergi dengan perasaan kesal.
Langkah Siyeon tiba-tiba terhenti ketika melihat Jeno yang berdiri tak jauh dari tempatnya saat ini. Lelaki itu tersenyum tipis kemudian pergi.
Sial, apa Jeno melihat kejadian barusan?
Siyeon berlari menyusul Jeno yang sudah menaiki anak tangga.
"Jeno!" Gadis itu akhirnya berhasil mengejar kekasihnya walaupun napasnya menjadi terengah-engah.
Siyeon hendak bertanya, namun ia urungkan karena masih sibuk menyamakan langkahnya dengan sang kekasih.
Kedua remaja itu duduk di bangkunya masing-masing. Sebagian siswa yang ada di dalam kelas pun memperhatikan mereka berdua. Maklum saja, Jeno sudah kurang lebih dua bulan tidak masuk sekolah dan sekarang tiba-tiba datang lagi.
"Jen, kok lo nggak bilang hari ini dateng ke sekolah??" tanya Siyeon.
"Kenapa? Lo nggak suka?"
Siyeon menggeleng, "Gue kan pacar lo, setidaknya kasi tau kek."
"Gue mau ngasi lo surprise, eh taunya malah gue yang dikasi surprise pagi-pagi."
"Jangan marah," pelan Siyeon.
"Gue kan udah bilang kalo gue nggak bisa marah sama lo."
"Gue cuma sayang sama lo aja kok, selamanya."
Jeno terkekeh, "Iya. Gue tau itu."
"Pingin peluk, tapi ini sekolah," ucap Siyeon sendu.
"Loh? Tadi pelukan sama Guanlin biasa aja."
"Ih!! Jeno!!" Siyeon memukuli lengan Jeno sekeras mungkin.
"A-aduh! Canda, Yeon! Galak bener!"
...
Jeno dan Siyeon baru saja habis makan siang di kantin. Banyak siswa yang memperhatikan mereka, bahkan primadona pun kalah saing.
"Jen, kok orang-orang itu ngeliatin kita sih?" bisik Siyeon.
"Orang iri, biarin aja," balas Jeno.
Siyeon mengangguk kemudian mengeratkan tautan tangannya pada Jeno.
"Kakak?"
Jeno dan Siyeon spontan berhenti ketika melihat Lami yang tiba-tiba muncul entah darimana.
"Kak Jeno kemana aja?" tanya Lami.
Jeno melirik Siyeon, "Lo ke kelas duluan."
Gadis itu mengangguk kemudian pergi.
"Ngobrol di taman belakang aja yuk?" ajak Jeno.
Lami menganggukkan kepala kemudian mengikuti kakaknya itu ke taman belakang.
"Apa kabar?" tanya Jeno memecah keheningan.
"Baik. Kakak gimana?"
"Baik juga."
"Kakak sekarang tinggal dimana?" tanya Lami.
"Lo nggak perlu tau."
Lami sedikit terkejut ketika kakaknya itu berbicara menggunakan lo-gue.
"Hng.. kapan kakak mau pulang?"
"Pulang kemana?" Jeno balik bertanya.
"Pulang ke rumah. Aku setiap hari nungguin kakak pulang."
"Maksudnya rumah lo?" tanya Jeno.
"Itu kan rumah kakak juga."
Jeno tertawa renyah, "Sorry ya, gue udah nemu kontrakan gratis dan lebih nyaman dari rumah busuk itu."
"Kak, aku minta maaf."
"Buat apa minta maaf?"
"Aku bener-bener terobsesi sama kakak makanya sampe ngelakuin hal bodoh itu."
"Berkali-kali kan gue udah bilang, hubungan kita ini cuma sebatas kakak adik."
"Iya, aku tau," ucap Lami. "Tapi.. apa nggak bisa lebih dari itu?"
Jeno benar-benar muak dengan adiknya, "Lam, dengerin gue ya, kita itu saudara dan selamanya bakal kayak gitu."
Lami meraih tangan Jeno, "Kak, apa sih kurangnya aku? Kayaknya lebih cantik aku daripada Siyeon."
Jeno menarik tangannya, "Cantik nggak menentukan segalanya, Lam. Dan gue yakin, lo suka sama gue karena gue ganteng aja kan?"
Lami menggeleng, "Enggak kok!"
"Mulai detik ini tolong berhenti ganggu kehidupan gue ya?"
"Nggak bisa! Aku sayang sama Kak Jeno dan selamanya bakal gitu!"
"Iya, sayang sebagai kakak aja ya?"
"Nggak! Aku bakal ngelakuin apapun demi dapetin kakak! Aku bakal singkirin Siyeon secepatnya!"
"Sekali lagi lo berani nyentuh Siyeon, siap-siap berurusan sama gue, ngerti?"
"Tapi kak-"
"Sifat lo yang kayak gini buat gue tambah nggak suka sama lo tau nggak," ucap Jeno lalu pergi.
"Kak Jeno! Tunggu!!"
🍃🍃🍃
Tbc...
Sorry update nya lama, I'm a little bit.. tired
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...