34. Pasangan Baru🍃

625 127 62
                                    

Siyeon hanya diam menatap Jeno yang sedang memperbaiki rantai sepedanya yang lepas. Awalnya mereka sedang bersepeda sebagai pasangan baru, namun tiba-tiba saja rantai sepedanya lepas dan merusak suasana.

Jeno mengangkat dagu dan menatap Siyeon yang dengan setia duduk di trotoar, "Sabar ya, sebentar lagi selesai."

Gadis itu menganggukkan kepala.

"Maklum sepeda tua, jadi ya gini," ucap Jeno.

"Iya, nggak apa-apa kok."

Tak lama kemudian, rantai sepeda pun bisa terpasang kembali dan keduanya spontan menyunggingkan senyuman di bibir.

"Ayo naik," ucap Jeno.

"Jalan aja, Jen. Udah deket jugaan."

"Oh, yaudah." Jeno pun turun dari sepedanya.

Mereka berdua berjalan dalam diam, entah apa yang ada di dalam pikirannya.

"Kok tumben diem aja? Capek ya?" tanya Jeno memecah keheningan.

Siyeon mengangguk, padahal sebenarnya ia diam bukan karena lelah.

"Ayo, naik sepeda aja biar nggak capek."

Kali ini Siyeon menggeleng.

"Kenapa?" tanya Jeno. "Kaki lo sakit ya berdiri di besinya?"

"Enggak kok," balas Siyeon.

"Atau mau beli minum dulu?"

"Nggak usah, Jeno."

Jeno menghela napas, "Yaudah, serah lo."

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di sungai Han, tempat perdana mereka berpacaran. Jeno hanya duduk diam menatap sungai, begitupula dengan Siyeon.

Beberapa orang yang sedang berlalu-lalang pun mengira mereka sepasang kekasih yang sedang bertengkar karena saling diam.

Ragu-ragu Siyeon menoleh dan menatap Jeno yang ada di sebelahnya, cukup lama sampai Jeno tiba-tiba menoleh dan Siyeon malah membuang muka.

"Kenapa sih?" tanya Jeno.

Siyeon menggeleng cepat.

"Tumben lo seaneh ini."

"Nggak apa-apa," pelan Siyeon.

"Mau jajan?"

"E-enggak."

"Mau boneka kuda poni?"

"Eng- Eh, emangnya lo mau beliin?" tanya Siyeon antusias.

"Enggak sih, cuma nanya aja."

Siyeon mengelos, "Kirain."

"Gue nggak ada duit."

Siyeon mencebik kemudian membuang muka.

Jeno mengusap kepala gadisnya, "Nanti kalo ada duit pasti gue beliin."

"Janji ya?"

Jeno mengangguk, "Janji, tapi kasi tau dulu lo kenapa."

Siyeon menghela napas pelan, raut wajahnya pun terlihat murung. "Tapi, lo jangan marah ya?"

"Iya, gue nggak akan bisa marah sama lo."

Perlahan Siyeon mengangkat dagu dan menatap Jeno, "G-gue dijodohin sama Guanlin."

"Terus?"

"Terus gue nggak mau lah!" seru Siyeon.

"Yaudah," balas Jeno.

"Yaudah apa?"

"Katanya nggak mau?"

"Lo nggak marah?" tanya Siyeon pelan.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang