Perlahan tangan Jeno membuka pintu kelas, seperti dugaannya belum ada yang datang satupun. Ia duduk di kursi paling belakang dekat jendela dan tentu saja sendirian karena Siyeon belum datang.
Lelaki itu menyesap susu cokelat yang dibawanya, ia baru tau jika Lami sempat menaruh susu coklat di dalam ranselnya. Lumayan, untuk mengganjal perut sampai nanti siang.
Tepat seminggu sudah perang dingin antara Jeno dan Siyeon berlangsung. Keduanya semakin jauh karena ego masing-masing yang terlalu besar.
Jeno lebih sering menyendiri di kelas, sementara Siyeon lebih memilih untuk menyendiri di perpustakaan. Gengsi tapi sama-sama kesepian. Ya, namanya juga abg labil.
"Jeno!" Tentu saja Jeno mendengar namanya diserukan oleh Felix, namun ia lebih memilih untuk tidak mempedulikannya.
"Heh! Jangan pura-pura budek lo ya!" seru Hwall.
Jeno menghela napas pelan kemudian menatap ketiga lelaki yang ada di hadapannya satu per satu.
"Enaknya hari ini diapain ya?" tanya Haknyeon dengan senyuman licik yang menghiasi wajahnya.
"Ini masih pagi," ucap Jeno.
Haknyeon maju selangkah, "Terus kalo masih pagi kenapa? Masalah buat lo?"
"Kalian nggak punya kerjaan lain selain ganggu hidup gue?" tanya Jeno dingin.
Felix menggebrak meja dengan keras, "Udah berani ngelawan lo ya!"
Tanpa basa-basi, Haknyeon langsung menarik kasar tangan Jeno dan membawanya ke rooftop, tempat favorit mereka untuk mem-bully lelaki malang itu. Dan sekarang, drama pun dimulai.
"Kemarin gue belum puas mukulin lo, makanya lanjut sekarang," ucap Haknyeon.
"Salah gue sama kalian apa sih?" tanya Jeno.
"Salah lo itu adalah lo orang miskin, hahaha!" tawa Hwall menggelegar di rooftop pagi ini.
"Udah miskin, anak haram, kurang lengkap apalagi coba?" Haknyeon merendahkan.
"Gue bukan anak haram!" geram Jeno.
Felix tertawa sinis, "Terus apa namanya buat anak yang lahir diluar nikah selain anak haram?"
Bugh!
Satu pukulan keras mendarat di wajah mulus Felix. Tak terima temannya dipukul, Haknyeon dan Hwall pun langsung menghajar Jeno habis-habisan.
Awalnya Jeno bisa mengatasinya, tapi lama-lama ia kewalahan menghadapi tiga orang sekaligus. Beberapa kali ia mencoba bangkit, akan tetapi pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan trio Juleha mampu membuatnya tak bisa berkutik.
Kring!
"Hari ini lo beruntung. Kalo bel belum bunyi, mungkin lo udah habis ditangan kita," tajam Felix.
"Makanya, jangan belagu lo anak haram! Ayo masuk kelas!" ajak Haknyeon.
Trio Juleha pun pergi meninggalkan Jeno yang tak berdaya sendirian. Jeno membiarkan tubuhnya yang mati rasa tergeletak di tanah. Angin berhembus menerpa luka-luka yang ada di tubuhnya. Ia meringis kesakitan ketika rasa perih menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia hanya bisa menutup mata dan berharap agar kepedihan ini segera berakhir.
Perlahan Jeno membuka mata dan melihat langit cerah dengan awan putih yang bergerak ditiup angin. Ia harus segera bangkit dan kembali ke kelas sebelum pelajaran benar-benar dimulai.
Dengan sisa tenaga yang dimiliki, ia mencoba untuk berdiri. Jeno hampir saja terjatuh jika tidak ada Siyeon yang cepat-cepat menahan tubuhnya.
Jeno menatap Siyeon yang mencoba merangkul tubuhnya. Gadis itu tampak kesulitan karena proporsi tubuhnya yang lebih kecil daripada Jeno.
"Nggak usah, gue bisa sendiri," ucap Jeno karena merasa tak enak hati.
Siyeon tersenyum sinis, "Oh iya, lupa kalo lo nggak bakal sudi disentuh gue."
Jeno melihat Soyeon yang berjalan menuju tangga. "Siyeon, tunggu."
Gadis itu berhenti dan berbalik. "Apa?"
Setelah membuang jauh-jauh segala gengsinya akhirnya Jeno berkata, "Maaf."
"Ngapain minta maaf?" tanya Siyeon.
Jeno berjalan tertatih menghampiri Siyeon. "Maaf karena udah buat lo nangis waktu itu."
"Siapa yang nangis?"
"Lo."
"Gue.. gue nggak nangis kok."
"Oh," balas Jeno singkat, padat dan jelas.
"Gue juga minta maaf karena udah keterlaluan sama lo waktu itu," ucap Siyeon.
"Nggak apa-apa. Gue udah biasa kok dikatain."
Siyeon menghela napas, "Luka lo lumayan parah, ayo ke UKS."
"Alay banget. Balik ke kelas aja."
"Siapa yang alay? Gue bicara apa adanya, Jeno. Orang gila aja bisa liat jelas kalo luka lo ini parah, gue cuma-"
"Alah, bacot!" potong Jeno kemudian berjalan melewati Sieyon.
"Ih?? Jeno, tunggu!!"
Jeno sengaja memperlambat langkahnya agar Siyeon dapat menyusul. Diam-diam ia tersenyum, akhirnya gadis itu kembali seperti sedia kala.
🍃🍃🍃
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction"Hahaa!! Liat nih gue dikasi minjem jaket sama cowok!!" "Terus? Gue harus bilang WOW gitu?" "Bilang aja lo cemburu. Iya kan, iya kan??" "Nggak." "Tuhkan! Orang cemburu mana ada yang mau ngaku." "Dih, pede banget lo jadi orang." Mampukah seorang Par...