39. Deep Talk🍃

503 112 35
                                    

Pagi-pagi buta Siyeon sudah diganggu oleh notifikasi hp yang muncul terus-menerus, dengan mata yang masih sepet iapun mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan sepagi ini kepadanya.

"Jeno??!!"

Siyeon langsung membuka mata lebar-lebar, ternyata kekasihnya itu sengaja spam chat untuk membangunkan dirinya. Sungguh pagi yang indah. Dengan wajah berseri-seri, iapun lantas membalas pesan itu.

 Dengan wajah berseri-seri, iapun lantas membalas pesan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Siyeon tak henti-hentinya tersenyum sepanjang pagi ini, ia bahkan sarapan dengan lahap yang membuat Jihoon terheran-heran.

"Nah, gini dong, Semangat," ucap Jihoon.

Siyeon hanya terkekeh kemudian melanjutkan makannya.

Tak lama kemudian, keduanya pun selesai makan dan hendak berangkat. Siyeon membuka pintu pagar, ia benar-benar terkejut ketika melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya.



"J-jeno?"



Jeno tersenyum, "Hai, lama nggak ketemu."

Siyeon berjalan mendekat kemudian menyentuh pipi Jeno. "I-ini beneran lo?"

"Terus menurut lo siapa? Setan?"

Siyeon malah menangis kemudian memeluk lelaki itu erat-erat, "Jenoo, gue kangen banget sama loo.."

"Iya, gue juga," balas Jeno kalem.

"Jangan pergi lagi ya Jeno."

"Hm."

Siyeon lantas melepas pelukannya kemudian memperhatikan lelaki yang ada di hadapannya. "Kok lo bisa disini?"

"Nanti gue cerita, ayo berangkat."

"T-tapi lo kan udah drop out?"

"Iya, nanti gue cerita sambil jalan biar nggak telat."

Siyeon pun menutup pintu pagar kemudian berjalan beriringan bersama Jeno.

"Loh? Siyeon?! Kok pintunya ditutup?!!"

Siyeon langsung menarik tangan Jeno ke semak-semak setelah mendengar teriakan Jihoon.

"Yeon-"

"Ssstt!" Siyeon menutup mulut Jeno kemudian memperhatikan gerak-gerik kakaknya.

Jihoon pun nampak kebingungan mencari adiknya, ia lantas mengeluarkan mobil dan pergi untuk mencari Siyeon.

Setelah memastikan Jihoon benar-benar pergi, Siyeon dan Jeno akhirnya keluar dari persembunyiaannya.

"Kenapa harus sembunyi?" tanya Jeno. "Gue bisa kok jelasin ke kakak lo."

"Gapapa, males aja berdebat sama dia," ucap Siyeon kemudian berjalan lebuh dulu.

Jeno pun menyamakan langkahnya dengan gadis itu kemudian mengeluarkan banana milk dari dalam tasnya. "Sorry ya gue cuma bisa beliin ini."

"Nggak apa-apa, gini aja gue udah suka bangett!"

Jeno tersenyum kemudian mengusak surai gadisnya.



"Oh iya, jadi gimana ceritanya?"

"Gue bisa bebas karena jaminan," ucap Jeno.

"Jaminan?"

Jeno menangguk, "Lami mohon-mohon sama ayahnya buat bebasin gue dan ya gitu, akhirnya gue bisa bebas."

"Terus, masalah drop out?"

"Sebenarnya orang-orang di sekolah nggak ada yang tau kalo Lami itu adik tiri gue. Dan kakeknya Lami itu pemilik sekolah."

"What?? Pemilik sekolah? Berarti itu juga kakek lo juga dong?"

Jeno mengangguk, "Tapi karena gue cuma cucu tiri, dia nggak mau bantu apa-apa. Setelah Lami yang ngomong baru dia ngizinin gue buat masuk sekolah lagi."

"Gilasih, sebenarnya lo cukup berkuasa juga di sekolah Jen."

"Bukan gue, tapi Lami."

"Kenapa lo nggak bilang aja sih yang sebenarnya? Biar lo nggak di bully terus di sekolah."

Jeno menghela napas, "Image gue udah terlanjur jelek Yeon, gue takut malah Lami yang kena imbas."

"Lo sayang banget ya sama Lami?"

Jeno mengangguk, "Gue udah hampir bunuh diri berkali-kali Yeon dan saat itu Lami selalu dateng. Dia meluk gue dan bilang dia juga bakalan ikut mati kalo gue mati. Disaat itu gue sadar kalo masih ada orang yang sayang sama gue."

Siyeon berhenti kemudian meraih kedua tangan Jeno, gadis itu terlihat berkaca-kaca. "Jangan pernah berpikir buat bunuh diri lagi."

Jeno tersenyum, "Maaf, gue nggak bisa janji."

"Kalo gitu, gue juga bakal ikut mati kalo lo mati."

"Jangan gitu dong."

"Terus gimana?! Lo kira gue bisa hidup normal tanpa lo?!"

"Jangan berlebihan Yeon."

"Terus menurut lo Lami nggak berlebihan gitu?!"

"Ya- gimana ya.."

Siyeon menghapus air matanya kemudian pergi meninggalkan Jeno.

Tak tinggal diam, lelaki itupun mengejar gadisnya. 

"Yeon, jangan ngambek dong."

Siyeon tak mendengarkan Jeno, ia terus saja berjalan.

"Siyeon, gue minta maaf." 

Gadis itupun terpaksa berhenti karena Jeno menghalangi langkahnya.

"Gue akan bertahan semampunya, demi lo," ucap Jeno dengan teduh.

"G-gue jadi alasan lo bertahan?"

Jeno mengusap air mata gadisnya. "Iya."

Siyeon langsung memeluk Jeno seerat mungkin. "Makasih udah bertahan Jeno. I love you."

"Iya."

Siyeon mendecak kemudian memukul punggung lelaki itu, "Bales dong."

"Nggak ah, geli banget anjir!"

"Yaudah, kalo gitu-"

Jeno malah mengeratkan pelukannya ketika Siyeon hendak melepasnya.

"Iya, love you too sayang."

🍃🍃🍃









Tbc...

SaYaNg nggak tuh?!!!

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang